19 | Ninteenth Dream : The Truth Untold

419 97 56
                                    

Aku menatap kagum pada sebuah bangunan megah yang berdiri kokoh di belakang keramaian pusat kota. Itulah bangunan kebanggaan rakyat Wonderous, Kerajaan Westerniry.
Pangeran Alex terus berjalan diikuti pasukannya di belakang. Warga yang melintas langsung menepi dan membungkuk hormat-membuat jalan.

Beberapa orang menatap heran ke arahku yang menaiki kuda bersama Pangeran Alex. Diam-diam aku merutuki diriku yang tak bisa menunggangi kuda. Kami terus berjalan hingga sampai ke gerbang tinggi berwarna emas, gerbang Kerajaan Westerniry. Pasukan yang menjaga langsung membungkuk hormat dan membukakan gerbang yang tingginya 5 meter.

Hamparan rumput hijau langsung menyambutku, beberapa kupu-kupu beterbangan menghiasi taman kerajaan, pot-pot bunga berjejer di kanan-kiri jalan bebatuan tempat kami melewati taman, dengan air mancur di tengahnya.

Aku menatap kagum bangunan megah di hadapanku yang tersusun atas batu-batu pualam berwarna putih. Dengan garis dan lekuk berwarna kuning keemasan.
Saat aku masuk, aku kembali dibuat terpesona. Ruangan depan istana sangat luas, dengan lampu kristal yang bergantung di tengah-tengah ruangan. Tak lupa singgasana kerajaan yang berdiri megah di bagian depan.

Rasa kagum dengan cepat sirna, berganti menjadi perasaan gelisah. Lagi-lagi aku teringat mimpiku.
Aku terus meyakinkan diriku bahwa tidak apa-apa, semua baik-baik saja, tak ada yang tahu, tapi ... hati kecilku menolak untuk bersikap demikian.

Aku bingung, kesal, kecewa, perasaan itu bercampur aduk menyelimutiku. Aku tidak tau harus menyalahkan siapa, aku tidak tahu harus bagaimana. Mataku memanas, buru-buru aku mengusap kedua mataku. Akan sangat memalukan jika aku menangis di sini.

"Alex ... anakku!" Seorang wanita berjalan tergopoh-gopoh menghampiri kami lantas memeluk Pangeran Alex.

Tiga orang laki-laki ikut mendekat, satu orang memakai baju besi, satunya memakai jubah abu-abu panjang yang menutupi seluruh tubuh dan separuh wajahnya, dan satu lagi dengan pakaian mewah dan mahkota di atasnya. Aku menunduk hormat kepada mereka semua.

"Alex, siapa gadis ini?" Sang Ratu melihatku dari atas hingga bawah, menilai penampilanku.

"Perkenalkan, ini Farah si peri hutan, seperti yang dikatakan ramalan itu."

Semuanya langsung terkesiap, pandangan mereka terfokus kepadaku, menelitiku dari atas hingga bawah. Aku tersenyum kikuk dan menunduk.

Saat ingin menunduk, kedua mataku tak sengaja bertemu dengan manik hitam laki-laki berjubah abu-abu. Seketika tubuhku membeku. Aku menatapnya was-was.

Apa-apaan tatapan itu?

Aku meliriknya lagi, ia masih setia menatapku tajam, seolah-olah ia sudah mengetahui semuanya. Susah payah aku mengendalikan diriku dan mencoba tersenyum.

Tenang saja, semuanya tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja, tidak ada yang tahu. Aku berusaha meyakinkan diriku.

Setelah berkenalan denganku, para pelayan mengantarkanku ke salah satu ruangan. Raja dan ratu tampak senang dengan kehadiranku, begitupun dengan semuanya kecuali laki-laki berjubah abu-abu itu.

Aku harus berhati-hati dengannya.

"Terimakasih," ucapku begitu telah sampai di sebuah ruangan yang katanya tempat aku akan menginap. Para pelayan mengangguk lalu pergi meninggalkanku.

Aku menyapu pandanganku ke sekeliling ruangan. Kamar ini sangat luas dengan interiornya yang mewah, di bagian pojok kanan, ada sebuah jendela besar yang menghadap ke taman, dan di bagian tengah terdapat kasur megah khas kerajaan.

Aku segera merebahkan diriku di atas kasur. Menaiki puluhan anak tangga dan menyusuri lorong yang tak berujung memang menguras banyak tenaga. Kerajaan ini benar-benar sangat besar. Aku kembali memikirkan mimpiku kemarin malam, rasa sesak kembali menghampiriku.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang