TUJUH

463 90 55
                                    

alo gaiseu

mamaf lama hehew, padahal aku pengen cepet cepet selesain buku ini :')

semoga suka yaw

HAPPY READING🕊️

"Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semoga kan."
-Tama

Setelah berbicara dan bermain game bersama di kos Yuda, Tama akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Selama di perjalanan pulang, kata-kata Yuda terus berputar di otaknya seperti kaset yang rusak.

'Gue kadang curiga kalo Ryuma kena brother complex saking posesifnya.'

'Ini gua serius, Tam, karena yang punya pemikiran adek lo kena brother complex itu bukan gue doang.'

"Yuda sialan, pikiran gue makin numpuk," gerutu Tama pelan dengan manik mata yang terus menatap jalan raya yang sedikit renggang walau tetap ramai.

Awalnya Tama menepis pemikiran Yuda yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Tapi kok sekarang ia malah kepikiran?

"Astaghfirullah Tama, gak boleh suudzon ke adek sendiri," monolognya pelan sembari memutar stir mobilnya ke kanan, memasuki kompleks rumahnya.

"Tapi modelan adek gue sih gak pa-pa anjir di suudzon-in," lanjutnya yang tiba-tiba merasa kesal setelah mengingat apa yang telah dilakukan Ryuma pada Jisya selama ini.

Setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah dengan rapi, Tama pun turun dan berjalan menuju pintu utama di rumahnya.

Tama mendorong pelan pintu kayu berwarna cokelat itu. "Assalamualaikum."

Merasa salamnya tidak dibalas oleh orang rumah, Tama pun berjalan masuk ke dalam melewati ruang tamu dan tidak menemukan siapa pun di ruang keluarga.

Seraya mengedikkan bahu tak acuh, Tama pun menaiki tangga dengan kepala yang penuh dengan kata-kata Yuda.

"Yuda anj--"

"Ke ustad aja gak cukup, Han!"

Tama menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar adik perempuannya saat mendengar suara Ryuma yang cukup kencang.

"Ustad?" gumamnya pelan. Lalu Tama menempelkan telinganya di pintu berwarna putih yang tertutup itu.

"Ngeyel banget sih lo! Gue udah nanya-nanya ke ustad tapi gak ada saran yang gituu!" Terdengar lagi suara Ryuma yang sepertinya sedang kesal.

"Kan gue udah bilang ke ustad aja tuh gak cukup, Hani Ramadhani Nasution," ucap Ryuma pada temannya di sebrang sana dengan kesal.

"Gue juga gak tau kenapa gak bisa." Suara Ryuma yang tadinya terdengar kesal kini berubah lesu, penuh keputusasaan.

"Gue gak akan pernah bilang lah anjir." Ryuma menghela napasnya kasar. "Yang ada gue diusir gara-gara suka sama dia."

"Lo nanya 'kenapa'?! Ya karena dia kakak gue lah! Bego banget sih, Haniiii!"

Bagaikan di sambar petir, Tama tidak bisa menyembunyikan keterkejutan nya saat mendengar perkataan Ryuma.

"Anjrit jadi tuduhan Yuda bener?" tanya Tama pelan pada dirinya sendiri.

Tama pun langsung lari menuju kamarnya dan mengunci pintu kamarnya yang bercat putih dari dalam.

"Bangsat, serem banget, monyet," umpat Tama sembari memegang dadanya dan bersandar di pintu kamarnya yang tertutup rapat.

Our Space | Taeyong - Jisoo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang