6

3.1K 442 135
                                    

Jantungku terasa lepas dari tempatnya saat melihat orang di balik bayangan itu. Dia terus berjalan menuju ke arahku. Seperti ada yang menahan kakiku sehingga aku tidak bisa kabur darinya.

"Baiklah siapa namamu?"

Dia mengelus surai merahku, air mata menetes ke tangannya.

"Hei jangan menangis, aku hanya ingin memberikan sebuah kutukan agar kau tidak membongkar rahasia tentang ku. Kibutsuji Muzan" -Muzan

***

Aku di bawa ke markas para iblis.. Sepertinya sedang ada pertemuan para iblis, soalnya semua uppermoon sedang berkumpul tak terkecuali si Douma. Sekarang dia sedang terheran-heran kenapa aku bisa bersama Muzan.

"Siapa iblis rendahan ini? Kenapa dia di bawa kemari Tuan?" -Gyokko

"Di-di-di-diam kau i-iblis jelek" -(y/n)

Douma tertawa terbahak-bahak melihat Gyokko kesal karna ucapanku.

"Jelek? Siapa yang kau sebut jelek hah? Dasar bocah ingusan. Sini kau biar ku cincang tubuhmu dengan ikan-ikanku." -Gyokko

"HIIIII" -(Y/n)

Aku berlari ke arah Douma dan bersembunyi di balik punggungnya.

"Sudah sudah lah kalian ini" -Douma.

"Kalian mahluk rendahan, apa tidak bisa mengunci mulut kalian sebentar?" -Muzan

Semuanya diam, aku cukup kesal dengan perkataannya tadi, tanpa sengaja aku mengumpat dengan suara yang mampu di dengar oleh telinganya.

"Rendahan? Melawan Yoriichi saja kau kalah dan kabur" -(y/n)

Muzan mengeluarkan aura gelap, Tiba-tiba saja tubuhku terangkat dan terpelanting keras ke arah tembok hingga hancur, darah keluar dari mulutku.

Muzan mendekat, Douma berdiri di hadapanku berusaha untuk melindungi aku yang sekarat ini.

"To-tolong maafkan (Y/n) tuan, dia memang bodoh hingga tidak menyadari posisinya sendiri" -Douma.

Baru pertama kali aku melihat Douma memohon, kemana perginya semua sikap konyolnya?

"Apa alasanmu memilih dia untuk kau ubah manjadi iblis? Oni tidak punya perasaan apalagi perasaan suka. Menjijikan" -Muzan

Muzan menebas separuh kepala Douma, regenerasinya melambat. Muzan kembali mendekatiku dan mencekik leherku dengan kuat.

"Ingat bocah, kalau kau tidak berguna dan membebani Douma dalam tugasnya. Aku tidak segan-segan menghancurkan leher kalian berdua" -Muzan

Muzan menghilang bersamaan dengan dentingan suara biwa.
Dentingan kedua terdengar memindahkan kami ke dalam kuil. Douma masih dalam proses beregenerasi yang lambat.

Aku menyesal, aku hanya dapat menundukkan kepalaku di hadapannya menunggu dia pulih.

"Hei, kau baik-baik saja?" -Douma

Kenapa dia masih bisa menanyakan kondisiku? Padahal kondisinya lah yang paling parah di bandingkan aku. Aku langsung memeluknya dan menangis untuk meminta maaf karna kecerobohan ku barusan.

"Maafkan aku, maafkan aku. Aku memang bodoh dan membuatmu mengalami semua ini. Maafkan aku" -(Y/n)

Douma nampaknya terkejut, dia hanya dapat tersenyum dan mengelus suraiku.

"Tenanglah, tidak masalah, tidak ada hal yang harus kau khawatirkan. Aku baik-baik saja" -Douma

Dia membeli senyum itu di mana sih? Kenapa dia masih bisa tersenyum padahal dia hampir mati.. Terkadang aku tidak tahu apa isi dari otak seorang Douma.

***

Aku pergi jalan jalan di sekitar perdesaan yang sepi, hanya duduk di atas genteng rumah orang dan memandang bulan adalah hal yang aku sukai setelah eskrim.

Aku mulai merindukan duniaku yang lama, apa mama dan papa melaporkan kepada polisi atas kehilangan anak ya? Bagaimana kabar kaka? Ah dia pasti sedang makan eskrim ku sekarang. Irinya, aku juga mau makan eskrim.

Aku kepalkan kedua tanganku menjadi bulat dan ku gerakkan seperti sedang membuat adonan bundar bundar. Jadilah eskrim Dondurma..

Kumakan eskrim asal Turki tersebut, rasanya hambar.. Seperti makan tumpukan salju. Bukan eskrim seperti ini yang ku mau.. Lain kali akan kubuat eskrim Dondurma dengan tambahan buah strawberry agar terdapat rasa manis buahnya.

Aku berdiri merenggangkan seluruh ototku yang kaku. Saat membalikkan badan, kakiku menginjak eskrim yang kubuat tadi sehingga terpeleset dan jatuh dari atas genteng.

Kupikir aku akan langsung berhadapan dengan tanah, ternyata aku jatuh di atas seseorang.

Kimetsu no Hikikomori || Girl VersionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora