18. Bury the hatchet

2.4K 261 11
                                    

Ayo jangan lupa VOTE dan tinggalkan komentarnya. Aku berharap apresiasi dari kalian 😊


WARNING TYPO

&
HAPPY READING

Atmosfer dimeja makan kali ini terasa menegangkan, setelah kembali Stevan dan juga Nara langsung duduk di meja makan karena Jules telah menunggu mereka, tak ada obrolan yang keluar dari bibir ketiganya, hanya suara dentingan alat makan yang menema...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atmosfer dimeja makan kali ini terasa menegangkan, setelah kembali Stevan dan juga Nara langsung duduk di meja makan karena Jules telah menunggu mereka, tak ada obrolan yang keluar dari bibir ketiganya, hanya suara dentingan alat makan yang menemani mereka, meski kakak dan kakak iparnya bertingkah seakan – akan tak ada yang terjadi namun Jules jelas merasakan suasana ini terasa dingin dan canggung, suasana seperti ini hampir sama saat orang tuanya sedang bertengkar.

“Nara kau baik – baik saja?” ucap Jules sambil membantu Nara membereskan meja makan, sementara Stevan sudah pergi ke kamarnya.

“Ya. I am fine.

“Jika kakakku menyebalkan adukan saja kepada mom, Stevan itu paling takut kepadanya.”

Nara mengangguk dengan senyuman di wajahnya, ia rasa permasalahan ini tak perlu sampai Daisy ikut campur, lagi pula Nara tak suka jika ada mertua yang terlalu ikut mencampuri rumah tangga anaknya.

“Aku ingin istirahat, jangan sungkan jika butuh bantuanku.”

Jules mengiyakan, ia masih diam di dapur untuk membuat susu hangat untuk ia bawa ke kamarnya.

Langkah kaki Nara terasa berat, ini pertama kalinya ia akan satu kamar dengan Stevan, ia percaya Stevan tak akan berbuat macam – macam namun degub jantungnya tak bisa ia kontrol, juga pertengkaran mereka tadi sore masih membuat suasana antara keduanya tak enak.

Suara gemericik air terdengar dari arah kamar mandi, Stevan masih disana hingga Nara memiliki waktu lebih banyak untuk membuat dirinya lebih tenang dan tak terlihat sangat nervous, ia lalu mengambil piama tidur berbahan satin sembari menunggu Stevan selesai mandi. Setelah itu ia duduk di ranjang dengan seprai berwarna hitam tersebut, pikirannya berkelana lagi, Nara sungguh tak ingin hubungannya dengan Stevan merenggang, bagaimana pun Stevan adalah orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya, namun sikap Stevan yang seakan mendikte kehidupannya membuat Nara terganggu hingga akhirnya ia memberontak.

“Mandilah aku sudah selesai,” suara berat itu membuyarkan lamunan Nara.

Tanpa berbasa basi Nara melewati Stevan yang masih berdiri di depan kamar mandi, menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Nara membiarkan air dingin membasahi tubuhnya, mungkin dengan ini bisa menjernihkan pikirannya kembali.

Mau bagaimana Nara memperteguh bahwa ia tak salah, hati nuraninya terus berkata ia harus menyelesaikan pertengkaran ini, mereka bukan anak kecil lagi, usia keduanya sudah terbilang dewasa. Memalukan bila mereka berdua terus melakukan perang dingin.

Sweet Ecsape [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang