004

3K 545 40
                                    

+

buka mata, satu hal yang nata dapati pagi ini bukan lagi pemandangan kamarnya, tapi justru pemandangan jalanan yang ramai dengan dirinya yang berada di dalam mobil.

aroma musk yang kental memasuki penghidu, harumnya total buat nata sesak. gadis itu mengerjap pelan. ia meringis begitu kepalanya masih terasa sedikit pusing. matanya mengedarkan ke sekeliling, selanjutnya nata baru menyadari bahwa ia berada di depan gedung apartemennya sendiri.

nata mendesis dan baru saja ingin menegakkan tubuhnya, tapi ia sedikit bingung begitu menyadari bahwa tubuhnya diselimuti oleh jaket besar berwarna hitam. dari aromanya, ini jelas milik jeff. wanginya khas sekali. tujuh bulan kenal jeff sebagai tetangga sekaligus kakak tingkatnya buat nata hafal aromanya.

nata sesekali suka mencuri-curi aroma pemuda itu jika berpas-pasan dengannya. dan nata tidak bisa untuk tidak menyukai aromanya karena ia mengakui bahwa jeff memang sewangi itu.

ceklek,

pintu mobil di sebelahnya terbuka. nata menoleh, menatap jeff langsung mendudukan diri di kursi kemudi. tangan kanan si adam memegang segelas minuman, sementara tangan kirinya memegang seputung rokok yang tinggal setengah.

detik selanjutnya jeff melirik nata dengan pandangan datar. "oh, udah bangun? gue kira lo gak bakal bangun lagi."

nata mendengus geli. "lah, sleeping beauty dong gua gak bangun-bangun." celetuk si gadis ringan. "tapi ya gak papa si. lo jadi pangerannya, gimana?"

"ogah."

nata kontan terkekeh ringan. si gadis menyamankan posisi dan beralih melempar pandangannya pada jendela mobil. "kalau boleh tau, semalem... gua kenapa?"

jeff melirik nata sekilas lalu menyesap rokoknya. "oleng. jatoh tiba-tiba. gua kira lo cuma caper taunya beneran gak sadar diri. nyusahin sih, tapi ya masa gua tinggalin gitu aja?" jelas jeff. sambil menyandarkan kepalanya. "makanya, besok gak usah macem-macem dah. lo punya banyak hal yang bisa dibeli daripada harus beli obat sebanyak itu. niat lo apa? sok-sokan mau overdosis apa gimana?"

nata mendengus kasar. "ya ya, terserah. tapi sarkas lo berlebihan, brengsek."

"okay, sorry." ucap jeff. "tapi serius. lo masih kecil, masih ada harapan buat nggak-"

"cuih kecil apaan sih gue sama lo cuma beda setahun," nata menyangkal diiringi dengusan di akhir kalimat. "kalau gitu, terus bedanya sama lo apa? ngerokok juga bikin paru-paru busuk kan?"

jeff mendecak malas begitu perkataannya baru saja disela. "fase gua sekarang itu lagi di fase banyak pikiran. rokok cuma obat, untuk sekedar pelarian, kalau lo mau tau." ujarnya. "dan bagi gue gak wajar bagi seorang perempuan buat keluar jalan-jalan di jam satu pagi. jadi kesimpulannya, ya, lo ada masalah?"

hening. selanjutnya jeff tertawa pelan. entahlah, tapi ia memang tidak menyangka kalau dirinya bisa berbicara sebanyak ini kepada nata. jeff bukan tipikal orang yang banyak bicara, omong-omong.

"ya, gitu." nata menanggapi singkat. "lo pastinya juga sama. gue gak akrab sama lo, tapi cukup tau rokok buat pelarian itu udah nunjukkin lo lagi sama pusingnya." nata mendengus tipis. "ternyata lo bisa pusing-pusingan juga."

"ya bisa lah, bocah. gua punya otak."

"halah punya doang, dipake kagak." nata menyeletuk membuat jeff mendesis tajam ke arahnya. si gadis langsung menciut takut. "iya maap."

jeff memutar bola matanya, pemuda itu membuang rokoknya pada jendela yang terbuka, kemudian menghendikkan dagu. "yaudah sana turun lo. gua mau ada kelas."

nata mengangguk. tapi kemudian tersadar sesuatu. "eh, jaket lo-"

"ambil aja."

nata bungkam. "hah?"

"iya ambil aja. udah jarang gua pake juga."

nata masih bergeming. diam untuk beberapa saat lalu mengangguk kaku. "beneran? ya-yaudah.." ujarnya sambil menyampirkan jaket tersebut di bahu sebelah kirinya kemudian membuka pintu mobil.

sebelum benar-benar pergi, nata berbalik badan, lalu menyunggingkan senyum tipis. "makasih."

jeff mengangguk samar. nata keluar dari mobil. sementara itu jeff menatap kepergian si hawa yang masuk ke dalam apartemen dan menghilang di belokan setelahnya.

sambil meminun coklat hangatnya, jeff sadar- nata tidak berbeda jauh dengan dirinya yang dulu sering merasa kosong dan rumpang dalam keadaan sulit. bahkan jaehyun sendiri tidak ingat kapan terakhir kali dirinya benar-benar merasa disayang oleh orang yang selama ini seharusnya dekat dengannya.

pft, ini lucu. jeff sadar dirinya terlalu berasumsi buruk dalam menilai orang. nyatanya, nata tidak seburuk yang selama ini dirinya kira.

+

+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
aphroditeWhere stories live. Discover now