22. Hanya Tidur

915 160 74
                                    

"Jika naluri lelakiku lepas kendali hingga menyakiti noona, aku sudah ingkar janji namanya. Tidak. Noona bisa pegang janjiku. Aku tidak akan pernah membiarkan noona mengeluarkan setetes pun air mata." Bisakah kalimat ini Jisoo percaya?
_____

Begitu membuka mata, Seokmin sudah tidak melihat keberadaan Noona Jendela kesayangannya di sana. Sedikit panik. Bahkan menyangka kejadian kemarin malam hanyalah mimpi yang terlampau indah hingga terasa sangat nyata. Tapi anehnya, di atas ranjang tersebut, ada sedikit jejak yang menjadi tanda-tanda bahwa ada orang lain yang tidur di sana selain Seokmin sendiri. Yaitu bantal yang bagian tengahnya sedikit kempis akibat berjam-jam direbahi. Tergeletak tepat di samping bantal yang masih Seokmin rebahi.

Bangun sedikit, Seokmin menggapai bantal tersebut. Membaui bagian yang kempis. Sudah seperti kucing yang sedang membaui makanannya. Tercium aroma buah-buahan. Aroma khas Jisoo. Seokmin masih ingat betul. Sempat mencium aroma yang sama persis saat jarak mereka terlalu dekat.

Ah... Mencium aroma ini, membuat kejadian di kamar mandi terbayang lagi. Membuat Seokmin malu setengah mati. Menutup wajahnya yang memerah dengan bantal. Memekik di baliknya. Aroma rambut Jisoo semakin jelas tercium. Dampaknya, Seokmin berteriak. Lantang. Namun syukurnya tidak ketahuan oleh siapapun.

Bicara mengenai kejadian di kamar mandi kemarin malam, sejujurnya Seokmin sangat ingin melupakan. Sungguh memalukan. Ia nampak seperti seorang pemuda mesum yang kelaparan begitu melihat noona cantik. Tidak hanya Seokmin, Jisoo pun nampak sedikit canggung.

Seokmin tahu, Jisoo berusaha mencairkan suasana. Mata kucingnya mengitari sekitar. Ber-acting seolah telah dibuat kagum oleh penampilan kamar Seokmin. Katanya, sebagai kamar seorang laki-laki, kamar ini sangat rapi dan nyaman. Selain itu, Jisoo juga mengatakan bahwa ia sempat mengira penampakkan kamar Seokmin tidak akan jauh berbeda dengan kamar laki-laki lainnya yang sering terdapat di artikel internet.

Aneh, kan? Padahal malam ini adalah bukan pertama kalinya Jisoo masuk ke dalam kamar Seokmin. Dari sinilah argumen bahwa Jisoo ber-acting untuk mencairkan suasana muncul.

"Saat pertama kali datang ke sini, apartemenmu sangat rapi. Aku kira kamu sengaja merapikannya sebelum aku datang. Tapi begitu aku masuk ke dalam kamar mandi dan kamar tidurmu, ini menjadi bukti. Kamu memang orang yang rapi."

Mendengar pujian Jisoo, meski Seokmin tahu bahwa ini masih menjadi bagian dari acting, rasanya kaus yang tengah Seokmin kenakan menjadi 2x lipat lebih besar. Bangga bukan main. Harus digarisbawahi, Noona Jendela baru saja memuji Seokmin! Harus diabadikan. Kalian harus terus mengingatnya!

Seokmin mengangguk antusias. "Aku tidak suka dengan suasana yang berantakan. Yah, paling tidak semua barang harus tersusun di tempat yang seharusnya," katanya. Menepuk sisi ranjang yang kosong. Tepat di samping kanan. Diapit oleh dirinya dan juga dinding. "Noona, ayo sini. Baru saja kusemprot dengan parfume, jadi tidak mungkin bau."

Bukannya menuruti permintaan si pemilik kamar, Jisoo malah memilih untuk mendudukkan dirinya di hadapan Seokmin. Duduk bersila. Mengirim senyuman yang begitu sulit Seokmin terjemahkan apa artinya. Membuat pemuda yang sejak tadi ikut berusaha keras mengurangi kecanggungan, malah nampak canggung lagi. Mengangkat alis kiri. Bingung dengan tingkah Jisoo.

Jisoo menggaruk tengkuk sebelum akhirnya bicara. Bingung bagaimana cara membahas topik yang menurutnya sedikit sensitif ini. "Boleh aku tanya sesuatu?"

Pertanyaan seperti ini sungguh membuat Seokmin gugup. Khawatir Jisoo akan membahas kejadian di kamar mandi tadi. Jawaban seperti apa yang harus Seokmin jabarkan? Seokmin sungguh tidak sanggup menjawab dan juga tidak tahu bagaimana cara menjelaskan. Secara terang-terangan bilang kalau Seokmin terpesona dengan kecantikan Jisoo? Oh! Pasti Jisoo akan menampar Seokmin detik itu juga, lalu kabur dari apartemen ini.

Sugar Boy (✓)Kde žijí příběhy. Začni objevovat