60. Perverter

4.2K 346 23
                                    

Sana pov

Ku buka pintu kamarku berlahan setelah berganti pakaian.

Ku langkahkan kakiku keluar menuju dapur bermaksud menghilangkah dahagaku.

Untuk saat ini dorm memang nampak sepi karena memberku yang lain memang sedang beristirahat setelah latihan yang cukup menguras tenaga.

Pintu kamar bermaksud ku tutup kembali, hingga siluet kekasihku yang duduk termenung di sofa depan televisi mengambil segala atensiku.

Ku ubah tujuanku.
Kaki ku kini melangkah mendekatinya.

Dia termenung dalam diamnya.
Perhatiannya penuh ke arah sebuah jam yang berada di genggamannya.

"Sayang?" ku coba memanggilnya saat aku tepat berdiri dihadapannya.

"......"
Tidak ada sahutan. Mungkin dia juga tidak mendengarku karena lamunanya itu.

"Sayang?"
Cup~

"eoh?"

Berhasil!
Kecupanku di puncak kepalanya berhasil membuatnya menyadari keberadaanku.

"waegure, hm?" tanyaku sembari mengelus kepalanya itu.

Dia meletakkan barang yang sedari tadi digenggamnya di atas meja
"aniya" jawabnya

Aku tersenyum.
Ku dudukkan bokongku tepat disampingnya.

Ku raih dagunya hingga kami saling bertatapan.

"ada yang mengganggumu?" ku serang lagi dia dengan sebuah pertanyaan.

"aniya unnie. Aku baik-baik saja"

Ku lepaskan jemariku yang berada diwajahnya. Kuraih jam yang tadi diletakkannya di atas meja.

"Apa kau berpikir jika sajangnim melakukan tindakan berlebihan, hm?" tebakku sembari memainkan jam miliknya itu.

Ku dengar helaan napas berat darinya.
Ternyata tebakanku benar.
Ku tatap dia.

"sayang, ini untuk kebaikan kita juga. Sajangnim melakukan ini untuk kes'lamatan kita"

"Tapi..."

"Aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu maupun member yang lain" ku potong ucapannya
"Tapi berkat ini.." ku tunjukkan barang yang kupegang itu padanya
"Aku sedikit bernapas lega. Aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkanmu dan yang lainnya. Kau paham maksudku, hm?"

Lama dia termenung hingga akhirnya dia mengangguk mengiyakan.

Aku tersenyum senang. Aku lalu menariknya untuk ku dekap setelah meletakkan jam yang kupegang itu di tempatnya semula.

Sejam yang lalu saat kami berada di agensi, sajamgnim memang memanggil kami untuk ke ruang rapat. Awalnya kami mengira akan ada tambahan jadwal.

Tapi semua pikiran itu kami tepis setelah melihat kedatangan Polisi.
Pemikiran aneh menyerang tentu saja.

Tidak ada pemyampaian soal ini sebelumnya.

Tapi ternyata, pihak mereka hanya memberikan kami sebuah jam pintar yang bertujuan menjaga keslamatanku dan yang lainnya.

Ya. Jam yang sedari tadi di genggam Dahyun, kekasihku. Itu adalah jam yang diberikan Polisi untuk kami masing-masing.

Aku paham dengan pilihan yang diambil sajangnim ini. Semua ini terjadi tentu saja karena masalah penguntit yang meresahkanku dan juga memberku yang lain. Terutama Nayeon unnie.

Entahlah.
Penguntit itu memang penggemar unnie tertuaku itu hingga membuatnya sangat ketakutan.

"unnie?"
Panggilan Dahyun menyadarkanku dari lamunanku dan membuatku melepas dekapanku padanya.

About us? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang