SATU : He's Not Change, Just Show How Is Him?

1.3K 59 0
                                    

Kak Juan

Kak.
Bisa tolong jemput aku?
Aku baru pulang khursus.

Loh, kok hari Jum'at?

Iya soalnya kemarin aku sakit. Jadi ganti hari ini.

Bentar, aku anterin Dina dulu baru jemput kamu.

Kok bisa sama Dina?

Tadi dia minta tolong aku duluan buat anter beli kado.

Ini masih beli atau udah mau pulang?

Lagi milih barang.

Ya udah aku naik ojol aja kak, soalnya udah malem.
Aku takut sendirian di sini.
Udah sepi banget.

Kak Juan

Kak.
Kak Juan...
Dimana?
Sibuk nggak?
Aku mau berangkat kerja tapi nggak dapet ojol dari tadi.
Bisa tolong jemput aku?

"Kok belum berangkat, Sa?"

Asa terkejut ketika melihat kemunculan Jaden. Pria itu datang dengan motor besarnya. Mungkin tidak setiap hari, tetapi entah mengapa Jaden selalu ada saat Asa butuh.

"Mau aku anter?"

"Nggak usah."

"Sa..." Asa ingin mengabaikan Jaden, tetapi tidak bisa. Laki-laki ini selalu bersikap lembut kepadanya. Seperti bayi yang tidak berdosa saja. "Aku bisa bertanggungjawab atas kejadian yang dulu."

"Jangan bahas itu terus, Kak. Kak Jaden cuma bikin aku jijik sama diri sendiri."

"Kamu mau lupain itu semua, Sa?" Jaden turun dari motor dan menghampiri Asa. "Kamu nggak bisa lari dari kenyataan."

"Aku udah jadi tunangan Kak Juan, sekarang. Kak Jaden tolong jaga jarak. Asa nggak mau Kak Juan salah paham."

"Jadi kamu nggak pernah salah paham kalau Juan deket sama Dina?" Asa menatap kesal Jaden karena pertanyaannya barusan. "Buruan naik kalau nggak mau telat."

Jaden kembali naik ke atas motornya. Asa sudah tidak punya banyak waktu, jadi ia sedikit gelisah. Asa sudah banyak terlambat, jadi Asa tidak punya pilihan lain selain ikut bersama Jaden.

Kak Juan

(10 menit kemudian)
Sorry baru bales.
Udah dapet ojol?

Iya nggak pa-pa.
Tadi aku bareng sama Kak Jaden.

Kenapa Jaden di situ?

Utopia Vodca (re-write)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें