Extra Ordinary Love (Yibo x Donghae)

807 42 38
                                    


 

Salju Natal belum sepenuhnya turun, masih berupa gumpalan es kecil yang kadang rapat kadang tak ada sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
Salju Natal belum sepenuhnya turun, masih berupa gumpalan es kecil yang kadang rapat kadang tak ada sama sekali.

Di bawah sana lampu-lampu terang berwarna-warni membungkus pohon-pohon di sepanjang jalan kota.
Udara dingin menyapa kulitku yang mati rasa, memandangi dia yang kini tertunduk di depan sana memandangi orang lain yang kini mungkin akan berkumpul dengan keluarga mereka, menikmati malam hangat dirumah dengan saling bercengkerama.

Dia tersenyum tipis, dari tempatku berdiri bisa ku lihat lebam di sudut bibirnya, kemarin bekas pukulan itu tidak ada.

Dia menghela nafas lagi, selalu seperti ini, kenapa dia begitu senang menyiksa dirinya sendiri?

"Bagaimana rasanya punya keluarga?" Aku masih bisa mendengar ia bergumam.

Tangan yang tak lagi halus sejak beberapa tahun terakhir itu kini meremas erat pagat pembatas, sekali lagi aku hanya tersenyum.
Berdiri dari sini memandangnya tanpa mengatakan apapun.

"Sebenarnya aku ini salah apa?"
Lirihnya lagi..

Seringaian tipis mulai tergambar jelas diwajahku.
Dengan perlahan aku berdiri berjalan diatas pagar dengan langkah ringan.

Jarak kami kini hanya terpaut 1 meter.
Bisa kuhirup aroma Lillac dari tubuhnya yang ramping.

Rambut itu masih hitam dengan beberapa helai warna magenta tersembunyi di balik telinganya.

Semakin kupandangi semakin aku tak paham kenapa dia memilih untuk menjalani hari dengan amat menyedihkan.

Dari penampilan tak banyak yang bisa ku jelaskan , ia jauh dari pada apa yang di standarkan manusia.
Jadi mana bisa ia mendapat perlakuan layak..
Padahal sungguh, ia adalah makhluk paling sempurna yang pernah ku lihat dan bisa ku bayangkan..... Tak ada yang lain.

"Apa semua manusia seperti itu?"
Ia menanyai angin yang membelai wajahnya pelan.

Kini wangi lillac dan citrus  berbaur jadi satu, menyapa penciumanku,memberi sensasi menggelitik yang geli dan menyenangkan.

Aku masih tersenyum ke arahnya, dia yang kini memperhatikan besi  berjajar yang aku pijak.

Seolah eksistensiku adalah semu bagi mata hitam keabuannya.

"Kenapa manusia sangat suka menyakiti sesamanya?
Apa mereka tidak pernah puas dengan kerusakan yang mereka ciptakan? Dan melihat tak ada lagi bagian dari alam yang bisa mereka hancurkan, kini mereka mulai menyerang satu sama lain?
Apa ini masuk akal? Bahkan untukku ini mengerikan."

Pancaran mata sendu itu lagi, aku tak suka melihatnya seperti ini.

Pagar besi pembatas tempat ku berdiri sedikit bergoyang saat aku memutuskan untuk meloncat dari sana, mengembangkan sayapku yang sehitam darah kering bercampur tanah, pergi ketempat manusia-manusia menjijikkan yang membuat kesayanganku kembali terluka.

Donghae's Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang