14. Rapuh

28 7 1
                                    

Tanpa Caca sadari Xelin melukis senyum miring di wajahnya.
-
Keesokan harinya....

Seperti biasa Xelin sudah berada di bangku kelasnya sebelum Caca tiba di sekolah.

"Pokoknya gue harus mikirin cara lagi supaya Cewek brengsek itu ngerasain apa yang gue rasain! " gumam Xelin.

Tak lama munculah seorang gadis yang sedang di pikirkan Xelin dari balik pintu, yaah itulah Caca.

"Hi, Sel! " Seperti biasa Caca selalu menyapa Xelin setiap pagi.

Hening......

Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut Xelin, Xelin terus fokus mencari ide dengan mengetuk-ketuk kepalanya menggunakan pulpen yang di pegangnya.

"Sel lo lagi mikirin apa sih? " Caca menepuk bahu Xelin.

Xelin yang merasa terkejut, sontak emosi karna ide yang di rancangnya langsung buyar tak tersisa dari otaknya itu.

"Apaan sih lo Ca nggak sopan banget! " Bentak Xelin.

Xelin pergi menuju pintu hingga tak terlihat lagi.

"Sebenarnya Xelin kenapa yah, kok akhir-akhir ini dia jadi beda, dia jadi emosian, dia jadi cuek sama gue, emang gue salah apa sama dia! " setetes cairan bening terjun dari kelopak matanya.

Bel masuk berbunyi......

Seperti biasa semua peserta didik mengikuti pembelajaran dengan efektif begitu juga Caca dan Xelin.

"Sel pinjem pulpen dong, punya gue abis nih! " Ucap Caca sambil memperlihatkan pulpenya.

Xelin mengeluarkan satu pulpen dari tempat pensil tanpa berkata apa-apa.

"Makasih hehe! " Cacapun menjadi canggung dengan sikap Xelin padanya.

"Hmmmmmm... " jawab Xelin.

Bel istirahat berbunyi......

Semua pemangsa makanan kantin bergerombol menuju tempat itu.

Caca yang melihat Xelin masih mencatat pelajaran berusaha memberanikan diri mengajaknya ke kantin karena jika tidak hati-hati mungkin Xelin akan marah, apalagi akhir-akhir ini Xelin selalu tiba-tiba emosi.

"Sel, mau ikut ke kantin gak? "Tanya Caca selembut mungkin.

"Lo aja! "Jawabnya.

"Yaudah gue ke kantin dulu yah! "Cacapun beranjak pergi ke kantin.

Dikantin....

"Caaa!"

Caca yang merasa dirinya terpanggil pun menoleh ke belakang.

"Ada apa? " Ternyata Aji memanggilnya.

"Lo ko sendirian, Xelin mana? "

"Dikelas! " Caca terus berjalan menuju warung Mang pepe hingga sampai di tempat duduk disana, dan Aji masih saja membuntutinya.

"Mang pepe Bakso 1 yah, es teh manis nya juga 1" Teriak Caca.

"Ca maafin gue yah Ca! "Aji berlutut memohon-mohon dengan menyatukan ke dua tanganya.

"Apaan sih Ji malu-maluin tahu! " Gubris Caca.

Mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang di kantin.

"Berdiri Ji berdiriiii! "

"Nggak!! Gue gak bakalan berdiri sebelum lo maafin gue! " Ucap Aji dengan suara tinggi hingga orang-orang disana terus tertuju pada mereka.

"Oke Ji! Gue akan maafin lo, asalkan lo jauhin gue, lo jangan deketin gue lagi! "

" Tapi Ca! "

Caca pergi dari kantin, setelah ia membayar bakso yang di pegang nya walaupun baksonya tidak ia makan.

"Nih Mang uangnya! "

"Tapi Neng ini baksonya baru jadi! "

"Udah buang aja! " Ucap Caca pergi meninggalkan kantin.

Dengan suasana hati yang sedang kacau Caca pergi ke lapangan Basket.

"Tuhan kenapa sahabat gue jadi berubah!! Apa salah gue sama dia Tuhan! " Teriak Caca sambil melempar Bola basket sekeras mungkin ke lantai.

Caca tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikanya sejak dia masih di kantin, dan orang itu adalah Dira

"Tuhan kenapa hidup ini gak adil sama gue, hikshikshiks! " Caca menangis dengan histeris ia tumbang dan hatinya rapuh Ia memukul-mukul bola basket oleh tanganya sendiri.

"Heh lo bego banget yah, ngapain coba lo mukul-mukul bola kaya gitu, bola itu gak punya salah sama lo! " Tiba-tiba seseorang muncul dari belakang.

"Ngapain lo kesini? " Bentak Caca yang masih menangis.

Namun, Dira tidak menjawab pertanyaan Caca.
Ia mendekati Caca dan melihat tangan Caca yang bercucuran darah.

Ketika Caca hendak memukul-mukul bola basket itu, Dira menarik tubuh Caca kedalam dekapanya.

Caca memukul-mukul dada bidang Dira berulang-ulang.

"Pukul Gua Ca pukul!!"perintah Dira.

"Hikshikshiks" Caca menangis dan berhenti melakukan aktivitasnya.

"Kenapa lo berhenti ? Ayo pukul gua! Tangan lo gak bakalan terluka kalo lo pukul gua. "

"Kenapa lo mau gue pukul? " Tanya Caca yang masih sesenggukan.

"Agar gue bisa ngerasain apa yang lo rasain"

Caca terkejut dengan jawaban Dira barusan, ia memandang Dira dengan penuh tanda tanya.
-
-
-

Terimakasih yang udah baca
Tunggu lanjutan ceritanya yaaa
1 vote sangat berharga 💜💜💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang