003

3.2K 581 48
                                    

+

dalam dinginnya dini hari, nata menghembuskan nafasnya perlahan.

jam satu pagi, lokasinya di minimarket dekat apartemennya, nata menatap lantai minimarket yang dingin sambil menunggu om kasir mengambilkan beberapa obat yang baru saja dimintanya. kepalanya pusing dan berat. nata tau pola makannya akhir-akhir ini tidak teratur.

tertekan, mungkin adalah segelintir kata yang bisa menjelaskan kondisinya sekarang.

dari dulu nata hanya tinggal dengan bunda. kedua orang tuanya bercerai ketika ia berusia sepuluh tahun. alasannya murahan- karena mau membahagiakan satu belah pihak dan tidak cocok katanya. padahal bukan. nata tahu saat itu ayahnya selingkuh dan menjadi penyebab mengapa bundanya selalu menangis tiap malam.

bunda sakit hati. sejak saat itulah bunda selalu menuntut nata untuk menjadi sempurna. awalnya, nata tidak membantah dengan semua tuntutannya. nata hanya menurut karena baginya bunda akan senang jika ia menjadi apa yang bunda mau.

tapi seiring berjalannya waktu, nata paham. dia bukan lagi bocah dekil lagi yang bisa ditipu. lama kelamaan pun, nata merasa segalanya yang ia lakukan untuk bunda selama ini sia-sia.

bundanya sibuk kerja. ikatan antara ia dan bundanya malah merenggang. mereka juga tidak sedekat dulu. di beberapa momen, kadang nata merasa eksistansinya bagi sang bunda itu bukan lagi siapa-siapa.

jadi selama ini, bundanya anggap dia apa?

nata menarik nafasnya yang tersendat. matanya perlahan memanas. dia kangen bunda. sudah satu bulan keduanya tidak bertemu dan hanya komunikasi lewat telepon, itu pun hanya berbincang sepuluh sampai duapuluh menit. apa kabar bundanya sekarang?

"ini obatnya. jangan sering-sering ya. minggu lalu kamu udah ke sini beli dua bungkus." suara sang kasir membuyarkan lamunannya. nata terkekeh, ia mengangguk dan memerogoh sakunya, hendak membayar. namun tanpa diduga, pergelangan tangannya mendadak dicekal dan nata sukses tersentak dibuatnya.

"nggak usah, mas. dia gak butuh obatnya."

nata menoleh. sepersekian detik dirinya sempat diam, lalu tersadar bahwa yang baru saja menjadi pelaku pencengkal tangannya adalah jeff.

alis nata menukik tidak suka. gadis itu mencoba menepis tangan jeff tapi pemuda itu terlalu kuat memeganginya.

"lo ngapain sih?"

jeff melirik nata. "menurut lo ngapain?"

"kalau ditanya tuh ya jawab, gak usah nanya balik!"

"penting banget emangnya sampe harus dijawab?" jeff berujar santai, nata mendelik. "maaf mas, kayaknya lain kali aja belinya."

"dih?"

"ayo."

dengan lancang jeff menarik si gadis keluar dari minimarket. nata sendiri berusaha melepaskan tangan jeff yang terlalu keras mencengkram tangannya. nata mencebik, dengan perasaan gondok, kemudian gadis itu menendang kaki jeff cukup keras sehingga membuat empunya memekik.

"apaan sih lo!" bentak nata. "seenaknya banget jadi orang!"

"aduh sakit, bangsat." jeff meringis. "heh bocah, lo gila? gue punya mata, gue bisa liat. lo gak bisa beli obat sebanyak itu,"

"tch, kenapa?"

"bukannya yang harus nanya gitu itu gua?" jeff mengangkat alisnya. "gua tanya, cewek waras mana yang beli obat sebanyak itu di jam satu pagi?"

"cih." nata mendecih lalu mendorong pundak jeff agar menyingkir dari hadapannya. "do shut up. gak usah mikirin gue. lo gak tau rasanya sepusing apa gue. jadi mendingan pergi aja."

"kata siapa gua gatau?" di sini jeff sukses kekeh sinis. "gak perlu ngomong seolah lo orang paling menderita di sini. nyatanya, gua lebih tau rasanya jadi lo dibanding lo sendiri." oniks coklat si adam menatap nata dengan satu pandangan garis lurus. "gua tau rasanya jadi orang buangan."

orang buangan.

jantung nata rasanya seperti berhenti beberapa detik begitu mendengar perkataan jeff yang telak menohoknya ke relung hati yang paling dalam.

nata menghela lalu menunduk. tiba-tiba saja nafasnya memberat. nata memegangi kepalanya yang terasa sakit. rasa pusingnya kembali. sakitnya menjalari kepalanya seakan meremasnya kuat.

tubuhnya tumbang. nata total ambruk. satu hal yang ia rasakan sebelum semuanya gelap adalah jeff yang berlari untuk datang merengkuhnya.

+

+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
aphroditeWhere stories live. Discover now