7. Nightmare

1K 179 65
                                    

Ada banyak pertanyaan yang begitu menjanggal dan Seokmin tahu hanya Jisoo yang tahu apa jawabannya.
_____

Sebelum Jisoo pulang, sempat memberi pesan kecil pada Seokmin. Istirahatkan otakmu. Tidur lebih awal malam ini. Jangan begadang, katanya. Tentu Seokmin sadar bukan tanpa alasan Jisoo memberi pesan ini. Tapi karena ia telah berhasil mengerjakan tugas dari 2 mata kuliah sekaligus. Dari bentuk rambut yang acak-acakan saja, sudah sangat kalau Seokmin kelelahan.

Hati Seokmin menghangat detik itu juga. Bukan karena kalimat yang disampaikan. Kalau ingin bersombong, sudah ratusan kali Seokmin mendengar kalimat yang sama disampaikan kepadanya. Mulai dari ucapan seorang mahasiswi super populer yang secara terang-terangan menyatakan bahwa ia menyukai Seokmin, hingga mahasiswi biasa yang baper karena suatu waktu pernah Seokmin tolong.

Tentu rasanya akan sangat berbeda jika kalimat sederhana tadi dikatakan oleh gebetan sendiri. Benar, kan? Alhasil, Seokmin tidak bisa berhenti tersenyum sendiri di apartemen besarnya yang sudah kosong melompong. Hanya tersisa beberapa bungkus makanan hasil makan malam ia bersama Jisoo tadi.

Sebenarnya Jisoo sempat bersikeras hendak membantu membersihkan. Tapi Seokmin pun tidak kalah tegasnya memberi arahan. Karena Jisoo telah membuat baper hanya dengan beberapa kalimat, Seokmin merasa wajib membalas agar tidak hanya ia sendiri yang merasakan. Langsung pulang saja. Wanita cantik tidak boleh pulang terlalu larut malam, bahaya, katanya.

Samar Seokmin bisa melihat semburan merah muda di kedua pipi tembam Noona Jendela kesayangannya. Berhasil! Seokmin memekik bahagia dalam hati.

"Tapi aku mau mampir ke mini market dulu. Dapurku sudah kosong," Jisoo berhasil membalas, setelah beberapa detik diam menyembunyikan wajah.

Seokmin memberi perhatian sepenuhnya. Melupakan acara mengetik pesan balasan untuk Mingyu. "Harus malam ini? Kenapa tidak besok siang saja? Mau aku antar?"

"Aish... Sangat dekat dari sini. Tidak usah berlebihan."

Setelahnya, Jisoo sudah benar-benar keluar dari apartemen Seokmin. Rasa sepi tiba-tiba saja memenuhi pikiran. Belum sampai semenit ditinggal, rasanya sudah kangen saja dengan Noona Jendela. Mengembuskan napas nyaring, meninggalkan ponsel genggam begitu saja di atas meja, beranjak dari sofa. Mulai membereskan sisa makan malam mereka. Sesekali memasukkan camilan yang dianggap masih layak masuk ke dalam mulut. Tidak lupa pula Seokmin mengembalikan seluruh alat tulis dan laptop ke dalam kamar.

Waktu yang dihabiskan untuk membereskan semuanya dirasa sudah terbilang cukup lama. Hanya belanja kebutuhan dapur, tidak mungkin membuat Jisoo lama terjebak di dalam mini market. Dengan segera Seokmin mengambil teropong andalannya dan mendatangi balkon. Melakukan apa yang memang seharusnya ia lakukan. Sebagai antisipasi bahwa si Noona Jendela benar-benar pulang dengan selamat.

Seokmin mengerjap. Memajukan leher hingga beberapa senti lebih panjang. Memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Lampu kamar Jisoo belum juga menyala. Apa itu artinya Jisoo belum kembali dari acara belanja?

"Aish... Noona ini. Kenapa kalah cepat dengan acara beres-beresku? Sebanyak apa memangnya belanjaanmu itu?" Seokmin mengomel. Seolah Jisoo akan mendengarnya.

Teropong kecil itu terus Seokmin edarkan ke seluruh inci kamar yang Jisoo tempati. Mulai dari kaca jendela dengan gorden yang tertutup, pentilasi udara di atasnya, hingga secara random memperhatikan dinding. Bercat putih, namun terdapat banyak noda kecokelatan akibat terlalu sering terguyur hujan. Dari semua titik, Seokmin tidak menemukan jejak ataupun tanda-tanda bahwa Jisoo sudah kembali ke kamarnya.

Seokmin segera mengecek ponsel genggam. Jam 10 lebih 30 menit. Ini sudah terlalu lama. Seokmin berkacak pinggang. Terlalu kesal hingga kehabisan kata-kata hendak bagaimana caranya mengomel. Beberapa saat, akhirnya ia menangkap pergerakan kecil di bawah sana. Seokmin bergerak cepat memperhatikan. Terlalu sulit melihat dari lantai 4, teropong kecil kembali menjadi andalan.

Sugar Boy (✓)Where stories live. Discover now