TDD17: Cope the Emotion

225 32 31
                                    

Do you guys still in for this story? Let me hear you!

---------

Thomas adalah pelari. Di mana pun dia berada, siapa pun dirinya saat ini, dia tidak akan bisa lepas dari rasa sukanya pada berlari. Setiap tarikan napas yang terasa berat, debar jantung yang lebih cepat, bulir-bulir keringat yang mengalir dari pori-pori kulitnya, semuanya adalah perpaduan sempurna untuk melahirkan sebuah sensasi yang dapat menyelamatkannya dari rasa frustrasi, kesal, patah hati, apalah nama emosi yang menguasainya saat ini.

Tiga puluh menit sudah dia mempekerjakan kedua kakinya, seluruh tubuhnya untuk berlari. Tidak sedikit pun dia taruh kepedulian pada orang-orang yang menatapnya heran. Panas menyengat kota tengah hari ini. Sama sekali bukan waktu yang tepat untuk berolahraga. Apalagi dengan pakaian yang dikenakannya, celana jins dan kaus hitam polos yang ditimpa dengan jaket jins. Dia tidak bisa menyalahkan siapa pun yang merasa aneh padanya.

Di perempatan jalan dia berhenti. Tanda untuk menyeberang masih menyala. Atau dia juga bisa berbelok tanpa harus melintasi jalan raya. Dia juga belum merasa lelah. Dia masih bisa berlari sampai beberapa jam lagi, membuat sepuluh lebih belokan lagi, dan dia akan hafal jalan untuk pulang. Telah menjadi kebiasaannya memetakan jalan meski itu tidak lagi mendesak saat ini karena dia membawa ponsel pintar yang dapat mengakses peta.

Tetapi, Thomas berhenti di situ, di tepi jalan yang menyudut.

Kesibukan Brooklyn memenuhi tatapannya. Dia biarkan pandangannya merambah apa pun, setiap inchi yang ada dalam jangkauan pandangannya. Gedung-gedung tinggi dengan poster-poster digital. Kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang melintas di jalan raya. Lampu lalulintas. Orang-orang yang mengenakan pakaian musim panas yang menyetel berbagai ekspresi. Semuanya terlihat normal dan lebih manusiawi untuk sebuah kehidupan. Dunia telah benar-benar pulih dari Flare.

Mungkin di antara orang-orang itu, sejatinya adalah mereka yang ditandai. Bisa jadi para Pengeksekusi tengah mengintai mereka untuk mengambil nyawa mereka pada waktu yang dituliskan. Atau sebaliknya, ada di antara orang-orang yang ditandai itu yang siap mengambil nyawa orang lain untuk memperpanjang kehidupan mereka masing-masing. Flare telah berlalu, tapi kekacauan belum berakhir. Ada masalah yang lebih besar untuk ditangani daripada sekadar patah hati.

Thomas mengusap wajahnya, menyapu keringat yang membanjir di sana. Saat dia meluruskan kembali wajahnya, kedua matanya menyipit. Di seberang sana, dia menemukan sosok yang sangat dia kenali, yang juga tengah menatap ke arahnya. Clarisse. Dan gadis itu masih seusia dengannya. Dia mengangkat sebelah kakinya. Urung melangkah karena Clarisse lebih dulu berlari mengarah padanya.

"Aku tahu itu kamu!" Clarisse menyeru. Lalu, sebagaimana kawan yang baru bertemu setelah lama, dia menghambur ke pelukan Thomas.

Thomas tidak menghindar. Dia balas melingkarkan tangannya di punggung Clarisse. Dia bukan tidak ingat peristiwa yang terjadi antara Clarisse dengan Newt tak lama sebelum dia menyusul Newt melewati Flat Trans. Dia hanya menempatkan diri sebagai orang yang netral. Walau bagaimanapun, Clarisse adalah temannya.

"Kau sudah bertemu dengannya, Thomas?" Clarisse melepas pelukan. Keceriaan yang sempat berkumpul di wajahnya menghilang, digantikan oleh ekspresi muram.

***

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Berkali-kali aku meminta dia untuk berhenti, tapi dia tidak mau mendengarkan perkataanku. Kau tahu, dia masih sangat sakit hati kurasa." Clarisse menutup cerita panjangnya.

Mereka berakhir di sebuah kedai kopi di sisi jalan. Warna cokelat memenuhi pandangan begitu mereka memasuki kedai itu. Tempat duduk dan meja yang terbuat dari kayu, dinding, serta meja besar tempat menyajikan kopi dicat berwarna cokelat dengan gradasi yang berbeda. Terdengar lagu pop lambat yang tengah diputar, menjadi kombinasi sempurna dengan aroma kopi yang sedap yang langsung memerangkap penciuman mereka.

The Death DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang