📕 6. Illitium (2/3)

39 19 6
                                    

"Itu karena kalau di penginapan, kamu akan tidur dan susah dibangunkan!" sahut Lusentin yang mendadak muncul, "dan ya, maaf aku terlambat."

Gadis itu tertawa lalu berdiri sambil meregangkan badan. "Baiklah, setidaknya aku lega kamu sudah di sini. Lalu sesuai rencana, kita berangkat menuju Illitium?"

Lusentin menjawabnya dengan anggukan. Api unggun dimatikan dan aku membuntuti mereka pergi.

Tak jauh, saat rona merah surya telah menyapa, memperlihatkan pucuk-pucuk pohon raksasa yang meraih angkasa.

Awalnya kukira ini hanyalah hutan purba biasa, sampai kumelihat jembatan-jembatan kayu yang melingkari dan bergantungan di antara batang pepohonan raksasa.

Rumah pohon, ah tidak, mereka ada banyak, atau ... lebih tepatnya adalah kota hutan.

Penduduk asli kota ini adalah ras Sreya. Sama seperti manusia, hanya saja mereka lebih lincah dan tinggi serta kebanyakan berbadan ramping. Juga, mereka memiliki ekor panjang dan telinga kucing di atas kepala.

Setelah bertemu beberapa prajurit Sreya, mereka mengiringi Lusentin menuju pohon terbesar yang ada. Sungguh, lebar batang pohon raksasa tersebut seperti empat lapangan kota di tempatku tinggal.

Melewati jembatan gantung, mereka tiba di bangunan kayu yang mengelilingi pohon terbesar tersebut.

"Salam, Yang Mulia Furthasz." Lusentin menunduk dan menekuk lutut sebagai penghormatan, diikuti pula oleh gadis yang bersamanya.

Sosok pria baya ras Sreya yang ia sebut Yang Mulia Furthasz itu tersenyum dengan sedikit tawa membalasnya.

Kemudian seorang prajurit Sreya berbisik pada Lusentin, "hei, Nak. Panggil ia Tetua, jangan Yang Mulia."

"Ah, um, maafkan hamba, Tetua Furthasz."

Furthasz kembali tergelak oleh Lusentin yang tergugup. "Salam, Lusentin dan kawannya." Kemudian ia persilahkan tamunya itu untuk berdiri tegap.

"Hamba yakin Anda telah menerima pesan hamba yang dibawa anak laki-laki bernama Leriat."

Furthasz mengiyakan. Lantas ia meminta prajurit untuk memanggil pembawa pesan tersebut.

Kini aku sendiri yang bertanya-tanya siapa sosok pembawa pesan yang dikirim Lusentin. Apakah itu hanya namanya yang sama atau ia memanglah Leriat, cucuku.

The Elementalist : Stained SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang