17 | Seventeenth Dream : Can't Control

498 111 67
                                    

Aku membuka mataku susah payah, menahan silau cahaya yang menerobos masuk ke dalam celah sempit mataku. Samar-samar aku melihat ke sekelilingku, semuanya berwarna putih. Hanya ... putih?

Tiba-tiba seseorang membelai rambutku. kedua mataku beralih, menangkap sosok wanita paruh bayah yang sedang tersenyum ke arahku.

"Alana sudah sadar?"

Aku mengerjap-ngerjap bingung. "Siapa ya?" tanyaku.

Wanita paruh baya itu terkekeh kecil, "Kamu sudah besar saja, dulu ibu ingat kamu masih suka nangis di gendongan-"

"Tunggu!" Aku memotong ucapannya. "Ibu?" ulangku.

Wanita bersurai coklat dengan bola mata berwarna ungu tersenyum menatapku yang tampak kebingungan. Ia mengangguk lalu membelai rambutku lagi, "Aku ibumu," ucapnya.

Kedua mataku membelalak. Aku segera menepis tangannya. "Tidak! Ibuku ada di bumi!" sanggahku.

Ia tersenyum sambil mengangkat sebelah tangannya, lalu kepulan asap putih keluar dari dalam tangannya. Di dalam asap putih itu terlihat seorang perempuan dengan wajah yang mirip dengannya menggendong seorang bayi perempuan.

Aku terkejut melihatnya. Bagaimana bisa ia ....

Aku menatapnya penuh selidik, "Apakah kauu-"

"Ya," Ia mengangguk, "Aku ibumu," jawabnya.

Aku menatapnya kesal, "Tidak, kamu bukan ibuku! Sudah kubilang ibuku ada di bumi!" kekehku.

Lalu pandanganku berpindah pada kepulan asap putih, "Lagipula bagaimana bisa aku percaya kamu ibuku hanya dari gambar itu!" tunjukku.

Ia tersenyum, lalu dalam sekejap kepulan asap itu hilang tergantikan dengan ruangan putih ini yang perlahan berubah menjadi hitam.

"Oeeee ... oeeee ...."

Suara tangisan bayi memenuhi segala penjuru ruangan. Tiba-tiba saja aku sudah berada di dalam pondok kayu bersamanya. Seorang perempuan sedang menggendong bayinya di dalam pondok kayu.

Aku menajamkan pengelihatanku. Dan benar saja wajah perempuan itu sama dengan wanita yang sedang berdiri di sampingku.

Apa ia ingin menceritakan kisah hidupnya?

Ia menggerakkan sebelah tangannya layaknya mengusap sesuatu dan gambar pun berganti. Terlihat seorang gadis kecil bersurai coklat sedang duduk di atas lantai membelakangiku. Gadis itu menggerakkan kedua tangannya lalu buku-buku yang berada di sekelilingnya melayang.

Aku melongo tidak percaya. Bagaimana bisa gadis kecil itu dapat menguasai dan mengendalikan sihir dengan mudah?

Seorang perempuan yang kuyakini wanita di sampingku menghampirinya. Gadis itu menoleh dan tersenyum sambil memanggil "ibu"

Saat itu aku baru sadar bahwa gadis yang kulihat ini sama dengan gadis yang waktu itu pernah kulihat di mimpi. Gadis kecil yang berlari menaiki bukit menuju pondok kayu.
Namun yang membuatku kaget, saat ini aku baru sadar bahwa gadis yang tengah kulihat atau gadis yang waktu itu kulihat di mimpi mempunyai wajah yang sangat mirip saat aku kecil.

Aku menoleh ke wanita di sampingku, menuntut jawaban darinya. Tapi ia hanya diam mengamati gambar di depannya tanpa memedulikanku yang kebingungan.

Kemudian gambar berganti lagi. Gadis itu sudah besar dengan rambut coklatnya yang sepunggung dikuncir satu. Ia memeras kain putih lalu menempelkannya ke dahi perempuan yang kuyakini ibunya.

Gadis itu menatap sendu ibunya yang terbaring lemah di atas kasur. Tak berselang lama ibunya menghembuskan nafas terakhir, gadis itu menjerit dan menangis sambil berteriak menyuruh ibunya bangun.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang