22. Benda Kecil

2.2K 202 4
                                    

Aku baru tau bahwa di luar angkasa ini memiliki sebuah planet macam zodiak yang bisa ditempati. Biasanya yang kutahu hanyalah Planet Merkurius, Venus, Bumi, Mars, dan kawan-kawannya. Sedangkan zodiak, kukira itu hanyalah sebuah rasi bintang yang dilewati sabuk khayalan sebesar 18° yang berpusat pada lingkaran ekliptika.

Namun ternyata, planet zodiak memang ada. Itu akan terlihat dari Planet Bumi ketika sabuk khayalan itu melewati rasi bintang hingga berbentuk sebuah bintang berzodiak yang sesuai dengan garis apa yang akan terbentuk.

Jika yang terbentuk adalah bintang Capricorn, maka bintang tersebut akan terlihat dari Planet Bumi. Makhluk-makhluk di dalamnya, bisa tinggal di bumi jika sudah mendapatkan izin dari King Capriman  selaku penguasanya.

Masalah kapan muncul bintang-bintangnya, aku tidak tahu. Senior hanya menceritakan dasar-dasarnya saja padaku. Lagi pula, otakku yang super kecil ini tak mungkin bisa menyerap sejarah dengan mudah.

Katanya lagi, saat ini bintang-bintang itu masih saja bertengkar. Menyombongkan planet masing-masing yang paling canggih. Mereka juga masih mencari senjata yang hebat itu, dan aku tak tahu senjata apa itu.

Yang aku pikirkan sekarang adalah ... untuk apa mereka melakukan ini itu agar planetnya terlihat paling canggih? Apa ini semacam kompetisi? Lalu, kalau ada satu planet yang menjadi tercanggih, apa mereka akan mendapatkan hadiah? Uang? Berlian? Emas?

Ketika aku menanyakan itu pada Senior, dia langsung terdiam kaku ... entahlah, semacam tersentak? Sebenarnya sekilas aku merasakan aura terkejut dan bimbang yang ada dalam dirinya. Namun aku tak tahu dia bimbang karena apa.

Herannya, kenapa dia tampak terkejut berlebihan begitu? Seharusnya wajar kan kalau aku berpikir seperti itu? Karena nyatanya, jika kita ingin berkompetisi seperti itu, pasti kita ingin memperebutkan hadiah, bukan? Aku penasaran, apa hadiahnya? Pasti lebih dari sekedar berlian ataupun emas.

"Aku tak tahu kau akan secerdik itu jika diceritakan sesuatu."

Aku sedikit tersentak sebenarnya. Pasalnya, aku sedang melamun di dalam kamarku, lalu tiba-tiba saja Bule Kesasar itu langsung masuk tanpa mengetuk pintu dahulu.

Cih! Apa di sini tidak ada adab 'mengetuk pintu sebelum masuk', heh?

"Apa di sini tidak diajarkan cara mengetuk pintu sebelum masuk?" sindirku.

Dia memutar bola matanya dengan malas. Kalau kuakui, dia sungguh sangat imut. Terlihat seperti seorang anak kecil yang polos dengan mata bulatnya itu.

Kalau dia tidak menyebalkan, kuyakin akan kubawa dia ke Planet Bumi. Itu jika diperbolehkan oleh Lady Aquamarine, dan jelas pasti aku tidak akan pernah mendapatkan izinnya.

Bule Kesasar itu datang-datang dengan seenaknya langsung duduk di sampingku kemudian menoyor kepalaku. Itu jelas membuatku langsung mendelik tajam padanya. Namun jari telunjuk terkutuknya itu belum juga lepas dari kepalaku.

"Otakmu ini memang kecil. Tapi sekalinya berpikir, pasti cerdik sekali—"

"Lo ini mau muji gue apa ngehina gue, heh?" potongku langsung.

"Menurutmu?"

Cih! Sia-sia saja berbicara padanya.

Lalu beberapa kemudian, suasana menjadi hening seketika. Aku dan Bule Kesasar ini sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku juga tidak sempat untuk merasakan aura dari Bule Kesasar ini.

Aku masih penasaran tentang hadiah apa yang mereka rebutkan itu. Apa yang membuatku bisa ikut ketarik dalam kasus aneh seperti ini. Padahal aku ini bodoh sekali dalam astrologi, sejarah, biologi, petualangan, dan segala macam. Yang kutahu hanyalah fisika, matematika, dan perhitungan.

New World [REVISI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora