16. Pengacara Moon

732 149 98
                                    

Kesalahan Jisoo jelas. Tidak bisa dibantah. Juga tidak heran kenapa Seokmin bisa marah, tanpa memandang seberapa tinggi tingkat bucinnya. Tapi masih layak diberi kesempatan kedua. Karena bukan sepenuhnya kesalahan Jisoo sendiri.

Akan tetapi, kalian salah. Kesempatan ini bukan diberikan oleh Seokmin.
_____

Jika ditanya kapan terakhir kali Jisoo mengeluarkan air mata, mungkin kalian masih ingat. Tidak terlalu lama memang. Saat kejadian mengerikan dialaminya. Diteror oleh si pelaku tabrak lari, hingga nyawa Jisoo terancam. Tapi setelah malam itu, Jisoo tidak pernah mengeluarkan air matanya lagi. Meskipun itu hanya setetes. Saking enggannya menangis, Jisoo berhasil menahan air matanya agar tidak keluar meski ia dicekik saat persidangan berlangsung.

Untuk kejadian baik ataupun buruk, Jisoo sudah tidak mau menangis lagi. Tahu diri. Merasa ia sudah terlalu tua untuk hal kekanakan semacam ini.

Hingga sekarang pun, sebenarnya, Jisoo belum juga menemukan alasan kenapa ia harus menangis. Kenapa ia harus mengenyampingkan prinsip sebelumnya. Akan tetapi, air matanya malah terlanjur tumpah ruah. Tangisan ini malah dirasa jauh lebih tragis dari tangisan Jisoo sebelumnya. Karena kali ini, tidak ada satu orang pun yang peduli dengan tangisannya.

Satu-satunya orang yang peduli dengan Jisoo adalah Lee Seokmin. Dan sekarang sudah tidak ada.

Memang. Jisoo hanya memiliki dirinya sendiri. Memiliki prinsip love myself yang begitu kuat selama 35 tahun hidupnya. Hingga sekarang pun, prinsip itu masih Jisoo pegang kuat tanpa minat untuk dilepas atau sekadar dikurangi intensitasnya. Apalagi dihilangkan sama sekali. Tidak. Tidak akan pernah. Hanya saja... Semenjak Jisoo mengenal Seokmin...

Entah. Jisoo menggeleng kuat di sela-sela tangisan. Kepala menoleh ke jendela yang tertutupi korden berwarna kuning kusam. Menggigit bibir kuat-kuat. Sangat ingin menghentikan tangisan, namun tidak sanggup. Yang ada malah semakin nyaring.

Jisoo tahu. Semua ini kesalahannya. Sangat wajar jika Seokmin kecewa terhadapnya, lalu marah, memecat dirinya. Tapi bukankah Jisoo berdiri di posisi yang sangat sulit dan serba salah? Harusnya Seokmin bisa mempertimbangkan ini sebelum peran Sugar Boy dan Sugar Baby sungguhan dihapus.

Jisoo tengah membela diri.

Di satu sisi, Jisoo sudah begitu dekat dengan Seokmin. Terlihat seperti pasangan yang tidak bisa diukur jaraknya. Bahkan mungkin, tidak memiliki jarak sama sekali. Meski jika ditanya mereka itu pasangan yang seperti apa, pasti Jisoo tidak akan pernah bisa memberikan jawaban dengan benar. Dan di sisi lain, Jisoo memiliki tanggung jawab dan kontrak. Kontrak itu harus dipenuhi selama ia memegang profesi sebagai jurnalis di salah satu situs berita online.

Menulis berita adalah pekerjaan utama Jisoo. Tentu saja. Tidak mungkin Jisoo mengutamakan pekerjaan sebagai Sugar Baby-nya Seokmin. Jisoo sadar betul. Seperti keyakinan awal, cepat atau lambat, Seokmin pasti tidak akan membutuhkan kehadiran Jisoo lagi jika sudah mendapatkan perempuan lain untuk dijadikan sumber semangat. Semua ini hanya tentang waktu.

"Apa aku salah menulis apa adanya sesuai dengan yang aku tahu?" Jisoo bermonolog pelan. Berusaha menghapus air matanya meski terus gagal. Berteriak lantang begitu berhasil mengumpulkan tenaga yang masih tersisa. "Aku hanya menulis sesuai dengan apa yang diberitahu polisi! Jadi salahku ada di mana?"

Tentu saja Jisoo sudah mempertimbangkan semuanya secara matang. Ia harus menulis apa adanya, berdasarkan informasi yang didapat. Tanpa dibuat-buat. Jisoo ikut mendatangi kantor kepolisian tempat Seokmin diperiksa, lalu merekam seluruh keterangan yang disampaikan di sana. Berjejal dengan pemburu berita lainnya. Jisoo terus coba tutup telinga setiap kali mendengar desas-desus mereka. Menghindari argumen yang berdasarkan "katanya". Statement petugas kepolisian-lah yang Jisoo tulis lalu dimuat menjadi berita. Apa itu salah?

Sugar Boy (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang