TIGA

569 89 23
                                    

"Saya cinta kamu, sangat. Tapi maaf, cinta saya ini dilarang oleh Tuhan saya."
-Tama



Matahari sudah menyambut pagi yang cerah ini. Udara pun tidak kalah segarnya karena semalam sempat gerimis, walau tidak sampai hujan besar. Tapi itu cukup membuat udara pagi menjadi segar.

Cklek!

Terdengar pintu kamar wanita berusia dua puluh dua tahun itu terbuka dengan kasar, tetapi tidak membuat si penunggu kamar terganggu.

"KAKAK BANGUN!" teriak Yoenya setelah membuka kasar pintu kakak perempuan satu-satunya, Jisya.

"Berisik ah!" desis Jisya tanpa membuka matanya, lalu membenarkan posisi selimutnya.

"Bangun, Kak! Katanya minta dibangunin pagi!" seru Yoenya sambil menarik selimut Jisya.

"Ah, ganggu aja sih!" gerutu Jisya sembari duduk di kasur kesayangan nya dengan mata masih terpejam.

"Yeu! Kemaren maneh minta aing bangunin jam salapan ya!" balas Yoenya sinis.

"Perasaan Kakak gak nyuruh kamu bangunin jam delapan deh," ucap Jisya seraya merapihkan rambutnya yang seperti rambut singa itu dengan mata yang sudah terbuka lebar.

"Pikun! Jelas-jelas kemaren Kakak nyuruh Adek bangunin jam delapan!" kata Yoenya.

"Kurang ajar!" rutuk Jisya kesal sambil melempar guling miliknya kearah Yoenya.

"Udah sana cepet mandi! Dibawah udah ada Mas Tama," kata Yoenya lalu keluar dari kamar sang kakak.

"KENAPA GAK BILANG DARITADI SIH, YOENYA?!"

•••

Setelah dirasa rapi dengan balutan baju lengan panjang berwarna merah jambu sepaha dan celana longgar berwarna sama dengan lebih tua sedikit, Jisya pun keluar kamarnya dan berjalan menuju ruang makan di lantai satu rumahnya.

"Lama banget sih, Kak? Kasian ini Tama nya udah nunggu lama," ujar Mama Dara saat melihat Jisya.

"Yoenya bangunin nya telat. Maaf ya, Tam," kata Jisya, lalu duduk di kursi meja makan yang berseberangan dengan Mama Dara.

"Iya, gak pa-pa," balas Tama sambil tersenyum tipis.

"Kamu udah dari kapan di sini?" tanya Jisya sembari menolehkan kepalanya ke arah Tama yang berada di sebelahnya.

"Jam tujuh," jawab Tama santai, lalu menggigit roti selai coklat yang diberikan Mama Dara.

Jisya terbelalak. "YOENYA IH, KENAPA GAK BANGUNIN KAKAK DARI JAM TUJUH?" pekik Jisya kesal pada Yoenya yang baru saja duduk disebelah Mama Dara.

"KAKAK KAN MINTANYA DIBANGUNIN JAM DELAPAN!"

•••

Setelah menyelesaikan sarapan, Jisya dan Tama pun langsung berangkat ke kampus.

"Pamit ya, Ma," pamit Tama sambil mencium punggung tangan Mama Dara, disusul Jisya.

"Iya, hati-hati," pesan Mama Dara sambil tersenyum hangat.

"Iya, Ma," balas Jisya.

Lalu Jisya dan Tama pun memasuki mobil milik Tama dan berangkat menuju kampus.

•••

Our Space | Taeyong - Jisoo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang