Chapter 9: Without You

2.1K 345 29
                                    

Note: Y/N — Your Name

Aku menepuk lenganku, lebih tepatnya bajuku. Basah akibat terpaan air hujan.

Pada akhirnya, kami harus menerobos hujan karena aku tak sabar melihat Jaehyun merekam lagu-lagu ciptaannya.

"Hua- basah semua.", aku meringis di hadapan pintu masuk studio rekaman.

Jaehyun memutar bola matanya, "Sudah kukatakan untuk menunggu hujannya sampai sedikit reda."

"Kau malah berlari duluan."

Aku mengerucutkan bibirku, tak senang mendengar jawabannya, "Aku hanya tidak sabar melihatmu bernyanyi!"

Jaehyun menghela nafasnya pasrah, "Apa kau tidak ingat kalau aku juga membawa gitar?"

Aku tertegun, benar juga.

"OH IYA! GITARMU!"

"APAKAH RUSAK?!", aku memutar tubuhnya yang jauh lebih besar dariku lalu mengecek gitar yang berada di dalam tasnya yang sudah cukup basah.

"Sudah-sudah, tidak rusak- 'kan ada tasnya.", Jaehyun memutar tubuhnya lagi sehingga kembali menghadap ke arahku.

Aku terdiam, tak menjawab karena merasa bersalah. Bodohnya diri ini!

"Hey! Mau apalagi kau kesini?!"

Tubuhku terperanjat ketika mendengar lengkingan suara itu.

Seorang pria paruh baya keluar dari dalam studio rekaman dan mengintrupsi pembicaraan kami, sepertinya ia mendengar suara-suara berisik dari depan tokonya.

Dia si pemilik.

"H-halo, paman.", Jaehyun menyapanya gagap dan tersenyum canggung.

Paman itu beralih menatapku setelah melemparkan tatapan penuh amarahnya pada Jaehyun.

Aku membalas tatapannya dengan sebuah senyuman yang tak jauh berbeda dengan Jaehyun.

Ia tak mempedulikan senyumanku, matanya kembali tertuju pada Jaehyun.

"Kau mau memakai studioku dan hutang lagi, hah?!", teriakan kalimat-kalimatnya itu seakan menyuruh kami untuk pergi dari tempat ini

Jaehyun menolehkan pandangannya ke arah lain karena sekarang paman itu tengah memaki 'temanku' tepat di hadapan wajahnya.

"Lebih baik kau angkat kaki dari tempat ini, karena studioku tidak menerima hutang!", benar saja, ia menyuruh kami untuk pergi.

Paman itu bergegas masuk kembali ke dalam tokonya.

"T-tunggu, paman!", aku mencegatnya untuk masuk ke dalam.

"Kami datang untuk menyewa studio rekamannya dengan membayar, bukan untuk berhutang.", dengan cepat aku mengeluarkan dompet dari dalam tasku.

Paman itu menghentikan langkahnya, ekspresi marah yang terlukis di wajahnya juga perlahan padam.

Aku masih memegang dompetku di tangan sampai ia bereaksi, menunggu jawabannya dari kalimatku barusan.

Ia melihat benda digenggamanku untuk beberapa saat sebelum berdeham.

"Kalau begitu- ayo masuk.", setelahnya ia masuk terlebih dahulu ke dalam toko seakan membuat jalan bagi kami.

🏠LIVING TOGETHER: Jaehyun JungWhere stories live. Discover now