2. Kumohon

89.9K 12.9K 15.5K
                                    

"Oh ini teh yang kamu bicarain tea, Zak?"

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"Oh ini teh yang kamu bicarain tea, Zak?"

"Yo'i! Kenalan sok kenalan!"

Renjun terkekeh dibarengi dengan kernyitan pada dahi saat Jaemin berbicara seolah dia adalah barang obralan. Terdengar sangat sialan.

"Saya Zidan, semoga kita bisa jadi partner in crime ya! Soalnya bosen lama-lama cuma punya temen macam si Zaki ini." Pemuda dengan kacamata yang bertengger di hidung besarnya itu mengulurkan tangann yang langsung Renjun raih.

"Panggil aja Nazel. Emang kenapa tah? Si Zaki ngebosenin ya?" Seringai mengejek terpatri dibibirnya, Renjun menaik-turunkan alisnya main-main membuat sosok yang dibicarakan merenggut.

"Mana ada gitu, saya gak ngebosenin ya! Emang si Zidan aja yang rese!"

Tawa langsung meledak antara dirinya dan seorang lelaki yang baru hari ini Renjun temui. Wajah tertekuk Jaemin menjadi pemandangan yang menggelikan sekaligus menyenangkan untuk diperolok.

"Idih gak nyadar diri! Kamu tuh ngebosenin Zak, kerjaan pacaran mulu sama si Ujang. Lama-lama nikah juga kalian." Jeno tertawa kecil, mendorong-dorong bahu Jaemin dengan bahunya hingga wajah lelaki itu semakin tertekuk. Renjun dihadapan mereka masih terkekeh.

"Mana ada gitu! Cemburu ya kamu? Karena saya lebih suka main sama sapi saya dari kamu, Dan!"

Jeno membuat suara yang terdengar seperti tercekik, lelaki itu mendelik jijik. "Dih apaan, dikira saya homo!"

"Siapa juga yang bilang kamu homo?"

Renjun terdiam menatap mereka berdua, lalu mendengus. "Udah, udah, kenapa ribut sih? Bukannya ngajak gue ke kantin, laper nih!"

Kedua lelaki didepannya seperti tersadar lalu terkekeh berbarengan. Renjun berdecak, bangkit dari mejanya. Dia sungguh sangat lapar karena pagi tadi tak sempat sarapan apa-apa. Dia bangun kesiangan, setelah menunaikan ibadah shalat subuhnya, Renjun langsung tertidur lagi.

"Yaudah yuk! Saya juga laper." Jaemin berjalan lebih dulu, meninggalkan Renjun dan Jeno dibelakangnya yang mengikuti.

Mereka keluar dari kelas yang hari pertama Renjun tempati. Kebetulan sekali dia berada satu kelas dengan Jaemin, sosok yang dia kenal. Renjun jadi tak perlu bersusah payah untuk berkenalan dengan orang-orang, karena dengan menjadi teman Jaemin, orang-orang memiliki inisiatif sendiri berkenalan dengannya.

Termasuk si Jeno ini, yang sedang menyenggol bahunya pelan.

"Kamu dari Jakarta?"

Mengangguk, "kenapa emang?"

"Cantikan cewek-cewek Jakarta atau Bandung?" Jeno bertanya dengan nada tengil membuat Renjun terkekeh kecil.

"Sama aja sih, namanya cewek pasti cantik. Tapi mungkin cewek-cewek di Jakarta agak lebih liar dari Bandung. Eh tapi gak tau juga." Mengangkat bahu, karena memang Renjun tak begitu memperhatikan perbedaan perempuan-perempuan ditempat tinggalnya dulu dan sekarang.

Bandung [ ✓ ]Where stories live. Discover now