14. Kilasan Masa Lalu?

2.7K 240 5
                                    

Brukk!

"Aduh," rintihku refleks. Siapa yang menabrakku? Aku yakin sekali di sini tidak terlalu ramai. Jadi kenapa dia menabrakku?

"Maaf."

Tunggu!

Ini aku.

Tapi ... kenapa aku berada di sini?

Aku refleks bergeser ke arah yang berlawanan. "Tidak apa-apa," jawabku.

Aku mendongak. Menatap wajahnya hanya untuk sekedar melihat. Tapi nyatanya, aku terfokuskan pada iris birunya itu. Iris biru yang seolah menenggelamkanku ke dalam langit yang tak berawan.

Sebentar.

Lelaki itu ....

Bukankah itu lelaki di perpustakaan yang memelukku?

Skkaapp ....

Hah?

Apa itu tadi?

Bukankah ... itu aku?

Hei!

Ke mana lelaki yang memelukku tadi?

Di sini, hanya ada aku seorang. Ditemani dengan keheningan dan rasa sepi yang ada. Aku menolehkan kepala ke seluruh penjuru, dan tak menemukan apa pun. Tidak ada siapapun di sini selain aku. Benar-benar tidak ada siapapun.

Kalau tidak ada siapapun ... lalu tadi yang memelukku itu ... apa?

****

"Fia! Jangan ngambek elah. Tadi kan bercandaan doang."

"Iya bercandaan. Terus gue doang yang dihukum, heh?" cibirku.

"Fia, itu di dahi lo ... ada apa?" tanya Indah.

Refleks aku langsung mengelus dahiku. Tidak ada apa pun. Dahiku mulus tidak ada jerawat atau benjolan apa pun. "Nggak ada apa-apa, tuh."

"Nih, ngaca." Lulu menyodorkan cermin kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana padaku.

Ketika aku mengaca, aku melihat ada tanda aneh di dahiku. Bentuknya itu seperti ... entahlah. Ini seperti abstrak. Ah tidak. Ini seperti lambang zodiak. Tapi aku tak tahu zodiak apa. Warnanya itu hitam.

Karena warnanya yang gelap, itu membuatnya terlihat sangat mencolok mengingat kulitku yang sudah berubah menjadi pucat.

Bagus sekali, kawan.

Apa aku harus memakai rambut palsu juga untuk menutupi tanda ini, heh?

Lama kelamaan, seperti ada sesuatu yang menggelitiki tubuhku. Sesuatu itu membuatku dapat merasakan aura di sekitarku. Seperti angin yang berhembus kencang, aliran air yang ada di bawah tanah, dan panas matahari yang seolah-olah mengarah padaku.

Tunggu.

Sejak kapan aku bisa merasakan hal semacam ini?

Tak mau berpikir panjang, aku langsung mengambil bekas makanku dan berjalan menuju pedagangnya. Entah jalanku yang tidak lihat-lihat, atau mereka yang asal menabrak orang, akhirnya tubuhku seakan terbang ke angkasa.

Aku dapat merasakan tubuhku yang tiba-tiba berputar dengan sendirinya sesuai alunan arah tabrakan itu. Detik berikutnya, mataku terpejam. Aku terlalu takut untuk menyaksikan tubuhku yang jatuh ditimpa mangkok keramik bergambar ayam jago ini.

Lalu ....

Praankk ....

"FIAAA!"

"BAKPIA!"

New World [REVISI]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin