AACB - 07

7K 374 2
                                    

Ujian ada untuk membuat orang semakin kuat. Jangan mengeluh ketika mendapat ujian dari Allah, tapi mengeluhlah kalau Allah tidak memberimu ujian.

-Ajarkan Aku Cara Bertahan-

🌸🌸🌸

"Mas, aku rela kamu menikah dengannya. Aku ikhlas dimadu asalkan kamu tidak meninggalkanku." Wanita itu bersimpuh di lutut suaminya. Pipinya sudah begitu basah dengan air mata. Sudah bisa ditebak seperti apa perasaan dia saat ini.

"Tidak, Zahra! Aku tidak akan menduakanmu. Lebih baik kita berakhir sampai sini!"

Wanita itu menggelengkan kepalanya tanda tidak mau. "Tidak, Mas, jangan ceraikan aku! Tiga tahun kita menikah apa harus seperti ini akhirnya? Mas, pikirkan Naura juga yang masih kecil, dia butuh perhatian kedua orang tuanya."

Ryan berjongkok menyamai tubuh istrinya. Dengan tersenyum berat dia berkata, "Zahra Annisa, hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini juga ... aku, Ryan Tamabara suamimu menjatuhkanmu talak satu."

Zahra terdiam syok. Tangan kanannya terulur menyentuh bibirnya. Kepalanya menggeleng lemah tidak kuasa. "Mas Ryan, setega itu kamu padaku, pada Naura? Baik, aku akan pergi dan Naura akan ikut bersamaku! Aku tidak akan membiarkan dia tinggal bersama wanitamu itu!"

"Zahra."

Wanita itu tak menggubris, dia segera berlalu dan mengemasi baju-baju miliknya dan anaknya. Tak harus patuh lagi bukan karena Ryan sudah bukan suaminya lagi sekarang.

Tangan yang selama ini lincah mengurusi kebutuhan rumah tangga, mulai menarik perlahan koper berukuran sedang tersebut. Dengan berusaha menahan air matanya agar tidak luruh, dia mengepalkan sebelah tangannya yang terbebas.

"Zahra, maafkan aku. Aku-"

"Tidak apa, Mas, aku tidak memaksamu. Semoga kamu bahagia selalu dengannya dan anak yang tengah dikandungnya."

"Hiks, hiks." Dzakira mengusap air matanya yang lolos dari pertahanannya.

Sudah beberapa menit berlalu dan dia sudah berada di pertengahan bab novel yang dibelinya tadi. Entah kenapa isi novel tersebut seperti mengisahkan tentang dirinya, hanya saja suaminya tidak seperti dan semoga saja tidak akan pernah begitu.

Ponsel Dzakira yang di atas nakas tampak menyala. Sepertinya ada notifikasi masuk atau seperti panggilan suara? Perempuan itu mendekat dan mendapati suaminya menelpon.

"Assalamualaikum, A," sapanya.

Terdengar suara helaan napas berat di ujung sana. Hal itu membuat Dzakira merasa was was, seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi. "Waalaikumussalam Dzakira. Aku hanya ingin memberi kabar kalau nanti malam pulang agak sedikit larut, aku ada urusan mendadak di kantor."

Dzakira mengernyitkan keningnya. "Kantor? Bukannya mas ada di kampus?" tanyanya kemudian.

"Ra, aku ikut pegang cabang perusahaan Papa. Aku kerja di dua tempat makanya aku sering keluar malam. Sekarang kamu mengerti?"

Dzakira hanya manggut-manggut saja meski suaminya itu tidak dapat melihatnya. "Ya sudah kalau gitu, A, jangan capek-capek ya. Jangan lewatin jam makan. Assalamu'alaikum."

"Iya, Ra, Waalaikumussalam."

(*^^*)//

Azka memutar-mutar ponsel yang berada di genggamannya. Lagi dan lagi dia harus membohongi istrinya. Padahal dia hanya cukup sampai sore hari mengurusi perusahaan papanya.

Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔Where stories live. Discover now