Kisah Yang Belum Bisa Berakhir

3.9K 591 49
                                    

"Benerkan si , kamu kan tau itu manusia kalo ngamuk kaya setan."

"Yaudah yang diamuk juga aku, Hanbin mana berani ngamuk ke cewek." Wonwoo menjawab santai sembari fokus pada laptopnya "Kamu bilang sama aku kalo si Hanbin ngamuknya ke Kamu."

Jihyo memanyunkan bibir bawahnya, walaupun tetap mengangguk nurut.

"Nih, kamu tinggal rapiin aja." Wonwoo menyerahkan laptop milik Jihyo yang tadi sempat ia pakai untuk membuat laporan lomba remaja masjid.

Ya. Siang hari menjelang sore, Jihyo dan Wonwoo sedang berada di sebuah cafe yang menjadi langganan mereka dahulu.

Dahulu, saat mereka bersama.

"Lomba pidato?" tanya Jihyo yang membaca laporan Wonwoo, sedangkan Wonwoo mengangguk saja sembari memakan nasi goreng milik Jihyo yang tidak habis.

"Itu yang paling ga ribet, tinggal pake mic Remas terus jejerin kursi buat juri. Beres." Jihyo mengangguk setuju dengan perkataan Wonwoo.

"Tap--" perkataan Jihyo terhenti saat ponsel Wonwoo yang tiba-tiba saja berdering. Jihyo langsung terdiam saat ia sempat melirik ponsel tersebut, dimana sedang menampilkan foto profil seseorang yang menelpon Wonwoo. Sebelum Wonwoo mengangkat panggilan tersebut.

"WOY LO JANJI MAU JEMPUT GUE ANJIIIR... INI GUE UDAH MATENG YA DI BANDARA."

Wonwoo langsung terbangun dari posisi duduknya, segera mengambil kunci mobil dan bergegas menuju parkiran.

"Iya... otw nih, di jalan." Wonwoo langsung pergi begitu saja. Bahkan ia lupa ada seorang perempuan yang sedari-tadi memperhatikannya.

"Kim... Sejeong..." gumam Jihyo setelah Wonwoo sudah tak terlihat di hadapannya.

🏡

"JIKA KAU BUTUH TELINGA TUK MENDENGAR..."

"BAHU TUK BERSANDAR..." saut June ikut bernyanyi dengan Yerim sembari memetik gitarnya "RAGA TUK BERLINDUNG...."

"Ganti lagu ah, Kak." Yerim berdiri dari posisi duduknya, berjalan menuju kulkas yang berada di depan waruny June, mengambil minuman.

June kembali memainkan gitarnya setelah Yerim sudah duduk di sampingnya.

"NUHANAINIANAINIANAINI YEERGH" teriak June menghayati lagunya.

"NUHANAINIANAINI YEAAARGH!" saut Yerim ikut bernyanyi.

Yerim dan June, sejenis manusia yang tak ada bedanya. Kadar ketidak-warasan mereka sudah setara. Sama-sama berada di garis terdepan.

Kedua manusia gila itu masih terus bernyanyi ria, dengan heboh dan tak jelas.

Nyanyian June dan Yerim seketika berhenti saat melihat seorang gadis berjalan mendekat pada warung  dimana mereka berada.

"Haii Teh Ociii," sapa Yerim dengan cengiran 25 watt-nya kepada Rose. Sedangkan Rose yang disapa hanya mengangguk dan berjalan menuju warung June, mengambil beberapa bungkus Roti.

"Teh Oci belum sarapan?" tanya Yerim sok akrab saat melihat Rose membuka sebungkus roti yang ia beli.
Rose menoleh sebentar pada Yerim, sebelum akhirnya menyerahkan uang kepada June yang masih terdiam, "Sepuluh ribu kan?" tanya Rose dan dijawab anggukan oleh Junee yang kadar kesadarannya berada dibawah setengah.

Yerim menyenggol lengan June, "Kembalian anjir, Kak" bisik Yerim membuat June kembali ke alam sadar dan segera bangun dari posisi duduknya masuk kedalam warung mengambil kembalian untuk Rose.

"Maklum ya teh, penjaga tokonya lagi kena serangan Garis terdepan, Fiersa Besari." Lagi-lagi Yerim sok akrab kepada Rose, walaupun Rose lagi-lagi tidak memberikan respon yang baik.

"Oke, thanks." Rose langsung berjalan menyebrang menuju taman kompleks yang berada tepat di sebrang warung June. Hanya dipisahkan oleh jalan kompleks yang diaspal.

Tak lama setelah itu, sebuah motor ninja berwarna hitam mendekati Rose. Perempuan bertubuh tinggi itu terlihat bercengkerama sebentar dengan pengemudi motor yang sedang memakaikan helm kepada Rose.

Dan setelah itu, keduanya kembali berputar keluar dari gerbang Graha Permai. Walaupun sebelumnya pengendara motor tersebut menyapa June dengan menekan klakson motornya.

"Pasti kau temukan aku di garis terdepan," gumma Yerim melanjutkan lagu pertama yang mereka nyanyikan "bertepuk dengan sebelah tangan."  Lanjutnya meledek June.

Tbc

GRAHA PERMAI✓Where stories live. Discover now