~ Thirteen ~

312 39 0
                                    

"Kenapa kamu nangis?", tanya Mark sambil mengusap air mataku

". . . ."

"Kamu ada masalah apa?"

". . . ."

"Kok cuma diem. .cerita donk sama aku. .", kata Mark sambil mengusap rambutku

Aku masih nangis seunggukan tanpa menjawab pertanyaan Mark.

"Yeri. . ."

". . . ."

"Cantik. . ."

". . . ."

"Cantiknya Mark. . ."

". . . ."

"Sayang. . ."

Dan tangisku pecah saat mendengar Mark memanggilku sayang.

"Lho. .kok tambah keras nangisnya. .kenapa sih sayang? Cerita donk. .", kata Mark sambil menatapku khawatir

Aku yang udah nggak bisa membendungnya pun langsung memeluk Mark. Aku meluk Mark erat banget. Aku benar-benar kangen Mark saat ini makanya aku pengen meluk dia.

Mark pun memilih diam tak bertanya lagi dan memelukku erat sambil mengusap punggungku.

Nyaman. Itulah yang aku rasakan ketika dalam pelukan Mark. Aku dapat mencium aroma tubuhnya dengan sangat baik. Wangi yang selalu aku rindukan.

Setelah beberapa saat, aku mulai tenang. Nggak menangis sekeras tadi. Tapi aku masih betah diposisi memeluk Mark seperti ini. Walaupun pelukanku tak seerat tadi.

"Udah mendingan, sayang?", tanya Mark setelah aku melepaskan pelukanku

Aku hanya mengangguk tanpa menatap ke arah Mark. Aku sedikit malu setelah memeluknya sambil menangis. Bahkan sekarang jantungku berdetak sangat cepat.

"Mau cerita? Atau mau peluk aku lagi?", tanya Mark dengan nada menggoda

Aku yang malu digoda seperti itu hanya bisa bilang, "Apaan sih, Mark?", sambil memukul dada Mark. Pertanyaan Mark sukses membuat pipiku menjadi panas dan aku yakin pipiku sudah semerah tomat.

"Pipi kamu merah kayak kepiting rebus, sayang. .lucu. .", kata Mark sambil mengelus pipiku lalu mencubitnya gemas

Aku yang diperlakukan demikian semakin deg-degan.

"Jadi kamu kenapa nangis, sayang?", tanya Mark

"Akuuuu. . . .", kataku ragu

"Hmmmm. .???"

"Akuu. .akuuu. .emmm. .AKU KANGEN KAMU, MARK!", jawabku yang membuatku langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangan karena malu

Aku mendengar Mark terkikik yang membuatku semakin malu.

Mark pun meraih kedua tanganku yang menutupi wajah lalu menggenggamnya. "Sayang dengerin aku!". Karena aku terus menunduk, Mark pun menaikkan daguku agar menatapnya.

"Sayang dengerin aku. .asal kamu tau aja. .aku juga kangeeeen banget sama kamu. .mungkin banyak rasa kangenku ke kamu daripada rasa kangenmu ke aku!", kata Mark yang menatapku intens

Aku senang mendengarnya, tapi ada rasa takut bahwa dia bohong. Jadi aku mencoba mencari apakah ada kebohongan di matanya. Tapi nihil, yang aku temukan hanya kejujuran. Aku mengenal Mark dengan baik. Matanya tak sedang berbohong.

M I M P I || Mark - YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang