Suara Hati

970 127 8
                                    

"Tapi itu tidak bisa Renjun,karena aku harus segera kembali kekorea bersama orang tuaku"

Senyum diwajah Renjun sirna bagaikan kehilangan sumber sinarnya,Zura tau apa yang dirasakan oleh Renjun saat ini tapi mau bagaimanapun dia tidak bisa mengentikan rencana orang tuanya.

Tapp..

Tiba-tiba saja lampu diruangan padam tidak menyisakan sedikitpun celah untuk cahaya masuk,tanpa sadar Zura memeluk tubuh tinggi Renjun dengan sangat erat entah bagaimana reaksi dari Renjun karena mereka sama² tidak bisa melihat dalam kegelapan namun dengan hanya mendengar detak jantung Renjun yang berpacu cepat membuktikan bahwa Renjun saat ini terkejut.Perlahan usapan pelan dari Renjun berhasil membuat Zura menangis.

"Renjun hiks..,ak..aku masih menyukaimu hiks" tangisan itu pecah tidak ada rasa malu saat ini karena seolah olah ruangan itu benar² hanya ada mereka berdua saja.

"Aku tau itu Zura bagaimanapun aku berusaha menjauh darimu aku tetap tidak bisa melupakanmu" jawab Renjun dengan halus,Zura merasa tenang dan melepas dekapannya dari Renjun.

"Bisakah kau temui aku besok didekat halte rumahmu?" pinta Zura mungkin yang terakhir kalinya.

Tapp..

Lampu ruangan seketika kembali hidup benar² berbeda dengan suasana sebelumnya tempat ini menjadi ramai dan berisik Renjun maupun Zura binggung sendiri merekapun memilih keluar dari ruangan setelah beberapa pasang mata menyadari keberadaan mereka.

"Bagaimana?" tanya Zura kembali memastikan ucapannya yang sempat tertunda, Renjun tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah"

#

Zura dan lainnya kembali kesekolah setelah acara festival seni berakhir,beberapa murid
sudah ada yang dijemput oleh orang tuanya begitupula Nana gadis berkepang itu pamit pulang setelah kakak perempuannya menjemput walapun dengan paksaan karena Nana bersikeras untuk tetap menemani Zura hingga dijemput untungnya Nana mudah dipengaruhi dengan sogokan tiket nonton diBioskop.

Saat menunggu Zura baru mengingat sesuatu kalau ia sudah berjanji akan mengantikan kamera milik pemuda yang ia tabrak tadi pagi.Zurapun mengecek ponselnya mencari nomor pemuda itu untuk dihubungi namun matanya tanpa sengaja melihat mata biru itu lagi yang melewatinya dengan begitu cepat melupakan tujuannya barusan ia segera menyusul Yuan yang diyakini sipemilik mata biru itu.

Punggung Yuan berbelok kesebelah kanan mengghilang ditelan bangunan sekolah Zura ikut berbelok namun yang ia jumpai hanya lorong kosong dengan satu pintu terbuka diujung katanya itu adalah perputakaan lama yang sudah tidak digunakan lagi.

Rasa penasaran kini menguasai dirinya,Zura hendak memeriksa ruangan itu namun sebuah suara menarik perhatiannya dentingan piano diruangan yang berada tidak jauh dari tempatnya berada.

Tentu suara itu berasal dari ruang musik terakhir kali Zura menginjakkan kakinya ditempat itu saat mendengar suara dentingan piano juga.Pintu itu terbuka setengah menandakan kalau ada orang disana dengan segala keberanian yang ada Zura mendorong pintu tersebut,namun yang ia temui pertamakali adalah sebuah lilin yang menyala.

Aroma lilin itu lagi,Zura mengurungkan niatnya untuk memeriksa lebih jauh kedalam, saat ini yang ia butuhkan adalah udara segar tanpa aroma benda itu.Sepanjang jalan yang dilaluinya seolah² menampilkan sebuah ingatan masa lalu, ada sebuah kejadian aneh seperti upacara pernikahan dikuil dan seorang gadis yang bediri diujung jalan seorang diri,hal itu membuat tubuh mungil Zura tersungkur kelantai tenaganya benar benar habis tubuhnya tidak mampu menahan beban aneh itu.

Ghost Light  |HRenjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang