18. Sinyal Noona Jendela

734 150 81
                                    

Surat cinta yang terbuang ditemukan kembali. Cinta yang telah lama hilang, malah berusaha ditarik kembali. Jika sudah seperti ini, siapa yang salah?
_____

Mingyu mengangkat bahunya sekali. Menatap pintu kamar Seokmin yang tertutup rapat. "Seokmin baca berita yang noona tulis begitu Seungcheol hyung pulang. Kalau tidak, mana mungkin Seokmin berani. Seungcheol hyung sampai menyita ponselnya, supaya tidak buka yang macam-macam. Aku sedang menyiapkan sarapan. Terakhir aku lihat, dia masih asik menonton drama di laptop. Begitu aku selesai, Seokmin malah sudah menangis di balkon. Aku kira Seokmin hendak bunuh diri, astaga..." Memijat kening. Mingyu sudah kehabisan kata-kata. Sahabatnya itu memang ajaib luar biasa. "Aku tidak menyangka kalau dia berhasil menemukan di mana ponsel genggamnya disembunyikan, lalu membuka situs berita tempat noona bekerja. Pasti dia sangat penasaran dengan apa yang noona tulis, karena saat persidangan noona juga hadir."

"Jadi Seokmin melihatku?"

"Tentu saja melihat," kata Mingyu, heboh hendak bercerita. Berpindah posisi duduk ke samping Jisoo. Melirik pintu kamar Seokmin. Aman. "Noona tahu? Setelah sidang, dia terus melamun sampai Seungcheol hyung ketakutan. Begitu ditanya kenapa, dia malah jawab 'Noona Jendela datang. Kalau seperti ini, bagaimana bisa aku move on'. Aish... Anak itu."

Jisoo tertawa. Entah bagian mana yang lucu. Cara Mingyu memutar ulang adegan Seokmin, atau keluhan Seokmin yang gagal move on darinya. Tapi, kenapa juga Jisoo harus senang kalau Seokmin gagal move on? Kembali ke topik. "Aku sudah minta maaf. Harusnya sudah cukup. Tapi dia malah juga meminta maaf. Sepertinya dia membaca semua yang ada di situs, termasuk kolom komentar. Dipenuhi hujatan untuk aku sebagai penulis berita, situs berita, juga Seokmin sendiri. Dia merasa bersalah karena demi membelanya, aku jadi ikut terkena makian."

"Ya... Aku bisa mengerti itu." Mingyu tertunduk. Menatap lantai. Sedih luar biasa. Seakan dirinyalah yang berada di posisi Seokmin. "Aku dan Seokmin memiliki banyak kesamaan. Makanya kami sangat dekat. Termasuk soal wanita. Aku juga memiliki noona kesayangan. Setiap hari bersama Seokmin, membuat aku terbayang dengan diri sendiri. Pasti aku juga akan melakukan hal yang sama. Merasa bersalah karena malah melibatkan noona dalam sebuah masalah. Aku yakin, Seokmin pasti berpikir lebih baik menghindar dari noona dan menyelesaikan semuanya sendiri. Tidak mau noona terlibat. Karena itulah yang aku pikirkan."

Jisoo menepuk pundak Mingyu. Pelan. Seperti tengah memberi energi pada adiknya sendiri, meski sebenarnya Jisoo tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki adik. Tarik napas, hembuskan. Meminta maaf di dalam hati. Ia sama sekali tidak setuju dengan argumen menjauh dan menyelesaikannya sendiri. Keputusan Jisoo sudah bulat. Ia akan tetap berada di belakang Seokmin. Memberi dorongan kuat, agar pemuda itu bisa terus maju. Menahannya agar tidak termundur. Seberapa tinggi pun tanjakannya. "Oh, Mingyu, apa Seungcheol sudah lama pergi? Dia ada di kantor?"

Mingyu mengangguk. Menghapus genangan air yang tertahan di sudut matanya. "Ya... Sekitar sejam yang lalu. Dia bilang ada penyelidikan ke TKP."

"TKP? Kasus Seokmin atau..."

"Kasus Seokmin," Mingyu menyela. Beranjak dari sofa. Mendatangi dapur. "Rumah Eunkyeo. Tempat kami merayakan ulang tahunnya kemarin. Ini kali ketiga kepolisian datang ke sana karena masih kekurangan petunjuk."

Kesempatan emas. Tidak boleh disiakan. Tanpa menunda waktu lagi, Jisoo berpamitan. Tapi sebelumnya, tentu Jisoo menyempatkan diri untuk mengintip Seokmin di dalam kamar. Masih tertidur pulas usai menangis di balkon tadi. Setelahnya, Jisoo melaksanakan misi yang sangat amat penting. Melakukan bujuk rayu terhadap Choi Seungcheol.

"Ayolah... Aku mohon..." Secepat kilat Jisoo beranjak dari kursi. Mendatangi Seungcheol, hampir melakukan sujud di kaki Lelaki Choi itu kalau saja terlambat dicegat. Biarlah terlihat mengenaskan. Jisoo tidak peduli. Yang penting keinginannya dikabulkan. Bagaimanapun caranya. Apa pun yang disyaratkan. Akan Jisoo penuhi sebisa mungkin. "Aku berjanji tidak akan melakukan apa pun. Tidak akan menyentuh apa pun. Akan terus berdiri di belakangmu. Ya?"

Sugar Boy (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang