5. Terindah dan Terburuk

72.7K 11.7K 29.8K
                                    

⚠️Warning(s) : homophobic, tonjok-tonjokan, blood, ujaran kebencian! ⚠️

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

⚠️Warning(s) : homophobic, tonjok-tonjokan, blood, ujaran kebencian! ⚠️

"Lo tuh kayak setan tau gak, Zak?"

Jaemin terkekeh, merapatkan jaket yang dia pakai. Tangannya yang memegang senter, terarah kedepan. "Mana ada setan seganteng saya, Nazel."

"Bacot!" Renjun mendesis, semakin erat memeluk badannya. "Lagian lo ngebangunin gue di jam 2 malam cuma buat kesini, disaat udara lagi dingin-dinginnya. Lo mah enak bawa jaket, lah gue? Emang setan ya!"

Jaemin meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedikit banyaknya merasa bersalah.

"Maaf deh maaf. Kan saya udah pernah bilang bakal ngajak kamu ke saung buat liat matahari terbit dan karena saya gak bisa tidur hari ini ya udah sekarang aja saya realisasiin."

Renjun mendecih. Dia kesel, marah, ingin sekali menampar lelaki dibelakangnya, yang dengan lancang sudah menganggu acara tidurnya yang nyaman.

Ya! Jaemin mengganggu tidurnya di saat semua orang sedang terlelap. Menerobos masuk kamar melalui pintu balkon yang Renjun lupa kunci, menarik tubuhnya yang nyawanya bahkan belum terkumpul sepenuhnya dengan semangat. Berceloteh tentang hal yang tak Renjun mengerti hingga dia bahkan lupa untuk membawa jaket.

Sialan! Ingin sekali rasanya Renjun menendang bokong lelaki ini.

"Zel?"

"Hn." Renjun bergumam, masih dengan memeluk tubuhnya karena udara dingin dini hari yang benar-benar menusuk kulit. Dia fokus pada jalan setapak dikebun teh yang sempit, Jaemin dibelakangnya mengarahkan senter hingga menyinari jalan agar tidak terjatuh.

"Kok saya ngerasa kamu ngehindarin saya selama seminggu ini ya?"Jaemin berdehem. "Kearah kanan, Zel."

Renjun tertegun beberapa saat sebelum mengikuti perintah Jaemin yang menunjukkan arah. Dia mengulum bibir bawahnya, untung saja Jaemin tak melihat wajahnya yang berubah gugup.

"Perasaan lo doang kali."

"Tapi ya—"

"Kearah mana nih?!" Renjun menyela dengan cepat, hampir berteriak, dia tak ingin mendengar perkataan Jaemin lebih lanjut.

"Lurus aja."

Karena dia tak tahu harus memberi alasan apa untuk diucapkan pada pria itu. Renjun menjauhi Jaemin? Ya, dia melakukannya. Alasannya? Oh, bahkan Renjun pun masih mencari tahu alasan mengapa dia menjauhi lelaki itu.

Setelahnya mereka berjalan dalam hening, hanya deru napas keduanya dan suara-suara binatang malam yang terdengar. Sebuah saung sudah terlihat didepan mata, saung kecil yang berada di puncak bukit kebun teh dan untungnya dilengkapi sebuah lampu yang berwarna kekuningan.

Renjun mempercepat langkahnya, dia memeluk tubuhnya erat. Meski rasa kantuk sudah menghilang entah kemana, dia hanya ingin mengistirahatkan kakinya yang dipaksa berjalan cukup jauh.

Bandung [ ✓ ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora