02 | Second Dream : Can't Remember

1.1K 223 96
                                    

Aku membuka kedua mataku dengan susah payah, membiarkan matahari menampakan kemilau emasnya. Hal pertama yang kulihat adalah langit jingga yang berpadu dengan warna ungu dengan sangat indah.

Aku membayangkan betapa hebohnya Tyara saat melihat langit ini dan ia akan memfoto langit tersebut sebanyak mungkin hingga memori handphonenya penuh.

Ahh ... sepertinya ini hanya mimpi ya?

Aku menatap diriku yang terbalut gaun piyama merah selutut menutupi celana pendek berwarna putih yang hanya sepaha di dalamnya. Piyama yang kupakai saat aku ingin tidur.

Aku menengadah, kembali menatap langit jingga itu terkagum-kagum. Kuangkat tanganku ke atas, mencoba untuk meraihnya. Aku harap aku dapat mengingat betapa indahnya langit ini.

Setelah berdiam diri melihat langit cukup lama, aku memutuskan untuk berjalan. Kakiku yang tanpa alas menyusuri rumput hijau yang terasa lembut nan menggelitik.

Aku melihat ke segala arah, semuanya terasa asing. yang terlihat hanya padang rumput hijau yang membentang luas.

Aku mencoba untuk berjalan-jalan lebih jauh. Siapa tahu aku menemukan sesuatu yang menarik daripada padang rumput hijau yang membosankan.

Ketika aku sibuk berjalan sambil menikmati indahnya warna langit ditemani sejuknya embusan angin, samar-samar aku mendengar derap langkah kaki kuda.

Aku menoleh ke segala arah, mencari asal suara tersebut. Tak kunjung mendapatkan petunjuk apapun, aku memutuskan untuk kembali berjalan.

Namun derap langkah kaki kuda kembali terdengar, semakin keras. Aku terus berjalan ke depan sambil menoleh kanan-kiri untuk melihat objek yang menghasilkan suara tersebut.

Semakin aku berjalan ke depan, semakin keras suaranya, membuatku yakin bahwa aku tidak salah dengar. Aku mencoba berjalan lebih cepat sambil terus memperhatikan kanan-kiri. Dan ...

Ketemu!

Arah jam 11. Aku melihat pasukan kuda sedang berlari ke arahku.

Aah ... ternyata disini juga ada orang ya? Sepertinya mereka sedang mengejar sesuatu. Apa aku hampiri saja mereka?

Apa mereka bisa melihatku?

"Heeiii ... heeiii!" seruku sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

"Hee-"

Tiba-tiba semuanya terasa berputar, kepalaku terasa berat begitupula dengan kedua mataku dan semuanya menjadi gelap.

***

"KRIIINGG!!"

Aku mengerang kesal dan menutup kepalaku dengan bantal. Sadar itu tak akan berpengaruh, aku mulai meraba nakas untuk mencari benda yang setiap pagi selalu bertugas untuk membangunkanku.

Kutekan tombol atasnya, suaranya berhenti. Aku kembali merebahkan diriku di atas kasur kesayanganku sebelum aku memulai rutinitas pagi ku. Rasanya berat sekali meninggalkan kasur kesayanganku. Walau begitu aku tetap harus bangun dan bersiap ke sekolah.

Aku berjalan menuju kamar mandi dengan langkah gontai. Setelah itu aku langsung bergegas turun ke ruang makan, menyelesaikan sarapanku, dan masuk ke dalam mobil pak supir.

Setelah beberapa menit, akhirnya aku melihat gedung sekolahku berdiri kokoh di pinggir jalan. Aku pamit ke supirku dan langsung turun dari mobil.

Parkiran sekolah tampak ramai seperti biasa. Aku berjalan ke kelasku sambil menggumamkan beberapa potongan lirik lagu yang terus berputar di kepalaku.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang