11

2.5K 357 11
                                    

"KAU SALAH!" -(Y/n)

"Aku salah? Coba jelaskan siapa manusia itu!"

Aura di sekitar Akaza berubah drastis.. Lebih menegangkan, lebih mencekam. Seperti suasana di film horror.

Rambut pink Akaza berubah menjadi Hitam ikal, matanya setajam kucing menatap lurus kearahku. Membuat jantung ini berhenti berpacu.

"Bisa kah kau jelaskan Nona (y/n)?"

Penuh penekanan saat menyebutkan namaku. Muzan menyamar menjadi Akaza untuk mengetahui siapa pemburu iblis yang selalu bersamaku.

Douma tampak terkejut dan berusaha untuk menengahi, Muzan memotong kedua kaki Douma hingga dia jatuh tersungkur.

"Kau harus membawanya ke markas, kau tau konsekuensi nya kan kalau menentangku?" -Muzan

Ku hembuskan nafas es ku untuk menghentikan dia dan kabur bersama douma.

Masih dengan menggendong Douma di punggung, dia sibuk memakiku dengan sumpah serapah.

"APAKAU BODOH? YANG KAU LAWAN ITU DIA LOH.. MUDAH BAGINYA UNTUK MEMBUNUH KITA BERDUA HANYA DENGAN UJUNG KUKUNYA. DASAR IBLIS TO*OL, AKU.. Aku tidak ingin kehilanganmu." -Douma

Kalimat terakhirnya mampu memecah konsentrasi sehingga kami hampir terjatuh dari dahan pohon yang sedang ku pijak.

Sesuatu yang keras menghantam sisi kananku, membuatku terpisah dengan Douma beberapa meter.

"Kalian kotor, sangat memalukan karna telah menumbuhkan sesuatu yang seharusnya tidak dimiliki oni. Ini sudah kedua kalinya Douma kau melakukan kesalahan. Kita akhiri saja semua ini dengan singkat" -Muzan

Dengan tangan kirinya yang mencengkram rambut Douma dan Tangan kanan siap untuk menebas lehernya. Beberapa pertimbangan muncul di otakku.

Mana yang harusku pilih? Melindungi kakak dari incaran Muzan atau menyelamatkan hidup Douma? Pasti ada cara untuk menyelamatkan mereka.

***

Flashback on
-

Sore ini kakak main lagi bersama teman-teman nya meninggalkanku sendiri dirumah. Aku sangat kesepian, dia tidak pernah bermain lagi bersamaku.

Aku mengunjungi kamarnya, tujuanku hanya untuk melihat beberapa video gamenya dan beberapa komik yang dia miliki.

Sesuatu menarik perhatianku, aku tidak ingat kalau kakak memilikinya. Jadi aku memutuskan untuk memeriksanya.

Ku taruh jus di meja belajarnya, seseorang memanggil ku dan membuatku terkejut tanpa sengaja menyenggol jus itu hingga tumpah membanjiri meja belajar kakak.

Kakak yang sedang di ambang pintu kamarnya terkejut dan memarahiku karna tugas yang dibuatnya susah payah hancur karna kecerobohan ku.

Aku sangat menyesal, dia memarahiku dan tidak menegurku selama beberapa hari. Bagiku itu semua biasa saja karna semenjak kakak punya teman, dia memang tidak pernah mengajakku bermain dan berbicara lagi.

Mama menasehati kakak karna tidak punya waktu lagi untukku. Kakak tidak menghiraukan nya dan memasuki kamar.

Saat memasuki tahun pertama di SMP, kami seperti orang asing. Aku mulai sibuk mencari teman baru dan kakak sibuk dengan urusannya.

Aku menikmati masa SMP ku tanpa kakak. Walaupun bertemu di Koridor kami tidak bertegur sapa, bagaikan orang asing.

Saat kakak membawa teman-temannya main kerumah, salah seorang dari mereka melihatku dan bertanya siapa aku, kaka hanya menjawab "bukan siapa-siapa" Itu membuatku sakit.

Aku sakit hati atas perkataan kakak, setelah dia beberapa kali mencuri eskrim ku, dia tidak mengakui kalau aku adiknya di depan semua teman-temannya.

Mungkin karna itu kami seperti membangun tembok pembatas.

-
Flashback off

***

Mulutku bergerak dengan sendirinya

"Lepaskan Douma!" -(y/n)

Ya, aku lebih memilih Douma ketimbang kakak ku.















Demi apa? Aku mager ngetik berhari-hari seakan-akan jiwa mager ini tidak ingin melepaskan raganya.

//*apasih

Kimetsu no Hikikomori || Girl VersionWhere stories live. Discover now