08 | Eight Dream : Back To This World

599 140 55
                                    

Kurasakan dingin menusuk kulitku.
Daun dan ranting pohon tidak begitu terlihat karena tertutup kabut asap. Aku berusaha untuk bangkit dari tidurku, kutolehkan kepalaku ke kanan-kiri.

Hutan gelap tak berujung terlihat di sana-sini. Nyaris tak ada cahaya yang masuk ke hutan ini. Perlahan kulangkahkan kakiku menyusuri hutan tanpa tujuan. Berkali-kali kutolehkan kepalaku ke kanan-kiri takut-takut.

Aku tidak suka, hutan ini gelap sekali.

Di saat seperti ini aku benar-benar sangat berharap aku bisa terbang agar tidak berjalan cukup lama di dalam hutan. Atau kekuatan teleportasi agar bisa langsung keluar dari hutan gelap ini.

Aku berjalan tanpa arah, dengan harapan aku sampai di tempat yang dipenuhi cahaya secepat mungkin. Belum sebentar aku berjalan, aku sudah merasakan kehadiran sesuatu di dekatku.

Kutajamkan pendengaranku. Suara itu sekarang terdengar semakin jelas.
Kutolehkan kepalaku ke belakang was-was. Suara gesekan daun menggesek lembut indra pendengaranku.
Kuputuskan untuk melangkahkan kakiku mendekati semak-semak yang sedang bergerak.

Baru saja aku melangkah, seekor ular keluar dari semak-semak tersebut. Tubuhku bergeming, aku bergidik ngeri melihatnya. Bukan hanya seekor ular. Tapi ular tersebut berkepala 3.

Yang benar saja!

Pikiranku tersadar ketika ular tersebut mendesis sambil berkelok-kelok cepat mendekatiku. Aku mulai melangkahkan kakiku, berlari di antara rasa takut yang sedang berpesta-ria di dalam tubuhku.

Sesekali aku melihat ke belakang, berharap ular tersebut berhenti mengejarku. Namun ular tersebut masih lincah berkelok-kelok mengikuti langkahku. Aku bergidik ngeri dan semakin mempercepat langkahku.

"GROAAARR!"

Langkahku terhenti saat mendengar raungan dari dalam hutan. Bulu kudukku merinding. Insting waspadaku semakin berbunyi liar, menandakan akan ada sesuatu yang lebih berbahaya datang menghampiriku. Ular yang tadi mengejarku juga sudah kabur sejak mendengar raungan tersebut.

Kuputuskan untuk berjalan perlahan melanjutkan perjalananku. Karena diam menunggu sesuatu yang lebih menyeramkan datang ke arah kita sama saja dengan mendatangkan maut untuk diri sendiri.

Aku berjalan hati-hati mencoba untuk tidak membunyikan suara apapun baik ranting pohon ataupun batu kerikil. Sedari tadi mataku terus mengawasi tiap jengkal hutan di depanku sambil merapalkan obat penenang untuk diriku sendiri.

"GROOAAARR!!"

Suara itu berbunyi lagi. Aku bergidik ngeri, rasa takutku bertambah semakin besar. Aku hanya bisa meneruskan perjalananku sambil berharap bahwa ia tidak berada di dekatku.

Setidaknya jangan berada di hadapanku-astaga ....

Aku mundur beberapa langkah saat kudapati mahluk mengerikan kini malah berada di depanku.

Beruang yang disusun oleh tulang-tulang dengan dilumuri lumut yang menempel lekat di beberapa bagian tulang dan cairan hitam yang menyelimuti tubuhnya tampak sangat mengerikan.

Air liur tampak menggantung di antara gigi-gigi hitam tajamnya yang siap menerkamku kapan saja. Mata merahnya menyalang di antara gelapnya hutan.

Tanpa berpikir panjang aku langsung berlari dari monster tersebut. Mahluk tersebut meraung dan berlari mengejarku. Sementara itu aku fokus berlari semakin cepat. Aku ingin cepat keluar dari hutan terkutuk ini!

Beberapa kali kutolehkan kepalaku ke belakang, mahluk tersebut masih terlihat gigih mengejarku dengan sorot matanya yang penuh akan nafsu.

Aku benar-benar takut. Aku terus berlari, menghiarukan rasa sakit yang menusuk-nusuk telapak kakiku. Aku terus berlari ke depan tanpa arah. Hingga yang paling buruk. Aku kehilangan arah.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang