008

2.4K 482 68
                                    

+

"mah, lutut aku luka, tadi pas lagi main di lapangan sama temen-temen, aku jatuh dari sepeda."

"itu cuma luka kecil, jeff. minta bibi buat obatin kamu sana."



"pah, aku dapet ranking satu."

"ya, bagus. pertahanin. jangan sampe nilai kamu turun."


"mah, pipi aku lebam, tadi habis berantem kena tonjok sama temen."

"kamu bisa obatin sendiri. jangan manja. mamah gak pernah ajarin kamu buat jadi aleman loh, jeff?"


"pah, maaf. nilaiku turun. aku dapet rangking tiga, jadi-"

"jadi cuma segitu kemampuan kamu? terus kamu pikir buat apa papah sekolahin kamu mahal-mahal kalau cuma dapet rangking tiga? gak becus!"





"oi, ngelamunin apa?"

jeff terkejut. reflek menahan tangan nata yang tengah menarik-narik ujung bajunya dengan gemas. jeff menoleh. menatap nata lalu menyentil dahi gadis itu, "lo."

"hah?"

"gua ngelamunin lo."

nata mengerjap gelagapan. sampai akhirnya gadis itu tertawa hambar untuk sekedar menghilangkan canggung yang tiba-tiba terasa. "hahaha, lucu lo." nata balas menyentil dahi jeff. "jangan kayak gitu. gue salting anjir, gak baik buat jantung:"

jeff terkekeh ringan mendengar balasan nata. pemuda itu beralih menyenderkan tubuhnya pada jok mobil. mengambil rokok dari saku jaketnya, lalu mengambil korek. jeff membuka kaca jendela mobil, sudah bersiap menyalakan rokoknya. namun nata dengan cepat menahan tangan jeff dan merampas rokoknya kasar. "nggak usah ngerokok kalau ada gue."

jeff mendecak. "nat? balikin sini." jeff berusaha merampas balik rokoknya, tapi nata malah memasukkanya ke dalam saku jaket.

"kalau lo mau ngerokok gue balik."

jeff menghela nafasnya. menarik tangannya kembali. membiarkan nata terkekeh puas. "jangan balik dulu, temenin gua di sini."

"iya."

kemudian hening. jeff menatap jendela mobil. melihat pemandangan mobil berlalu lalang dengan pikiran yang mengawang bebas. sementara di sampingnya, nata memperhatikan jeff. rambutnya, matanya, bibirnya, kulitnya, serta garis wajahnya.

nata tidak bisa menahan senyumannya.

ciptaan tuhan memang seindah itu.

"jeff."

"hm,"

"kalau lo masih suka sama jiho... bilang aja." nata berujar. jeff langsung menoleh, menatapnya dengan alis terangkat. "gue bisa liat kok tadi, lo cemburu kan ngeliat jiho sama yang lain? kalau masih suka bilang aja, gue bantu lo deketin lagi."

jeff semakin mengernyit tidak mengerti. "maksud lo apa?"

"jangan pura-pura seolah semuanya baik-baik aja. gue ngerti rasanya dicampakin begitu aja sama orang yang lo sayang. nggak enak, jeff."

di sini, jeff langsung mengerti arah pembicaraan nata. pemuda itu menghela nafas dan mengalihkan pandangannya dari nata. menatap stir mobilnya sendu. "gua nggak cemburu. perasaan gua sama jiho udah ilang sejak lama."

"bullshit."

"gua serius." jeff melirik nata. mengunci manik gadis itu dengan satu tatapan garis lurus. "lo nggak tau apa-apa tentang gua sama jiho."

"makanya kasih tau."

jeff mengernyit. "kenapa gue harus kasih tau?"

nata menghendikkan bahu. "i don't know. mungkin karena lo suka gue?" ucap nata, mata jeff membulat. "i think i like you too."

jeff terkekeh. berdeham canggung. nata tidak serius, jeff tahu. gadis seperti nata mana mau tertarik dengan hal-hal berbau percintaan.

"gua nggak cemburu atau masih suka sama jiho, nat. pacaran di dalam hubungan toxic itu udah bikin perasaan gue ilang. begitu lihat jiho, gue cuma ngerasa- nggak terima."

nata mengernyit. "sama siapa?"

"sama dunia." jeff berujar dibalik nafasnya yang tersendat. "dunia sebercanda itu mainin gue. pas gue putus itu terakhir kalinya gue berantem sama jiho. dan lo tau dia bilang apa?"

nata mendeguk. "a-apa?"

"dia bilang dia nggak perlu orang berengsek kayak gue. gue egois dan cuma rayap yang mau nangisin orang kayak gue." jeff tertawa hambar. lalu menunduk. perlahan air matanya membasahi pipi. "bangsat."

nata panik dan menggigit bibir begitu jeff mulai menangis. nata meraih tangan jeff. menggenggamnya. jeff balik memegangi tangannya erat. seolah tidak mengizinkan nata untuk meninggalkannya barang sedikit pun.

"jeff..."

"nata, please. gue cuma nggak mau dibuang lagi."

+

nata kembali tangkap pandang sosoknya sore ini.

tampak mewah. tampak seperti wanita sosialita dengan dress selutut hitam yang rapih. wajah yang dirias dengan begitu cantik. high heels setinggi enam senti. tas jinjing kecil. dan topi hitam yang menaungi kepalanya.

wanita itu berdiri di depan pintu apartemennya sambil beberapa kali menekan bel karena tak kunjung dibukakan. nata berjalan mendekat, menghampiri sosok wanita itu. namun mata nata membulat begitu dirinya ternyata mengenali wanita itu.

nata berhenti. membuat jeff yang di belakangnya ikut memberhentikan langkahnya. "kenapa, nat?"

nata tidak menjawab, beralih tertegun begitu wanita itu menoleh ke arahnya.

"b-bunda?"

"b-bunda?"

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

+

aphroditeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora