05. She say 'Yes'

3.3K 336 7
                                    


WARNING TYPO
&
HAPPY READING

Tak henti – hentinya Nara memperhatikan ekpresi dari kedua orang tuanya, sejauh ini mereka sangat bersahabat dan begitu terbuka dengan Stevan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak henti – hentinya Nara memperhatikan ekpresi dari kedua orang tuanya, sejauh ini mereka sangat bersahabat dan begitu terbuka dengan Stevan. Lisa memperlakukan Stevan layaknya anak Sendiri, bahkan saat makan malam tadi ia mengambilkan lauk pauk dan menaruhnya di piring milik Stevan.

“Stevan membawa lukisan potret Nara?” ucap Adimas, cukup terkejut begitu mendengar cerita istrinya.

“Ya! Pantas dia mau membelinya. Sepertinya Stevan sangat menyukai Nara.”

Pria yang sadang di obrolkan itu hanya tersenyum malu – malu. Sejak muda Stevan sudah terbiasa bertemu dan berbicara dengan orang yang lebih tua, ia juga sudah terbiasa melakukan persidangan, berdebat dengan jaksa dan hakim.

Tapi kali ini ia berhadapan dengan orang tua Nara membuatnya keringat dingin, degub jantungnya juga tak beraturan.

Meski tahu ini hanya akan menjadi pernikahan pura – pura, ia tetap harus menghadapi kedua orang tua Nara.

“Kamu serius dengan anak saya?” ucapan Adimas begitu tenang, namun di telinga Stevan itu seperti kalimat ancaman.

“Ya. Nara bilang ia akan di jodohkan jadi saya pikir saya harus segera memberi tahu niat baik saya.”

Nara menaikan alisnya, Stevan sepertinya mempersiapkan ini semalaman. Dan Nara baru tahu ternyata ada sepupu pria itu yang tinggal di Indonesia, pantas saja ia sangat lancar berbicara bahasa Indonesia. Ia juga sangat memuji keberanian Stevan yang langsung menghadap kedua orang tuanya, jarang ada pria berani seperti Stevan.

Sifat seperti pria ini harus banyak di lestarikan.

“Lisa sudah cerita tentang niat baik kamu. Saya apresiasi keberanian kamu, dan kami juga berterima kasih kamu telah menghargai kami dan meminta restu terlebih dahulu,” Adimas menatap Nara yang terus saja menunduk, “tapi semua jawaban ada di Nara.”

Deg!

Degub jantung Nara semakin menjadi – jadi, teh batterfly pie tak juga membuatnya tenang, untungnya Nara sangat pintar mengatur emosinya, ia sejak tadi hanya berekpresi datar.

‘Kamu bisa pergi kemana pun, tak akan ada yang melarang.’

Kalimat Stevan terus melintas di kepalanya. Jika di pikirkan lagi tawaran Stevan tak ada yang membuatnya terbebani secara mental maupun fisik, mereka akan melakukan sebuah pernikahan lalu tiga tahun kemudian berpisah.

Lagi pula Nara sudah tak berharap dengan cinta.

Nara menatap satu persatu ketiga orang yang menunggu jawabannya, menghembuskan nafasnya pelan sebelum menjawab lamaran Stevan. Kesempatan belum tentu datang dua kali bukan?

“Nara nyaman sama Stevan, dia memperlakukanku sangat baik. Aku juga ingin mengenal dia lebih jauh lagi.” Nara menghembuskan nafasnya lagi untuk memberinya kekuatan lebih, "Dan jawabanku. Ya, aku mau."

Sweet Ecsape [Completed]Where stories live. Discover now