13

2K 250 12
                                    

"Kau kenapa? Apa kau sedang sakit?" -Kakak

Kakak menempelkan punggung tangannya ke dahiku, berusaha membandingkan dengan suhu tubuh miliknya.

"Ah maaf aku lupa, aku sudah tidak bisa membandingkan suhu tubuh kita seperti dulu lagi" -Kakak

'Dulu? Apa kau masih ingat momen kebersamaan kita dulu?' aku tahu saat ini kami sedang di awasi. Kakak menunjukkan gelagat yang aneh semenjak kedatangannya tadi.

Ku raih tangan kakak dan menempelkan nya di dadaku, jeda beberapa saat sebelum aku memeluknya.

Kami pergi ke arah berlawanan secepat kilat, suara seperti senjata beradu terdengar di tempat sebelum kami pergi.

"Ara ara~ sepertinya kita memiliki rencana yang sama" -Shinobu

Douma dan Giyuu saling tatap tanpa melepaskan senjata mereka di leher lawannya. Sekali tebas, kepala mereka akan lepas dari tempat asalnya.

Aku hanya dapat menyaksikannya dan dilindungi oleh Akaza. Sepertinya dia sedang memikirkan cara bagaimana merebut kakak dari tangan Shinobu.

***

Aku terbangun di tempat Daki berada. Dia sedang memandang ku dengan raut khawatir.

Jadi dialah yang menolongku sebelum terjatuh dari awan dengan selendangnya.

"Kenapa kau bisa terkena racun wisteria? Syukurlah aku dapat menyelamatkan mu tepat waktu" -Daki

"Daki-san?" -(Y/n)

Aku beranjak dari futon yang sedang ku tempati, dia menyiapkan ocha untukku. Aku bercerita tentang kakak yang akan di rebut oleh Muzan. Daki nampak terkejut, dia hanya bisa menggeleng kan kepalanya.

"Semua keputusan ada di tanganmu (Y/n).. Maaf aku tidak dapat membantu lebih dari ini" -Daki.

Kami berpelukan singkat dan segera pergi dari kediaman oiran.

***

Pertarungan antara Douma dan Giyuu tidak dapat terelakkan. Mereka bertarung untuk melindungi orang yang di kasihi.

Saling melempar jurus pernapasan, baru pertama kali aku melihat pertarungan sengit dihadapanku.

Akaza pun ikut membantu dan melawan Kochou dengan lihai, dia adalah oni terkuat dengan gaya bertarung nya itu.

Aku melihat kakak di balik pohon memerhatikan sekitar dengan berdoa, aku segera menghampiri nya mengabaikan mereka yang sedang mempertaruhkan nyawanya.

Giyuu yang melihatku segera mengubah arah nichirinnga kearah leherku yang tidak terlindungi oleh apapun.

Aku melihat ujung nichirinnga yang bersinar disinari bulan purnama.

Bagai di sengat listrik, ingatanku bersama kakak terulang kembali

Flashback on
-

"Kalian ingin hadiah apa?" -Mama

"Aku eskrim vanila!!" -(y/n)

Papa tertawa dan mengusap puncak kepalaku dengan lembut.

"Kalau kakak mau hadiah apa?" -Papa

Kakak tersenyum

"Asal aku dapat melihat senyum adik setiap hari, aku tidak butuh hadiah apapun" -Kakak.

Papa memeluk kakak dan tinju mereka beradu

"Itu baru anak Papa" -Papa

Kamipun tertawa bersama dimalam sebelum hari ulangtahun kami yang ke-5

-
Flashback off

Tepat sebelum ujung nichirin itu mengenai leherku, aku mendengar teriakan kakak dan seluruh tubuhku seperti terbungkus oleh sesuatu yang hangat.

Kakak melindungi ku dari nichirin Giyuu tapi bukan itu yang menyebabkan kakak terbunuh, melainkan sebuah kipas yang menancap tepat di punggung nya.

Ntah sejak kapan air mata membanjiri wajahku dan menyebutkan nama kakak berkali-kali.

Tidak membuang kesempatan itu, Kochou berhasil menancapkan nichirin nya tepat di jantung ku.

Aku merasakan sakit, bukan sakit karna racun atau nichirin yang sedang bersemayam di jantung ku. Tapi aku merasakan sakit saat melihat kakak sekarat di hadapanku.

Seperti kaset yang rusak, semua memori ku berada di dunia kny ini kembali berputar. Aku hanya dapat terisak dengan tangan kanan menyentuh kepalaku menahan pusing yang melanda seperti akan meledakkan kepalaku.

Kakak yang berada di pangkuan ku sudah tidak bernafas dengan senyum di wajahnya.

Seperti ada kabut hitam yang membungkus tubuh, aku dan kakak terjatuh ke dalam lubang yang terbentuk dibawah kami bagaikan dilempar kedalam jurang yang sangat gelap dan dalam.

***

Aku terbangun di atas lantai keramik dingin, matahari menyelinap masuk lewat gorden yang masih tertutup, kuusap mataku agar dapat menyesuaikan dengan ruangan yang remang.

Betapa mengejutkannya ternyata kami sudah kembali ke dunia asal kami.

Aku melihat kakakku yang masih tertidur di bawah kakiku. Aku berusaha membangun kannya agar dia sadar.

Kami saling berpelukan dan menangis, bersyukur kalau itu semua hanyalah mimpi. Tapi berkat mimpi itu, aku dapat menjalin hubungan baik dengan kakak lagi.

"Siapa yang cepat dia yang dapat eskrim vanila terakhir!" -Kakak

Dia berlari mendahuluiku

"Kakak curang!" -(Y/n)

Aku kembali menyusul kakak yang tiba-tiba berhenti di atas tangga menatap kearah ruang tamu berada.

Berhenti secara mendadak membuat ku tidak sengaja menyundul kepalanya dari belakang.

"Aduh kenapa berhenti mendadak sih?" -(Y/n)

Aku ikut melihat apa yang sedang kakak lihat, dia seperti terkejut dan tidak mempercayai nya. Apa yang kami lihat membuat ku membulatkan mata.

"Astaga!!" -(Y/n)

Aku menutup mulutku karna terkejut.




Inilah akhir dari buku hikikomori ini..
Terimakasih karna sudah membacanya hingga akhir..

Maaf ya aku selalu bikin adegan pertarungan yang jelek. Gatau knp otak gabisa di ajak kompromi buat diajak berfantasi di arena pertarungan wkwk.

Sengaja ku bikin gantung soalnya aku bakal bikin buku keduanya bareng author AkitheUke si kakak wkwk..

Salam
Author Au

Kimetsu no Hikikomori || Girl VersionWhere stories live. Discover now