16. Magnet

2.6K 245 10
                                    

"Itu hukum dunia, Pia," ucap Folandio yang duduk di hadapanku.

"Hah?" Aku menatap bingung ke arah Folandio. Lagian, nih ya aku, kan tadi nanya, "Kenapa kutub magnet utara nggak mau disatuin sama kutub utara? Tapi kalo sama kutub selatan dia mau?"

Lah terus dia tiba-tiba jawab begitu. Kan bikin bingung. Padahal yang bikin magnet itu manusia otomatis bisa diubah, dong sama manusia, kenapa jadi nyambungnya ke hukum dunia?

"Sebelum itu, gue tanya dulu, nih. Siapa penemu magnet, coba?" tanya Folandio.

"William Gilbert," jawabku.

"Bukan, dodol! Makanya jangan rumus doang yang dipelajarin. Sesekali belajar biologi, noh."

"Heh, pembuat magnet pertama tuh si William Gilbert, dodol. Buktinya dia dijulukin sebagai 'Bapak Ilmu Magnet'."

"Coba, deh lo cari mbah google sana. Pasti jawabannya bukan William siapa tadi? Gilbret?"

"Gilbert, Landak! Bukan Gilbret," ralat Furqon.

"Kalian, nih bahas apa sih. Gue nggak ngerti, serius," ucap Elma sambil memakan baksonya.

"Tau, nih. Lagian pelajaran Bu Sri tuh nanti lagi, abis istirahat," sahut Deasy.

"Yang lo ngerti, mah cuma gue, El," celetuk Folandio sambil menaik-turunkan alisnya bermaksud menggodanya.

"Apa? Aku nggak denger, serius. Tuh, aku tutup mata," ucapku sambil memegang kedua pipiku.

Tiba-tiba saja Jojo langsung menjitak dahiku. Itu membuatku sedikit meringis. "Ini, nih. Virusnya si Landak udah nular ke Fia. Jadinya gini, nih," ucapnya.

"Fia, lo duduknya jangan di samping Folandio sama Furqon, deh. Jadinya virus mereka nular ke elo," ucap Alaisya.

"Lah? Kok gue? Kan yang nggak waras si Landak," tanya Furqon tak terima.

"Gue mulu yang salah. Untung sabar."

"Heh udah, coba. Ribut aja virus. Orang-orang mah pada ribut virusnya virus corona. Lah kalian? Virus dari Anakan Landak aja diributin," ucap Ceresya gemas.

"Iya, Seres. Abis ini bakalan muncul virus dari landak. Ntar gue yang nemuin," ucap Jojo dengan percaya dirinya.

"Kutub magnet utara dan selatan saling tarik-menarik itu emang udah hukum dunia."

Kali ini, aku menoleh sempurna ke arah Erza yang duduk tepat di sampingku. Aku tau dia emang lelaki yang tidak banyak bicara. Tapi, pintarnya itu nggak ketulungan.

Kudengar, dia bahkan sudah banyak memenangkan beberapa lomba OSN MIPA ketika SD sampai SMP. Kedua orang tuanya bahkan pengusaha tambang minyak bumi terbesar di negara ini.

Sebenarnya, yang mengurus tambang minyak bumi itu Ibunya. Kalau Ayahnya, dia seorang pengusaha di bidang bisnis. Kulihat, Ayahnya sering muncul di majalah-majalah milik Mamahku. Wajahnya benar-benar sangat tampan. Kalo begitu, gimana nggak waw?

Seorang Ibu yang cerdasnya nggak ketulungan, dengan seorang Ayah yang gantengnya minta ampun. Jadilah perpaduan yang hebat ketika menghasilkan Ezra yang tampannya bak dewa Yunani dengan kecerdasan yang tiada tara.

"Sama halnya kayak cowok dan cewek. Mereka berbeda jenis kelamin, namun harus bersatu, kan? Nggak mungkin cewek nikah sama cewek, terus cowok nikah sama cowok. Nggak mungkin, kan? Begitupun kedua kutub magnet itu. Jadi, udah hukum alam untuk menyatukan mereka yang berbeda," lanjut Ezra sambil menatapku.

Kali ini aku benar-benar ternganga lebar. Tuhan, apakah dia jelmaan Albert Einstein? Atau Albert Einstein jaman modern? Atau ... dia keturunan asli Albert Einstein?

New World [REVISI]Where stories live. Discover now