Chapter 8: Door to Your World

2.3K 363 17
                                    

Note: Y/N — Your Name

"Aku pulang.", ucapnya singkat padaku yang terduduk di atas sofa, sedang sibuk memainkan ponsel.

Seperti biasanya, pulang sangat larut.

"Eung~", jawabku yang masih asyik dengan ponselku.

Akhir-akhir ini Jaehyun memang sering bepergian, sama seperti awal saat ia masih aktif dengan bandnya. Terlebih saat sore menjelang malam.

Satu hal lagi yang aku sadari, ia selalu membawa tas gitarnya ketika pergi dimana itu menumbuhkan pikiran positif dalam benakku.

Apa ia tidak benar-benar membubarkan bandnya?

Apa masih ada secercah harapan bagi Jaehyun pada bandnya?

Aku tersenyum lega.

Aku tahu betul bahwa musik adalah hidupnya. Aku yakin ia tidak akan semudah itu menyerah pada impiannya —menjadi musisi terkenal.

Jika ia ingin memulai semuanya dari awal lagi, syukurlah. Aku akan sangat bangga padanya yang dapat bangkit dari keterpurukannya.

"Hari ini berlatih dengan keras lagi? Mau kubuatkan teh hangat?", tawarku padanya yang saat ini melintas di hadapanku.

"Tidak perlu."

Tanpa berkata apapun lagi, Jaehyun langsung masuk ke kamarnya dengan menenteng tas gitarnya itu.

Saat ia telah benar-benar masuk, barulah aku menoleh ke arah pintu kamarnya.

Aku menaikkan salah satu alisku.

Namun sebagai ganti dari ketidakputusasaan pada bandnya, sekarang ia terlihat lebih pasif.

Aku menyadari bahwa Jaehyun tak seketus awal bertemu denganku. Meski begitu, ia sekarang menjadi tak banyak bicara dari biasanya. Lebih senang mengurung diri di kamar melakukan sesuatu yang tak kuketahui.

Jika kau berpikir bahwa sebelumnya Jaehyun memang sudah tidak banyak bicara, itu karena ia memang dingin dan ketus.

Sekarang ia jauh lebih tidak banyak bicara dari yang kau bayangkan dan bukan dilatarbelakangi oleh sebab-sebab di atas, namun saja nada bicaranya jauh lebih lembut.

Kami hanya berbicara seperlunya ketika ia ingin diajak bicara. Saat kami bertengkar pun, ia menjadi lebih sering mengalah untukku. Seringkali juga selalu aku yang harus memulai pembicaraan.

Semuanya ada sisi positif dan negatifnya.

Apa yang membuatnya ia berubah seperti itu?

Apakah ini adalah sesuatu yang baik atau buruk?

Aku sendiri tidak tahu.

Sejujurnya aku juga belum terbiasa dengan Jaehyun yang seperti ini.

"Ia berlatih sangat keras akhir-akhir ini.", gumamku masih menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat.

Kurasa aku dapat mengerti dirinya. Mungkin ia tidak mau merepotkanku jika ia hanya menganggur, berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun.

"Mungkin lain kali aku dapat mengunjunginya saat ia sedang latihan dan membawakannya makanan?", aku tersenyum saat ide itu muncul di kepalaku.

Aku tertegun saat sekelebat ingatan kembali merasuki pikiranku.

Mataku membulat setelah aku menelisik satu per satu kertas tersebut lalu spontan menutup mulutku dengan salah satu tangan.

"Tagihan hutang...?"

"Sebanyak ini?"

"Apa mungkin- karena itu ia menjadi bekerja sekeras ini?", aku kembali bergumam.

🏠LIVING TOGETHER: Jaehyun JungWhere stories live. Discover now