11. Berubah

19 13 0
                                    

Keesokan harinya di sekolah...

Setelah memasuki gerbang utama Caca pun menyusuri koridor sekolah ia melihat Aji dari kejauhan yang sepertinya sedang menghampiri dirinya.

Namun Caca tidak menghiraukanya Caca terus fokus ke depan tanpa memperdulikan apa-apa.

"Hay Ca!" Sapa Aji.

"Hmmmmmm!" Jawab Caca datar tanpa menghentikan langkah nya.

"Ca..ca..ca tunggu dulu, gue mau ngomong sama lo!" Aji berusaha menghentikan langkah Caca dengan berdiri di hadapanya.

"Sorry Ji gue buru-buru!"

Namun Aji tidak tinggal diam ia menarik pergelangan tangan Caca.

"Aji lepasin!!" Caca berusaha melepaskan cekalan Aji, namun tenaga nya tidak cukup kuat untuk melepaskanya.

Di sisi lain ada yang tidak sengaja memperhatikan mereka berdua yang kini sedang berpergangan tangan.

orang itu pun langsung pergi dari sana, dengan emosi yang meluap-luap.

Ketika Aji memaksa Caca untuk ikut denganya tiba-tiba saja ada seseorang yang menghentikan langkah Aji. Orang itu tersenyum miring dengan melipatkan ke-2 tanganya di dada.

" Dasar pengecut!" Ucap orang itu dengan senyum miringnya.

"Maksud lo apa!" Emosi Aji pun mulai membeludak.

"Beraninya sama cewek, payah banget lo." Ucapnya lagi dengan nada tak enak membuat emosi Aji semakin naik level.

Aji pun dengan seketika meninju wajah pria itu berulang-ulang, pria itu mencoba melawanya tapi dia tidak punya cukup tenaga untuk melawan Aji karena kesehatannya masih belum stabil.

Suasana dikoridor saat ini sepi sehingga tidak banyak orang yang mendengar perkelahian mereka berdua.

Darah segar mulai bercucuran di hidung pria itu dan ujung bibir yang mulai membiru.

"Ajiii udahhhhh jiiii !!!!" Bentak Caca dengan air mata yang mulai turun.

" Gue bilang stop Ajiii! Lo bener-bener pengecut jiii! Gue benci sama lo." Bentak Caca yang sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya.

Seketika Aji menghentikan aktifitasnya setelah mendengar kata-kata yang dilontarkan Caca padanya. Aji memandang lekat mata Caca tanpa bicara sepatah katapun setelah itu pergi dari hadapan Caca.

-
Disisi lain ada yang sedang menunggu kedatangan Caca dengan luapan emosi yang hampir meledak, orang itu tidak lain adalah Xelin orang yang tadi melihat kejadian di koridor.

Xelin mondar-mandir di samping tempat duduknya, entah apa yang merasuki mu.
Ehhhh salah, entah apa yang dipikirkanya saat ini, namun tergambar jelas di raut wajahnya bahwa Xelin sedang menahan sebuah kekecewaan yang haqiqi, yang mendalam maksudnya hehe.

-
Seorang pria terbaring lemah di kasur UKS, dengan darah segar bercucuran.

"Dir ngapain lo ngelakuin hal kaya tadi hah? Mau so jadi pahlawan lo? Jaga diri aja lo belum bisa apalagi jadi pahlawan buat orang lain!" Ucap Caca yang sedang mencari kotak P3K disana.

"Gue gak suka lo ngomong kaya gitu!" Jawab Dira dingin.

"Gue juga nggak suka lo ngelakuin yang kaya tadi, lo itu ngebahayain diri lo sendiri tau nggak!" Caca membuka kotak P3K dan duduk di kursi disamping tempat Dira berbaring.

Tidak ada jawaban lagi yang keluar dari mulut Dira, ia hanya terdiam ketika Caca membersihkan darah di hidung dan bibirnya.

Sesekali Dira merintih kesakitan, namun Caca tidak menghiraukanya ia terus fokus membersihkan luka Dira.

"Bisa pelan dikit nggak sih!"

"Emang kenapa? Sakit?"

"Ya Iyalah! Dasar bego."

"Gue kira cuman manusia aja yang ngerasain sakit." Ucap Caca datar.

"Jadi lo kira gue apaan?"

" Kutil kuda." Dengan polosnya Caca menjawab. Ia segera beranjak dari tempat duduknya, namun ketika Caca akan melangkahkan kaki tiba-tiba tanganya di tarik oleh Dira dan kini posisi Caca berada di atas dada bidang Dira.

Mata mereka saling bertemu, kini mereka berdua saling memandang dengan tatapan yang begitu lekat. Hingga ada seseorang datang yang membuat mereka berdua kaget.

"Lagi ngapain kalian?" Ucap Sinta salah seorang PMR di SMA.

"La..la...lagiiiii ituu mmmmmhhh. Udah ngobatin." Belum juga Caca selesai bicara. Tiba-tiba saja Dira angkat bicara yang membuat Caca terbelalak.

"Lagi pelukan emang kenapa?"

"Hehhh ngomong apaan sih lo!! Engg..enggak Sin tadi gue abis ngobatin dia terus kesandung." Jawab Caca terbata-bata.

"Mmmmh gue kira hahaha,, yaudah deh Sorry ganggu yah haha." Sinta pun pergi membawa kotak P3K.

"Hahahahahhhaha!"

Demi apapun Caca tidak pernah melihat Dira tertawa lepas seperti ini. Sungguh ini adalah keajaiban dunia yang mesti di abadikan.

"Lo ketawa?"

"Nggak!" Tawa Dira terhenti seketika itu juga.

"Dasar Aneh!" Caca pun pergi meninggalkan UKS menuju kelasnya.

Sepeninggalan Caca, Dira pun senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi, ia pun menyadari ada yang berbeda dari dirinya, baru kali ini ia bisa tertawa lepas seperti ini.

-
Jam istirahat tiba...

Caca pun memasuki kelasnya, dan menghampiri Xelin.

"Hay Sel!" Sapa Caca dengan senyum sumringahnya.

Namun Xelin sama sekali tidak menanggapi sapaan dari Caca.

"Sel lo kenapa?" Tanya Caca yang merasa khawatir melihat sahabatnya yang murung itu.

Cacapun mendekati Xelin dan merangkulnya.

"Sel lo kenapa?"

"Nggak Ca gue nggak apa-apa!"

Caca merasa ada yang berbeda dari Xelin hingga ia tidak yakin dengan jawaban Xelin barusan.

"Sel gue yakin ada sesuatu,,gue mohon lo cerita sama gue Sel!"

Xelin menatap Caca lekat entah apa yang Xelin pikirkan sekarang. Hingga ia pun mengangkat suara.

"Ca gue cuma kecewa sama seseorang!"

"Siapa Sel? Kasih tau sama gue! Gue nggak rela ada yang buat lo sedih kaya gini." Ucap Caca sungguh.

"Masa iya lo nggak tau Ca!." Jawab Xelin yang otomatis membuat Caca bingung.

"Emang siapa Sel?"

"Ntarr juga lo tau!" Jawab Xelin yang langsung berdiri hendak pergi keluar kelas.

"Kemana?"

"Kantin!"

Caca merasa ada yang berbeda pada sahabatnya itu, yang biasanya Xelin selalu menceritakan semuanya kini mulai ada rahasia diantara mereka, dan yang biasanya ngajak ke kantin bareng sekarang tidak.

"Gue harus cari tahu!" Gumamnya.

Thank yah udah mampir♥
Jangan lupa vote and komen.
-
-
-
-






My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang