014

2.3K 417 45
                                    

+

rasanya begitu nata menginvasi hidupnya begitu saja, jeff jadi lupa kapan terakhir kali dirinya bisa tidur dengan tenang.

"JEPRI BANGUN LO DASAR PEMALES!"

kan.

satu siraman air melayang di wajahnya. jeff gelagapan kemudian bangun dengan nafas terengah dan basah dimana-mana. jeff mengusap wajahnya kemudian mendesis. ia menatap nata- selaku si pelaku yang baru saja menyiramnya dengan tatapan sengit. "sinting lo."

"bangun. jam berapa ini?!" nata berkacak pinggang. jeff mengerang malas. cowok itu berbalik badan dan kembali memejamkan mata.

"lima menit." ucapnya, total undang cebikan sebal dari si gadis, tapi jeff mana peduli. "gue belum tidur. makanya kelonin."

"dih si anjing, kelonin aja sana sama tembok." nata berujar sarkas. jeff mendecak. pemuda itu bangun, menegakkan tubuhnya kemudian menatap nata dengan serius. nata yang berasa diperhatikan menoleh, kemudian mendelik sinis. gadis itu balik menatap jeff menantang. "apa lo?"

jeff tersenyum jahil. sebuah pemandangan luar biasa buat nata oleng di pagi hari. belum lagi rambut berantakan dan wajah bantal buat jeff makin enak dilihat. "lo pacar gue bukan sih?"

duh. pertanyaan retorik. nata mencebik. naik ke kasur. menghampiri jeff dan duduk di samping pemuda itu. "iya gue pacar lo. mimpi apa gue?"

jeff senyum tipis, menghambur ke pelukan nata tanpa diduga. rambutnya bermain-main di leher si gadis, buat nata sedikit terkejut tapi tetap membalas pelukan pacarnya sambil menepuk punggungnya. "kok lo manja sih kayak anak anjing."

senyum jeff meluntur diganti dengusan sebal. "kenapa harus anjing?"

"anak anjing lucu dih."

jeff melepas pelukannya. kemudian tangannya terangkat untuk mengacak rambut gadisnya gemas. sukses dihadiahi tepisan karena jeff betulan buat rambut nata berantakan. jeff tertawa puas. "hari ini jadwal lo ngapain? ada kelas nggak?"

"nggak." geleng nata lalu tersenyum antusias. "bunda ajak gue makan siang. menurut lo gimana?"




+



di balik nafasnya diam-diam nata mengumpat. sekarang dia tau darimana asal sikap gengsinya berasal.

ya, tentu saja bundanya. nata benar-benar tidak paham sama sikap bundanya yang kadang bisa buat siapapun salah paham. jelas sekali bundanya punya gengsi tinggi. tsundere tingkat akut.

bahkan setelah keduanya duduk berhadapan yang dibatasi meja restoran siang ini, bundanya belum mau ajak dia ngobrol duluan.

nata menyantap daging steaknya. ini restoran pilihan bunda tentunya. kebiasaan nata tiap siang makannya pasti tak jauh-jauh dari makanan warteg. tapi hari ini tidak, bunda ajak dia ke restoran mahal. ah, kalau menyangkut mahal nata selalu teringat jeff. tadi pagi nata lihat baju dengan merek gucci milik pacarnya itu tergeletak asal di bawah lemari. bahkan ada baju dengan merek mahal lainnya yang asal di taruh di pojokan kamar.

"dagingnya enak, lho, bun. bunda suka makan di sini?"

ucapkan terimakasih dengan sikap tidak sabaran nata. canggung keduanya sedikit berkurang begitu ia bersuara. bundanya kali ini lirik dia dan senyum. "belum pernah. bunda dikasih tahu temen katanya di sini enak."

"oh.. gitu."

habis itu hening. nata merutuki bundanya yang malah melanjutkan makan. ini nyebelin, pikirnya. nata berkali-kali umpat kata sialan dalam hatinya. sebal setengah mati atas sikap gengsi bundanya yang tinggi. bahkan dalam keadaan kayak gini; bunda sama sekali gak nurunin mahkota yang ada di atas kepalanya. ego.

nata kesal. lalu dengan satu tarikan nafas, nata menatap bundanya, "aku kemarin bicara banyak sama papah."

hening semakin terasa. nata mencoba tersenyum. "ada jevin, ada tante jean juga. jevin ganteng ya, bun? kemarin juga jevin sempet anterin aku makanan."

"makanan?"

"heem. tawaran perdamaian kayaknya." gurau nata.

"terus? kamu terima?"

"kasian mukanya takut sama aku kalau ditolak."

bundanya terkekeh pelan. "jevin sama kamu masih sereman jevin padahal."

"ah, jevin cemen. mukanya doang yang kuli. hatinya helo kiti, bun." ujar nata. setengah meminta maaf kepada jevin dalam hati karena membicarakan pemuda itu. tapi nata akui jevin cukup menggemaskan.

"gitu ya?" bundanya kali ini geleng-geleng. "terus tante jean gimana kabarnya?"

"nggak tau. tapi kayaknya baik-baik aja." nata mengangkat bahunya cuek. bundanya mengangguk paham, nata tidak pernah suka bicara menyangkut jean.

"terus kamu bicara apa aja sama papah?"

"banyak, bun. semuanya aku bicarain." jawab nata. dalam hati rasanya ingin sekali berteriak kepada dunia mengenai isi hatinya yang sulit diungkap melalui ucapan. "aku penasaran, selama ini apa sih yang bunda lihat dari aku?"

bundanya diam seribu bahasa. mulutnya seakan kelu. suaranya seakan tertahan di tenggorokan. tapi bundanya kali ini coba untuk bicara, "bunda liat papah."

nata hanya diam. gadis itu bermain-main dengan ujung bajunya. beberapa menit berlalu sampai akhirnya bunda kembali berbicara,

"kamu itu persis papah. bentuk muka, cara bicara, cara jalan, cara makan, cara berpakaian, makanan kesukaan. sampai struktur rambut kamu juga mirip papah." ujar bundanya, lalu sedikit tertawa pelan mengingat wajah mantan suaminya. "bedanya papah sama kamu itu cuma di bagian pemberaninya aja. papah kamu itu nggak seberani kamu, nata. selama ini papah nggak mau ketemu kamu bukannya dia nggak sayang kamu. dia cuma nggak berani. tau kenapa?"

nata mendongak menatap netra bundanya. "kenapa?"

"karena papah kamu terlalu banyak melihat dirinya sendiri."

+

met sore para jomblo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

met sore para jomblo. pengen unpub work ini rasanya,,,

aphroditeWhere stories live. Discover now