Behind The Door: BLOK A

4.3K 517 14
                                    

"Mba Sasaaa..." panggil June yang tangan kirinya membawa rantang sedangkan tangan kanannya mendorong pagar rumah Hwasa. Meskipun hubungan Mbanya dan Mas dari Hwasa masih belum membaik, tetapi June tetap menganggap Hwasa adalah saudaranya. "Mbaaa..." panggil June mengetuk pintu rumah Hwasa.

"Mb—" perkataan June langsung terehenti saat pintu rumah Hwasa terbuka dan langsung melihatkan Ahn Jaehyun, membuat wajah June seketika menegang. "Ah... June kira cuma ada Mba Sasa," kata June entah berbicara pada dirinya sendiri atau pada pria yang berada di hadapannya.

"Sasa... lagi keluar... sama Loco," jawab Jaehyun gugup. Entah kenapa ada rasa bersalah saat melihat June di hadapannya.

"Ini ada titipan dari Ibu..." jelas June "Ibu kira cuma ada Mba Sasa, jadinya Cuma buatin buat satu porsi aja." Jaehyun masih terdiam, menatap kosong pada rantang bertingkat 2 yang June ulurkan kepadanya. Rasa bersalahnya semakin besar, tak hanya kepada June. Melainkan kepada mertuanya juga.

"Kata ibu rantangnya langsung dibawa lagi," kata June "gak usah dicuci."

"Ah... iya..." balas Mas Jaehyun "Mas pindahin dulu."

June hanya mengangguk, dan ikut berjalan masuk kedalam rumah. Walau tidak disuruh masuk oleh Jaehyun.

Blok A yang hanya memiliki 4 bangunan, 1 dijadikan toko, sedangkan 3 lainnya adalah rumah. Dikarenakan hanya memiliki 3 keluarga, mereka benar-benar seperti keluarga.

June tiba-tiba saja terkekeh, dahulu blok A Graha Permai memang benar-benar hanya diisi oleh keluarga. Benar-benar keluarga. Sebelum sebuah perceraian menggangu dan mendatangkan kecangguangan yang amat terasa.

"AAAAA--" teriak Mas Jaehyun tiba-tiba, karena saat berbalik ia langsung melihat June yang sedang berdiri di depan kulkas "aish... kaget Mas."

June yang sedang mengambil air dingin hanya menyengir saja kepada Jaehyun. "Mau es kopi gak, Mas?" tawar June saat melihat beberapa renceng kopi instant di dalam kulkas. Sedangkan kepala Jaehyun dengan sendirinya mengangguk.

"Ibu tumben masak semur ati, Jun?" tanya Jaehyun saat melihat isi rantang dari mertuanya. Mertua. Bukan mantan mertua. Karena bagi Jaehyun tidak ada kata mantan untuk orang tua.

"Gak tau..." jawab June santai "Udah lama juga ibu gak masak Ati ayam. Kan yang doyan sama ati ayam cuma ibu sama Mas doang..." cerita Jaehyun "feeling ada Mas kali. Makanya masak semur ati."

Jaehyun hanya tersenyum saja, mulai memakan semur ati kesukaannya. Sedangkan June ikut bergabung duduk di meja makan sebari menyodorkan es kopi buatannya untuk Jaehyun. "Mas liat di lambe hanbin, katanya kamu udah jadian sama Oci."

"Set dah Mas, jan sering-sering liatin akun begituan..." balas June dan ikut memakan makan siang yang tadi ia bawa. "Nanti jadi Indra herlambang."

Jaehyun hanya terkekeh saja, "Bener gak tuh?" tanya Jaehyun "Udah jadian? Emang kamu berani nembaknya? Dari dulu aja jiper."

June hanya merengut sebal, Masnya itu memang buku harian June tentang Rose. Jaehyun bahkan orang pertama yang June beritahu bahwa ia menyukai Rose. "Berani laah..." balas June "Mas kalo liat aku nembaknya kaya gimana, pasti terharu..."

"Halah, paling juga ngerengek..." balas Jaehyun membuat June mencibir begitu saja.

Suasana hening seketika kembali menghampiri keduanya, Jaehyun fokus pada makanannya. Begitupun dengan June.

"Mmmm... Mas..." panggil June pelan, tetapi suasana yang sepi membuat Jaehyun dengan jelas mendengarnya. "June mm... minta maaf—"

"Mas yang harusnya minta maaf," sela Jaehyun cepat. Senyuman langsung terbit di bibir Jaehyun. "Mas yang salah. Kamu melakukan hal yang benar." June hanya diam saja, ia tak berani mengeluarkan kata apapun. "Apa yang kamu lakukan waktu itu. Mas bangga. Mas harap, kamu bisa jaga Mba kamu dengan baik."

June hanya mengangguk saja. Permasalahan Mba dan Masnya. Biarkan itu urusan Mantan Suami Istri tersebut. Dan juga, biarkan June tetap memilki Masnya. Karena baginya, Jaehyun tetaplah kakak laki-lakinya.

***

"Woaaah Mbaaa, ini keren bangeeeet..." komentar Hwasa saat melihat gantungan kunci yang dibuat tangan oleh Hyesun untuk souvenir pernikahan Hwasa nanti "Mba udah bikin banyak banget."

Hyesun yang baru saja muncul dari dapur dengan tangan membawa dua gelas coklat hangat hanya terseyum saja, "Nanti sisanya Mba mau bikin sarung tangan, kamu ada saran gambar yang Mba lukis di sarung tangannya?" tanya Hyesun sembari memberikan gelas kepada Hwasa.

"Mba... jangan capek-capek," kata Hwasa mengingatkan "nanti Mba sakit gara-gara bikin souvenir buat aku lagi...."

Hyesun dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Mbakan udah janji sama kamu," kata Hyesun "lagian Mba malah seneng bikin souvenir buat nikahan kamu nanti."

"Tapi nanti Mba datang kan?" tanya Hwasa dengan sura kecil, lebih seperti menggumam. Tetapi Hyesun dapat mendengarnya dengan jelas.

"Datang dong, masa kamu nikah Mba ga datang..." jawab Hyesun yakin. Membuat Hwasa tersenyum lega. Awalnya ia berpikir bahwa Mba kesayangannya ini tak akan datang mengingat hubungan dengan Masnya yang semakin memburuk semenjak mengajukan gugatan perceraian. "Oh ya, Mamah gimana? Sehat kan?"

Hwasa mengangguk sebagai jawaban, "Udah membaik, walaupun dua minggu sekali wajib cheek up ke dokter," jelas Hwasa membuat Hyesun mengangguk paham.

"Mba kangen sama mamah, tapi Mba takut kalo ketemu sama Mamah, nanti mamah nangis lagi kaya waktu itu..." cerita Hyesun "Mba pernah mau telpon, tapi takut Mamah malah nangis juga."

Hwasa hanya tersenyum saja, mamahnya memang yang paling merasa terpukul saat mendengar berita perceraian putra sulungnya. Beliau bahkan memilih pindah dari Graha Permai karena merasa malu kepada keluarga Hyesun.

"Nanti kalo kondisi mamah udah baikan, aku kasih tau Mba..." kata Hwasa meyakinkan Mbanya.

Jika June tak mau kehilangan Jaehyun yang sudah dianggap Mas kandungnya. Begitupun dengan Hwasa kepada Hyesun.

***

"Mba Yerim..." sapa seorang security saat melihat Yerim turun dari mobil yang ia bawa dan segera memasuki sebuah studio musik. Yerim hanya tersenyum saja kepada security yang menyapanya, tangan kanan dan kirinya sibuk membawa bunga.

"Selamat datang Mba..." sapa seorang wanita yang berada di meja receptionist, sedangakan Yerim hanya tersenyum saja. Gadis dengan pakaian serba hitam itu kini berjalan menelusuri sebuah lorong dan berhenti di sebuah ruangan yang terletak di ujung lorong.

Yerim mengetuk pintu ruangan tersebut dengan hati-hati, senyumannya tak pernah luntur. Walaupun matanya sudah memerah.

"Jjong..." gumam Yerim saat ia membuka pintu studio tersebut. Yerim langsung menyimpan bunga yang ia bawa di atas piano kesayangan kakak tertuanya.

Yerim memilih duduk pada kursi putar dan bersandar pada kursi tersebut, sedangkan matanya menatap lurus pada sebuah foto dirinya dan kedua Masnya.

"Maaf..." gumam Yerim "Seandainya waktu itu aku gak maksa Mas untuk jemput Aku, mungkin sekarang Mas masih ada disini. Bikin banyak lagu, gangguin aku kalo lagi main games."

Mata Yerim sudah benar-benar memerah. Desember adalah bulan yang paling Yerim benci. Bulan dimana ia kehilangan Kakak sulungnya. Tetapi, terlepas dari bulan desember yang ia benci. Yerim lebih membenci dirinya sendiri. Karena menurut Yerim, penyebab Masnya meninggal adalah ia.

TBC

GRAHA PERMAI✓Where stories live. Discover now