TDD31: Unexpected News

114 12 35
                                    

Memisahkan diri dari Hazza dan Stephanie yang tengah membantu—atau lebih tepatnya menonton—Lucifer mengakses entah apa, Thomas duduk di sofa panjang yang semalam menjadi tempatnya berbaring. Tangannya menggenggam bandul berbentuk oval yang mengait pada tali yang dia kalungkan. Diam-diam, dia menghitung waktu, memutuskan kapan akan menggunakan bandul itu.

Thomas tentu tidak membiarkan dia berpencar dengan teman-temannya tanpa tahu cara untuk bersatu kembali dengan mereka. Dia telah merencanakannya, sebelum Newt berpikir untuk menantang jalannya sendiri, tatkala dia masih dapat menggunakan peralatan canggih dan komputer pintar di apartemen Gally. Dia sudah dapat memprediksi, andai pun bukan karena orang ketiga, cepat atau lambat mereka harus berpencar. Itulah yang menjadi gagasan awal dia menciptakan alat pelacak.

Dia bisa saja menggunakan alat komunikasi berbentuk airpod buatannya untuk menjaga komunikasi dengan teman-temannya. Mengingat dia sudah pernah menggunakannya sedangkan sistemnya berada di apartemen Gally, terlalu riskan untuk digunakan saat ini. Tidak ada yang tahu pasti siapa saja yang sudah mencoba menemukan informasi mengenai mereka di apartemen Gally. Maka, dia menggunakan pelacaknya, berupa pemancar gelombang radio.

Dia membuat setidaknya lima pemancar dengan frekuensi sama. Satu dia berikan pada Newt, satu pada Minho, satu lagi diam-diam dia sembunyikan di dalam tas yang dibawa Gally Dia memiliki dua sisanya. Minho dan dia sepakat untuk menggunakannya pada hari yang sama dengan takdir kematian yang ditentukan Dalang untuk Clarisse, hari ini. Mereka juga sepakat, yang bergerak, yaitu Thomas.

"Sekarang!"

"Berhasil!"

Thomas dan Lucifer menyeru bersamaan. Merasa tidak memahami maksud seruan Thomas, ketiga temannya kompak memberi tatapan menyelidik. Thomas membalas dengan melenggang ke arah mereka. Namun, bukannya memberi penjelasan, dia justru menyilangkan tangan di depan dada, menyetel tampang menuntut penjelasan.

Lucifer yang memahami maksudnya, tidak keberatan menunda rasa ingin tahu. Dia melengkungkan bibirnya. Mata kuyunya tampak sedikit lebih cerah. "Aku berhasil mengakses semua data Penerima!" serunya dengan bangga.

"Kaumelakukannya dengan luar biasa!" Thomas menepuk bahu Lucifer, meremasnya.

Sejak Stephanie merekomendasikannya untuk membantu mereka, Thomas mempercayai kemampuan Lucifer. Terlebih, setelah dia tahu, Lucifer turut berjasa menariknya dari ruang antardimensi. Itu bukan berarti, dia tidak lagi merasakannya, sebuah perasaan bungah luar biasa, bagai yang dirasakan seseorang saat dia berhasil melaju ke babak berikutnya dalam sebuah perlombaan. Senyum lolos dari wajahnya. Senyum lebar yang pekat dengan rasa kemenangan. Sebentar lagi. Dia yakin akan mengalahkan siapa pun yang dijuluki 'Dalang' itu.

"Sekarang apa?" Pertanyaan tak sabaran itu datang dari Hazza. Bukan terlalu menuntut, Hazza merasakan yang sama-sama mereka rasakan, geram dan ingin segera menjatuhkan kelompok Dalang.

Thomas tersenyum penuh arti, "Kembali bersatu!"

***

Newton, Pembunuh Berantai Anggota Kelompok Dalang yang Telah Membunuh Tujuh Orang Tertangkap

Salah Satu Pembunuh dari Kelompok Dalang yang Meresahkan Berhasil Tertangkap Polisi

Ditemukan di Sebuah Hotel, Satu Pembunuh Berantai Tertangkap

Titik Terang untuk Membongkar Kasus Kelompok Dalang

Pasca penangkapan Newt, media masa dan elektronik kompak mengangkat penangkapan itu sebagai topik utama. Termasuk di e-board yang tersebar di seluruh penjuru kota, foto dan nama Newt terpampang di sana. Kota dipaksa merayakan sedikit keberhasilan. Masyarakat dibuat menghela napas lega. Sementara itu, musuh sebenarnya tengah bersantai ditemani secangkir espreso dan croisant sambil membahas rencana berikutnya.

The Death DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang