23 | Twenty-Third Dream : Magical Forest Tragedy

378 80 27
                                    

"Akulah lawanmu Sheraphine Alana Sherina!" seruku.

Mereka semua menghentikan gerakan mereka dan menoleh ke arahku. Mereka semua tampak bingung dengan kehadiranku di tengah-tengah pertarungan.

"Siapa kau!?" teriaknya.

Aku tersenyum. "Orang yang akan menghentikan perbuatanmu!" seruku sambil terbang mendekat.

Gadis itu tampak terkejut saat melihat wajahku dari dekat. "Ba-bagaimana bisa wajah kau mirip denganku?"

Aku tersenyum. Karena kita ini orang yang sama, jawabku dalam hati. Tanpa perlu menjawab pertanyaannya secara langsung, aku langsung fokus melemparkan bola-bola angin ke arahnya. Mudah sekali ia menghindar dan berkelok-kelok di udara.

Ia menggeram kesal lalu balas melemparkan bola-bola api ke arahku tanpa ampun. Susah payah aku berkelok ke sana-sini menghindari serangannya. Ia tampak semakin kesal saat melihat tak ada satupun serangannya yang mengenaiku.

"Sadarlah Alana!" seruku.

Diam-diam aku meringis dalam hati, rasanya aneh memanggil orang dengan namaku sendiri. Ia tak mengindahkan seruanku dan terus menyerangku. Berkali-kali bola api hampir mengenai tubuhku, bahkan aku tidak bisa mengambil napas walau sesaat.

"Rasakan ini!" teriaknya. Lalu bola api raksasa keluar dari tangannya dan meluncur ke arahku. Bola api itu sangat besar dan sudah dekat denganku sehingga sangat mustahil untuk menghindarinya.

Baiklah, aku akan gunakan cara lain!

Aku memfokuskan seluruh pikiran dan kekuatanku. Perlahan es keluar dari tanganku lalu menghantam bola api itu hingga menyelimutinya, lalu aku segera melayangkan bola es itu kembali ke arahnya. Ia tersentak lalu mengeluarkan sihir hitam dari tangannya sehingga bola es itu langsung hancur berkeping-keping dan jatuh ke bawah.

Ia menggeram kesal dan menatapku tajam, "Sebenarnya siapa kau! Apa maumu!?"

Aku mengembuskan napas kesal, "Hentikan rencana gilamu!"

Ia meraung kesal dan mengangkat sebelah tangannya, "Tidak akan!"

Lalu angin berembus kencang, berputar mengelilinginya hingga membentuk pusaran sebelum akhirnya sosok itu hilang. Aku menoleh ke kanan-kiri, sosok itu beneran hilang. Apakah ia berteleportasi?

"Faraahh!!"

Aku menoleh ke bawah, Pangeran Alex tengah berdiri di sana sambil melambaikan tangannya. Aku segera terbang ke bawah dan mendaratkan kakiku di tanah.

"Wahh sekarang kau juga bisa terbang seperti Elysian," puji Pangeran Alex.

Aku terkekeh, "Bagaimana keadaan yang lainnya? Di mana Elysian?"

"Faraaahh ...."

Baru saja aku menanyakan keberadaannya, Elysian datang menghampiriku tergopoh-gopoh. "Apa kau bisa menyembuhkan seseorang?" tanyanya.

Tanpa menungguku menjawab pertanyaannya ia langsung menggamit tanganku dan membawaku ke sebuah bangunan besar yang berada di dalam batang pohon raksasa. Aku menoleh ke sana kemari, para peri terlihat berlari ke sana kemari, beberapa ada yang membentuk kerumunan. Tempat ini sangat ramai.

"Ini di mana?" bisikku.

Elysian tak menjawab pertanyaanku dan terus membawaku hingga memasuki ruangan kecil yang terbuat dari kayu. Begitu aku memasuki  lainnya tengah duduk di atas kasur dengan wajah lesu.

Ia terus menarik pergelangan tanganku, hingga langkahnya berhenti di sebuah kasur putih yang terbuat dari kapas dengan dahan kayu yang menjadi penyangganya. Terlihat seorang gadis kecil yang wajahnya mirip seperti Elysian tengah menangis di pinggir kasur, di mana seorang gadis kecil berambut cokelat tengah terbaring tak sadarkan diri di atasnya dengan kondisi tubuhnya yang sangat buruk.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang