Chapter II

25.1K 2.8K 122
                                    









Jam menunjukkan pukul lima pagi, suara kegaduhan datang dari dapur dan juga area taman belakang, meski terpejam pendengaran tajam Jaemin tak dapat mengabaikan suara gaduh dan riuh itu dan hal itu sukses membuat matanya terbuka lebar. Selera untuk kembali tidur pun enyah sudah, tergantikan dengan rasa kesal luar biasa. Dengan cepat ia sibak selimut yang menutupi tubuhnya dan mengambil handuk kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi, refreshing perlu di lakukan dengan cara mandi.

Dari arah dapur, ada sang asisten dan juga Mark yang sedang sibuk mengangkat pemanggang dan juga bolak balik membawa perlengkapan dari dapur menuju halaman belakang, bisa saja menggunakan kekuatannya tapi ia lebih senang mengganggu tidur tenang Jaemin di hari minggu.

"Oh- Mark?", tegur Yuta dari depan pintu belakang, Yuta adalah kakak laki-laki Jaemin yang sudah lama tinggal di jepang dan kemudian memutuskan untuk kembali ke korea.

"Ow- kapan kau kembali hyung?", Mark meneruskan langkahnya ke taman belakang dengan tetap fokus menunggu jawaban Yuta. Yuta terlihat memperhatikannya menata pemanggang dan beberapa peralatan lainnya. Setelah Mark berbalik, barulah Yuta berinisiatif untuk menjawab.

"Kemarin lusa, apa Jaemin baik-baik saja?", Yuta menghampiri Mark dan kemudian duduk di kursi yang tak jauh dari tempat Mark berdiri.

"Yah, baik dan kadang usil", tawa Yuta terdengar kencang dan itu membuat Mark mengernyitkan dahi. Kebiasaan Yuta rupanya masih belum menghilang.




.




Jaemin memandangi meja nakasnya yang kosong, tak ada apapun di sana, mungkin sepertinya ia harus mencari sesuatu untuk mengisi kekosongan meja nakasnya. Yah, apapun asalkan jangan jam alarm, bisa hancur untuk yang entah kesekian berapa kalinya. Karena ia tak suka suara bising yang membuat telinganya mendengung bahkan cenderung mengagetkannya.

Tanpa suara dengan langkah ringan yang terkesan cepat, Jaemin sudah melewati anak tangga paling bawah, tak ada yang menyadarinya hingga ia tiba di depan Mark dan tiba-tiba Mark muncul di hadapannya. Pemuda blasteran Kanada itu tersenyum sinis, dan Jaemin tahu apa yang dipikirkan oleh pemuda itu.

"Baik... baik aku ke halaman belakang, puas kau!", Jaemin menghela nafas kasar dan berjalan dengan malas menuju pintu halaman belakang, sekilas ia menoleh ke belakang dan mendapati Mark sudah menghilang dari sana, ingin sekali ia mengumat tapi ia malas melakukannya. Menurutnya mengumpat itu tak ada artinya sama sekali, kecuali saat emosi sedang tidak stabil dengan mood hancur, kemungkinan ia akan mengumpat pada Mark.

"Wah- tumben kau mau dibujuk Mark", Yuta dengan sumringah menyambut Jaemin dengan ucapannya yang membuat Jaemin menjadi jengah dan malas bergabung, namun wajah keras Mark membuatnya menghela nafas kasar sekali lagi. Lelucon macam apa itu Mark Lee!

"Aku tak sedang membuat lelucon", Mark menoleh kearah Yuta, dan Jaemin lupa jika Yuta terkadang jahil menggunakan kekuatannya untuk membaca ekspresi Jaemin dan ia menyesali ucapannya tadi. Dalam hati ia hampir mengutuk Mark, namun segera bungkam mengingat Yuta suka mengisenginya.

"Terserah kalian, hyung", Jaemin menghempaskan tubuhnya di atas kursi dan menatap kosong ke arah rerumputan di bawah kakinya, matanya memperhatikan setiap barisan rapi rumput-rumput kecil itu dan segera berbinar setelahnya. Otak dengan imajinasi gemilangnya bangkit lagi.

"Kau bisa menanamnya di beranda bawah jendelamu", Yuta membuyarkan lamunan Jaemin, sementara pemuda itu termenung  beberapa saat, sampai akhirnya ia tersenyum.

"Kalau begitu, boleh aku membeli bibit bunga?", Yuta mengangguk setuju, beranda di bawah jendela Jaemin benar-benar kosong tak seperti beranda bawah jendela miliknya yang berisi dandelion. Yuta bahkan terkadang iseng dulu, sering memetik beberapa bunga dan ibunya kalang kabut melihat beberapa batang bunga hanya tinggal tangkainya saja.

Moonwalk ✔| Nomin ver.Where stories live. Discover now