3. Monster Es?

3.6K 303 6
                                    

"Bakpia, tadi lo pas upacara ke mana, sih? Kok gue nggak ketemu lo?" tanya Teman Musuhku itu.

Ya jelas nggak ketemulah, akunya aja ditarik ke belakang sama Lelaki Sialan itu. Terus juga dengan bodohnya, aku malah barisnya di belakang.

Ish!

"Hei, gue dikacangin, nih?"

"Ck! Gue tadi ditarik ke belakang sama OSIS sialan itu!" gerutuku.

"Eh? Serius, lo? Fia, ini baru aja hari pertama lo masuk sekolah, dan lo udah bikin masalah?" ucap teman baruku yang bernama Lulu.

"Udah kena berapa pelanggaran lo?" tanya temenku yang bernama Indah.

Mereka belum menjadi temanku sepenuhnya, karena aku termasuk orang yang pilih-pilih untuk mencari teman dekat. Biasanya aku membedakan antara teman biasa dan teman dekat itu dengan memberinya julukan yang kumau.

Bisa saja, sekalinya aku nggak suka sama orang, aku juga bisa saja memberinya julukan, seperti Lelaki Sialan itu. Karena dia songong dan menyebalkan, jadi aku memberikan julukan benciku padanya.

"Tiga ... mungkin?"

"Kok mungkin?" tanya Teman Musuhku.

"Karena yang ketiga itu nggak jelas. Dia minta ke gue untuk menuruti apa katanya, awalnya gue jelas nolak, dong. Kan nanti kayak babu kesannya. Tapi, karena gue sayang sama point gue, jadi gue turutin aja maunya Lelaki Sialan itu."

"Lelaki Sialan?" tanya Indah.

"OSIS-nya cowok, Fia?" tanya Lulu.

"ENGGAK, OSISNYA PEREMPUAN, KOK!" Ingin sekali kuteriaki ke dirinya begitu jika saja ini bukanlah kantin.

"Cowoklah, bego! Kan tadi dia udah ngasih julukan 'Lelaki Sialan' jadi pasti cowoklah!" ucap Teman Musuhku sambil menoyor kepala si Lulu yang cerdasnya minta ampun.

"Cek, cek ... oke, di sini gue akan menyanyikan satu lagu spesial."

Aku tersentak. Itu, kan suaranya Lelaki Sialan itu. Kok dia ...? Ahahaha, kayaknya pendengaranku sedikit rusak, deh. Nggak mungkin dia, kan?

Karena penasaran dengan pemilik suaranya, aku pun menoleh ke belakang. Ternyata, yang tadi berbicara itu memang Lelaki Sialan itu. Ish! Kenapa dia selalu ada di mana-mana, sih?

Tadi dia tiba-tiba saja masuk ke kelasku dan menjadi kakak pembina kelasku. Padahal aku sangat yakin awalnya dia tidak menjadi pembina di kelasku, tapi kelas lain.

Sekarang, dia berada di kantin yang sama denganku. Hei, kantin itu ada dua! Kenapa dia tidak di kantin satunya saja, sih? Kan banyak juga lelakinya, kenapa tidak di sana aja, coba?

"Karena lagunya spesial, jadi untuk orang yang spesial juga."

Cih! Apa dia mau menyanyikan lagu untuk perempuan yang tadi mengataiku 'murahan' itu, eh? Hahaha! Pasti dia.

Kelihatannya, pandangan Lelaki Sialan itu seperti sedang mencari seseorang di kantin ini. Ah, percuma saja dia mencari perempuannya  itu. Perempuannya  sedang tidak ada di sini. Tadi aku melihatnya jajan di kantin sebelah, makanya harusnya tadi dia ke kantin sebelah aja.

Lalu tiba-tiba saja pandangannya berhenti padaku.

Eh?

Hahaha, Kuyakin ini salah. Dia pasti tidak sedang menatapku. Pasti dia sedang menatap orang yang berada di belakangku, kan? Hahaha, aku tahu!

Karena penasaran, aku mencoba untuk menoleh ke belakang. Ternyata, tidak ada siapapun. Sungguh, tidak ada siapapun! Teman-temanku sudah pada pindah ke depan bersama dengan kumpulan perempuan lainnya.

New World [REVISI]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora