DUA BELAS

387 86 9
                                    

hai??? WAHAHAHAHA

HAPPY READING!



4 tahun kemudian

"Mami!"

Seruan penuh semangat itu membuat wanita dengan balutan blazer putih, kaus polos berwarna hitam, dan celana panjang berwarna senada dengan balzernya menoleh dengan senyuman yang merekah dan mata berbinar. Sedangkan gadis cilik yang tadi memanggilnya langsung berlari ke arahnya sambil merentangkan tangannya bersiap memberikan sebuah pelukan hangat.

Wanita itu menerima pelukan hangat dari anak perempuan berusia kisaran tiga tahun lima bulan. Ia menggendongnya sembari terkekeh pelan dengan tangan yang membelai lembut rambut anak itu. "Mami udah bilang, jangan lari-larian. Nanti kalau Kira jatuh, kan Mami sedih."

Anak kecil bernama Kira Maureena Polii itu mengerucutkan bibir mungilnya dengan wajah merengut. "Tadi papa jalannya lama! Kan Kira kangen sama Mami." Jari mungilnya menunjuk ke arah seorang pria berkaus hitam polos dengan jaket denim sebagai luaran yang sedang berjalan ke arah keduanya.

Wanita itu, Jisya, tertawa mendengar penuturan anak yang berada di dekapannya. "Tapi tetep gak boleh lari-larian ya, Sayang."

"Maaf lama, Ca. Tadi ada berkas yang harus diurus. Udah lama ya nunggu aku sama Kira?" Pria yang tadi Kira tunjuk itu kini berdiri tegak di depan keduanya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa tidak enak pada Jisya.

Jisya terkekeh pelan saat Kira menyembunyikan wajahnya di lehernya yang terpampang jelas saat melihat sang papa datang. "Lama sih, but it's okay."

Pria itu meringis pelan saat melihat anaknya tidak mau melihat kearahnya sebelum akhirnya kembali menatap Jisya. "Ayo langsung pulang. Yang lain udah nungguin." Kemudian ia mengambil alih koper yang berada di sisi Jisya.

Jisya mengangguk pelan, lalu berjalan bersisian dengan pria itu dalam keadaan masih menggendong Kira yang enggan melihat sang papa. Sesekali ia mengajak anak itu berbicara agar tidak terlalu kesal pada papanya.

Saat ini ia sedang berada di bandara setelah melakukan perjalanan bisnis ke London selama dua minggu. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia memang memutuskan untuk membangun butik kecil-kecilan, awalnya, tetapi tanpa diduga butik kecilnya menjadi besar karena banyak yang meminati. Memang sangat melenceng dari jurusannya dulu, tapi Jisya menikmati itu.

Suasana bandara yang ramai tidak membuatnya terusik. Justru ia merindukan udara Bandung yang sejuk. Selama dua minggu di London membuatnya merindukan rumah, keluarga, dan teman-temannya. Setelah lulus Jisya dan keluarga memang memutuskan untuk tinggal di Bandung.

"Mami! Kata Pipi Simon, Mami di London lagi nyari papi buat Kira, bukan kerja," cetus Kira dengan polosnya, masih enggan melihat ke arah papanya.

Jisya membelalak ketika mendengar penuturan polos Kira. Ia merutuki Simon dalam hati karena sudah mencuci otak polos Kira. Wanita yang sudah menginjak usia dua puluh enam tahun itu tersenyum tipis. "Jangan dengerin Pipi Simon. Lagian kan Kira udah punya Papa Sena, masa mau lagi?"

Ayah dari anak kecil itu, Sena William Polii, menoleh saat merasa namanya disebut sembari mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda bertanya 'Apa?' tapi hanya dibalas gelengan kecil oleh Jisya.

Kira yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya dengan wajah merengut saat mendengar ucapan Jisya. "Kira gak mau sama Papa Sena! Papa Sena kerja mulu, Kira sama Mama Ella di diemin terus!"

Tawa Jisya meledak saat mendengar itu. Sena memang suami dari sepupunya, Ella Melyana Butar Butar, dan Kira adalah anak pertama mereka. Siapa yang tadi udah mikir Kira anaknya Jisya? AHAHAHA.

"Papa kan kerja buat biayain kamu, mama, sama calon adek kamu, Kira Sayangnya Papa," sahut Sena dengan gemas, tangan besarnya menyubit pipi Kira.

Kira meronta di pelukan Jisya berusaha melepaskan cubitan Sena dari pipi tembamnya. "Gak mau dicubit sama Papa! Tangan Papa bau jengkol!"

Lagi-lagi tawa Jisya meledak saat menyaksikan keributan antar ayah dan anak di hadapannya. Entah karena apa, tapi Sena dan Kira memang tidak pernah akur sejak dulu, padahal mereka pasangan anak dan ayah. Aneh-aneh saja.

"Btw, Ca. Kemarin ada yang ke rumah kamu," ucap Sena setelah menyelesaikan pertengkarannya dengan Kira. Kini mereka bertiga sedang berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana.

Kening Jisya mengernyit heran. Teman-temannya tidak ada yang memberi kabar akan datang ke rumahnya, rumah yang ia huni sendirian. "Oh ya? Cewek atau cowok?"

"Cowok. Dia pakai celana jeans, terus... atasannya kaus putih polos sama jas hitam," jawab Sena terpatah-patah, berusaha mengingat kembali orang yang kemarin datang ke rumah sepupu iparnya itu.

"Kira tau om itu!" pekik Kira heboh. Di benaknya kembali teringat pertemuan singkat dengan sosok pria yang ia panggil 'Om Ganteng'.

Jisya membuka pintu mobil setelah Sena sudah membuka kuncinya. Ia menurunkan Kira dari gendongannya agar anak itu bisa masuk lebih dulu. Setelah ketiganya masuk ke dalam mobil dengan posisi Kira berada di pangkuan Jisya, mobil pun berjalan meninggalkan bandara.

"Om nya kayak gimana, Ki?" tanya Jisya sembari mengelus lembut rambut panjang Kira.

"Om nya ganteng hihi." Kira terkikik senang saat bayangan sosok pria tampan di benaknya kembali muncul. "Terus baik banget! Kira dikasih permen lolipop sama caca tiga bungkus."

Jisya terkekeh mendengar suara Kira yang penuh semangat. "Oh ya? Terus om-nya nanya yang lain-lain gak?"

Kira mengangguk dengan wajah polos. Ia menatap jalanan Bandung yang ramai tapi tidak macet dengan mata bulatnya yang sangat mirip dengan sang mama. "Om Ganteng nanyain Mami. Terus Kira tanya, 'Kok Om Ganteng bisa kenal sama Mami Ica?' terus Om Gantengnya senyum, ganteng banget hihi." Kira kembali terkikik sebelum lanjut bercerita. "Terus Om Gantengnya jawab, 'Om dulu temennya Mami Ica' gitu. Terus Om Ganteng ngomong lagi, katanya, 'Kalo kamu ketemu sama Mami Ica, bilang kalo Om kangen'."

Jisya mengernyit heran saat mendengar cerita Kira. "Terus Kira bilang apa? Kira nanyain namanya gak?"

Kira mengangguk. "Iya, Kira nanya ke Om Ganteng. Kan Kira nanya, 'Nama Om Ganteng siapa?' terus kata Om Ganteng, 'Nama Om, Tama'. Terus Kira sama Om Ganteng ngobrol di teras rumah Mami Ica hehe."











see you when i see you guys WAHAHAHAHA

tiba tiba ada ide nulis ini hshshs

malem ini aku publish nich, follow aku dulu biar tau info tentang works aku setelah ini xixi



malem ini aku publish nich, follow aku dulu biar tau info tentang works aku setelah ini xixi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena William Polii

&

Ella Melyana Butar Butar

Our Space | Taeyong - Jisoo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang