04 | Fourth Dream : Another World

774 182 52
                                    

Kurasakan nyeri di sekujur tubuhku. Aku mencoba memfokuskan indra pengelihatanku di antara minimnya cahaya. Aku mulai meraba sesuatu di sekitarku yang bisa kujadikan petunjuk.

Daun?

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, dan akhirnya aku bisa melihat dengan jelas beberapa dahan pohon yang menutupi cahaya matahari di atas tempatku berada.

Dengan perasaan aneh aku mencoba untuk duduk. Aku melihat ke sekeliling, yang terlihat hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi dan tanah yang tertutupi oleh daun. Kucoba untuk berdiri dan berjalan, mencari ujung hutan ini.

Hutan apa ini? Gelap sekali. Aku tidak suka hawanya.

Setelah berjalan cukup lama akhirnya aku melihat cahaya matahari samar-samar di depan sana. Dengan semangat aku berlari ke arah sana, membuat gemerisik daun berbunyi seiring langkahku berjalan.

Aku tersenyum dan mempercepat lariku saat cahaya itu sudah berada di depanku. Hingga kurasakan silau dan panas matahari mulai menyerbu diriku.

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku silau, dan begitu aku membuka mataku, pemandangan gunung yang menjulang tinggi dengan sebuah sebuah desa yang berada di antaranya. Sangat indah.

Seorang wanita paruh baya sedang berjalan dan menggandeng anak perempuannya di depanku. Aku tersenyum dan melambai kepadanya, namun ia menatapku aneh dan menarik anak perempuannya lebih dekat. Seolah-olah aku akan mengambil anak tersebut.

Beberapa orang juga memandangku heran dan takut. Aku memperhatikan pakaianku dan merapihkan rambutku.

Oh ayolah, pakaianku tidak begitu buruk. Hanya baju putih dan rok putih polos.

Tunggu ... Sejak kapan aku mempunyai pakaian ini?

"TOLOONG!!!"

"TOLOOONGG!!"

Orang-orang yang semula sibuk mengamatiku langsung pergi menuju sumber suara. Aku berjalan mengikuti mereka dengan rasa penasaran. Terlihat seorang anak laki-laki sedang berpegang pada ranting di dekat jurang. Beberapa orang sudah mencoba untuk menariknya dari atas tebing tapi sepertinya belum berhasil hingga sekarang.

Anak itu sedang berusaha menggapai tali yang berada di dekatnya yang terhubung dengan orang-orang yang sedang berusaha menolongnya dari atas sana.

"AAAAHH!!!"

Semua orang berteriak panik saat melihat anak tersebut jatuh. Aku refleks mengangkat kedua tanganku ke atas. Dan suara teriakan panik langsung berubah menjadi teriakan kagum yang begitu heboh.

Aku mulai membuka mataku dan terlonjak kaget saat melihat anak tersebut telah melayang-layang di atas sana. Aku menutup mulutku tak percaya dengan kedua tanganku. Namun secara tiba-tiba anak laki-laki itu jatuh kembali, seolah-olah kejadian melayang itu tidak ada.

Sontak orang-orang kembali berteriak panik. Untung saja beberapa pria sudah siap untuk menangkapnya di bawah sini. Aku bernafas lega saat melihat anak laki-laki itu baik-baik saja walau tampaknya masih dalam keadaan shock.

Aku yang berada tidak jauh darinya berinisiatif menghampirinya. Kulihat darah segar kini mulai mengalir dari lututnya. Aku berlutut di depannya, dan mengusap darah yang menetes dari lututnya.

Tiba-tiba saja luka tersebut perlahan hilang secara berangsur-angsur membuat beberapa orang yang melihatnya kaget dan terkesima. Aku terperangah melihat telapak tanganku sendiri, masih tidak percaya dengan apa yang telah kulihat.

Sejak kapan tanganku bisa menyembuhkan luka?

Aku terus menatapnya hingga seorang gadis mengagetkanku dari belakang.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang