14 | Kembali Berusaha

3.9K 900 139
                                    

ada yang kangen gak? :p

ditunggu vomentnya yaa :v

###

"Katanya, orang yang terlalu cepet jelasin sesuatu tanpa diminta, berarti penjelasannya itu punya arti sebaliknya."

- Gentana Bian -

¤•¤

"Lo nggak bisa ditelepon kemaren. Ke mana, Bos?"

Genta mengedikkan bahunya dengan santai. "Biasa."

Mata Ravi menyipit tak percaya.

"Jangan sok mikir, Rav. Nggak cocok buat lo." Genta mengusap-usap belakang kepala Ravi dengan gerakan yang sengaja dibuat lembut.

"Najis!" Ravi bergerak menjauh sambil menggerutu. Membuat Genta tertawa keras. "Lo belum cerita soal Audri."

Tawa Genta perlahan surut. Kemudian kembali memasang wajah sesantai mungkin. "Kan, gue udah bilang waktu di kamar Orlan."

Ravi berdecak malas. "Gue butuh detail, Gentana Bian. Kenapa Januar udah tau, dan gue belum? Hm? Nggak adil itu namanya! Menimbulkan kecemburuan sosial, tau nggak?"

Gerutuan itu membuat Genta mendengus geli. "Lo nggak pernah nanya, ya ngapain gue kasih tau."

"Makanya sekarang gue nanya, Bambang!"

Genta akhirnya terbahak. Suasana hatinya sudah kembali membaik seperti biasa, dan Ravi sepertinya paham. Karena itu, sahabatnya ini bisa bertingkah memaksa seperti sekarang. "Apa yang mau lo tau?"

Berdecak kecil, Ravi akhirnya bertanya dengan mimik serius. "Sejak kapan?"

"Suka sama dia?"

Kepala Ravi mengangguk.

"Dari kelas satu, kayaknya." Genta menjawab singkat.

"Kok, kayaknya, sih?"

Kembali Genta mengedikkan bahunya. "Gue nggak tau definisi suka itu kayak gimana. Intinya, waktu itu gue seneng liat dia ketawa sampe matanya ilang. Lucu aja," jelasnya. Kali ini ada senyum samar di bibirnya. Ingatannya kembali pada satu potong pie buah yang diberikan Audri padanya dulu. Mungkin, itu jugalah yang menjadi salah satu alasan mengapa atensinya sangat cepat bergerak. "Gue pikir, ya lama-lama bisa ilang. Tapi waktu gue liat cowok sialan itu selalu deket sama dia, gue nggak suka."

"Cowok sialan? Deva maksudnya?" potong Ravi cepat.

Genta menarik napas dalam diam. Belum saatnya bercerita tentang fakta yang baru didapatnya. Jadi, tanpa menjelaskan apa pun, Genta hanya mengangguk.

Ravi berdecak singkat. "Sadis juga ya lo, Bos, kalo suka sama cewek. Masa cowok yang deket sama gebetan lo langsung dibilang sialan," cibirnya.

Mendengus malas, Genta hanya menoyor kepala Ravi pelan. "Berisik lo. Kayak banci."

"Kampret!"

Genta tertawa kecil.

"Gue pikir, waktu lo ngajak Audri balik bareng itu, cuma bercandaan." Ravi bergumam kecil, sambil menatap ke arah lapangan basket di seberang mereka.

"Gue nggak perlu bikin pengumuman jugalah," sahut Genta. Tetapi mendengus geli dalam hati saat beberapa hari lalu, jelas sudah membuat pengumuman di depan Intan.

"Iya, sih," balas Ravi, lagi. "Tapi, kayaknya dia suka sama si Deva nggak, sih?"

Genta mendengus. "Emang."

Limerence [Completed]Where stories live. Discover now