Chapter I

33.9K 3.6K 316
                                    








Jaemin terbangun di pagi hari dengan mata setengah terpejam, gedoran di depan pintu kamarnya mengganggu tidur tenangnya bahkan matahari pun baru muncul sebagian. Selimutnya masih menutupi dada, sebenarnya ia enggan bangun dari tidur dan memikirkan banyak cara agar dapat mengusir orang itu.

BRAK!!


"JAEMIN!!!!!! SUDAH KUBILANG JANGAN GUNAKAN KEKUATANMU!", orang diluar sana meneriakinya dengan keras, pintu sudah hancur berantakkan dan Jaemin tidak peduli akan hal itu. Ia harus kembali tidur dan lima belas menit lagi ia baru boleh bangun karena ada kelas pagi ini.

"JAEM!!! Oh astaga! Ya Tuhan! Kepalaku!", sosok itu memegangi kepalanya yang berdenyut akibat kelakuan Jaemin yang selalu saja membuatnya hampir meluapkan emosinya, meski kini emosinya berada diambang batas ia tetap mencoba menahannya.

Jaemin itu, ia sangat mengenalnya sedari kecil, anak lugu yang pendiam dan bahkan sering tertipu oleh teman-teman sebayanya dulu. Ia bukan tipe bocah yang akan berusaha menjadi nakal agar mendapat perhatian, ia hanya seorang bocah yang hidup dan meletakkan dirinya berada tepat ditengah-tengah dunia imajinasinya. Menjadi sosok yang berada di tengah semua apa yang ia inginkan, seperti itulah yang selalu diceritakannya.

Anak itu seorang pemimpi yang luar biasa, memiliki kekuatan tak membuatnya gelap mata dan berusaha menggunakannya untuk suatu hal yang merugikan, dia anak yang baik. Meski berbeda bangsa dengan yang lainnya saat berada di sekitar universitas, ia tetap akan menjadi dirinya sendiri, pendiam dan tertutup sewaktu-waktu apabila ada orang yang berusaha menanyainya tentang kehidupan sehari-harinya.

Jaemin itu terkenal di antara adik-adik tingkat, tapi tak pernah mau ambil pusing dengan memikirkan keberadaan mereka, keberadaan Haechan saja sudah mengganggu hari-harinya yang sunyi senyap. Dan sosok itu selalu mengetahui semuanya, Jaemin anak yang baik.


.


"Kau mendapat sorotan", lapor Haechan sembari meneguk air mineral dalam botol yang ia pegang, menenggak hingga tersisa setengahnya dan menaruh botol itu dengan keras ke atas meja.

"Junior kita menyebutmu superhero", Haechan tertawa mengejek.

"Ahh... si malas ini", cibirnya kemudian sambil menatap Jaemin dengan tatapan menggoda dan pemuda itu hanya membalasnya dengan gelengan kepala. Ia ingin sekali kembali pada dunia imajiner yang diciptakan oleh otaknya sendiri.

"Pergilah ke kantin, Mark menunggumu", usir Jaemin dengan halus, sopan dan pelan. Itu adalah trik jitu untuk menghindarkannya dari acara menggosip Haechan yang pasti akan menarik Renjun setelahnya dan mengajak yang lainnya bergabung dan membuat area disekitarnya menjadi riuh. Jaemin ingin berimajinasi dulu sebelum kelas di mulai dua puluh menit lagi.

Ia mulai menyandarkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan buku, memulai imajinasinya dengan mata terbuka dan wajah tertutup buku. Sampai-sampai ia tersentak kaget saat mendengar suara riuh tak jauh dari posisinya.

"Ughh.. anak ini lagi"

Jaemin menaikkan sebelah alisnya, menoleh ke belakang dan menemukan pemuda yang beberapa hari lalu di tolongnya. pemuda itu nampak terduduk dengan buku berhamburan di sekitarnya, tak ada yang berniat untuk membantunya bahkan beberapa orang mulai mundur beberapa langkah dan menghindari si pemuda satunya yang mendekat.

Jaemin tak pernah menyangka yang namanya Lee Jeno itu sekelas dengannya, ah itu mungkin karena dia yang memang tak memperdulikan sekitarnya dan selalu mencoba menjadi invisible di antara lainnya. Tapi, kali ini atensinya teralihkan penuh pada adegan di sana, si Jeno itu di maki lagi dan lagi namun hanya diam.


Moonwalk ✔| Nomin ver.Where stories live. Discover now