AACB-25

6.3K 306 76
                                    

Berharap mencapai target, ternyata zonk.
Sedikit kecewa, tapi gak apa-apa.
Udah pengen triple update tadinya karena kukira bakal sesuai target.

Huft, gak apa-apa banana. Kan banana nulis cuma buat kepuasan diri, hehe😂

Mungkin memang cerita banana ini masih belum layak dan banyak yang harus diperbaiki lagi. Iya, tapi nanti. Biarkan ini apa adanya dulu.

Gak tau bakal update lagi apa enggak yang penting udah mau ending pokoknya. Banana bakal gak update untuk siapin ending yang benar-benar menguras tenaga juga pikiran. Mohon pengertiannya, ya.

Syukron katsiira untuk pembaca yang masih setia dari awal sampai sekarang ini. Terima kasih juga untuk pembaca yang sering kasih bintang juga komentar. Tak lupa juga buat sidersku tercinta. Love love banget pokoknya buat kalian❤

 Love love banget pokoknya buat kalian❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Spoiler part selanjutnya. Semoga kalian ramai😂

Pokoknya 5 part lagi harus ending.
Mari kita bahagia. Mari kita menangis😀

Selamat membaca🌹

🐳🐳🐳

Sebaik-baiknya laki-laki, lebih baik lagi jika dia sabar dalam menghadapi istrinya. Terutama mampu menahan amarah juga kata-kata kasar yang tidak pantas untuk disuarakan.

—Ajarkan Aku Cara Bertahan

❤❤❤

Dzakira sejak tadi mendiamkan suaminya. Rangga sudah membuatnya kesal saat di rumah mertuanya tadi. Suaminya itu tak mengacuhkannya dan malah asyik mengobrol dengan perempuan yang tidak dia ketahui namanya.

"Sayang, kamu kok dari tadi diam aja sih. Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Rangga yang baru saja selesai pulang sholat isya di masjid.

Dzakira tidak menjawab. Dia hanya diam dan berusaha fokus dengan kesibukannya sekarang, yaitu mencuci piring.

Rangga mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang. "Sayang."

"Minggir dulu. Ganggu cuciannya nanti."

Rangga melepas pelukannya membuat Dzakira merasa kehilangan. Sebenarnya dia masih ingin dipeluk suaminya.

"Kamu duduk aja biar Aa yang lanjutin."

Dzakira langsung membasuh tangannya kemudian duduk di kursi makan tanpa mengeluarkan suara lagi. Dia mengawasi suaminya yang lihai mencuci piring itu.

Saat suaminya sudah selesai, Dzakira buru-buru membuang muka ke arah lain. Percayalah, perempuan itu sejak tadi berusaha menahan tangisnya agar tidak keluar. Dia sudah lelah menangis. Dia juga ingin bahagia, tapi kenapa selalu saja ada luka di setiap kebahagiannya? Apa dia memang tidak pantas untuk bahagia?

Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔Where stories live. Discover now