P-4

3.5K 379 75
                                    




🌿🌿




"Sampai. Turunlah!"

Tiba di tempat parkir rumah sakit. Pria yang duduk di kursi kemudi itu menyuruh temannya segera turun.

"Apa aku sungguh harus melakukan ini lagi?"

"Ini demi ingatanmu, Yoon. Ini sudah 6bulan dan ingatanmu belum kembali sepenuhnya. Mungkin di rumah sakit ini kau menemukan dokter yang tepat"

"Baiklah"

Keduanya turun. Lalu, memasuki rumah sakit. Teman Yoongi, Hoseok mendaftar di meja resepsionis untuk bertemu dokter terkait.

Orang tua Yoongi memang sengaja menyuruh Hoseok mengantarkannya. Karena mereka ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan.




~


Dibandingkan mengatasi anak-anak, tentu lebih sulit mengatasi pasien usia lanjut. Seperti yang dilakukan Rae Na saat ini. Di tengah sibuknya dengan pekerjaan lain, justru harus menangani pasien yang tidak dapat ditangani oleh asisten-asistennya.

"Oohh, begitu ya, nek?"

"Iya" nenek itu terkikik.

Setelah cukup lama, akhirnya nenek itu bisa ditenangkan. Sekarang, Rae Na tengah mengajak nenek itu berbincang ringan.

"Andai semua perawat sepertimu" keluh sang nenek.

"Sepertiku? Memang aku kenapa, nek?"

"Kau itu lugu, polos, sabar, ramah. Tidak seperti mereka, pura-pura ramah. Tapi, lihat matanya. Seperti orang jahat"

"Tidak begitu, nek. Semua sama saja. Setiap perawat punya sifat masing-masing, kan? Lagipula, tugas kami sama. Apa yang kami pelajari semasa sekolah juga sama. Mungkin memang bentuk matanya seperti itu. Bukan karena jahat" Rae Na terkekeh. Mengajak sang nenek bercanda.

Keduanya terlihat akrab. Rae Na yang duduk di kursi sebelah sang nenek juga ikut tertawa. Dia bertepuk tangan ringan. Mungkin keduanya tengah bernyanyi.

Tanpa mereka sadari, ada yang melihat keduanya dari luar kamar.

Yoongi. Ya, pria itu berdiri di tengah jalan hanya untuk melihat mereka. Dia baru saja meninggalkan ruang konsultasi. Sembari menunggu Hoseok yang masih menyelesaikan beberapa hal, Yoongi berjalan lebih dulu. Hingga atensinya terarah pada ruangan yang terbuka.

"Kenapa? Ada apa?" Tanya Hoseok yang baru saja tiba.

"Aku menyukainya"

Hoseok mengernyitkan dahi. Lalu, mengikuti arah pandang Yoongi. "Menyukainya? Cinta pada pandangan pertama?"

Sedikit tersenyum sebelum menjawab. "Menyukai caranya manangani pasien. Dia terlihat sangat dekat dengan pasien dan sangat sabar"

"Itu memang sudah tugasnya sebagai seorang perawat" Hoseok menepuk pundak sang teman. Lalu, mengajaknya pulang. "Ayo, pulang. Aku juga harus kembali bekerja"

Namun, Yoongi masih tetap pada posisinya. Hingga, Hoseok harus kembali memutar kepala untuk mengajaknya. "Hei, ayo!"

Meninggalkan area rumah sakit. Keduanya diam untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya, Yoongi bersuara.

"Aku seperti tidak asing dengan perawat itu"

"Mungkin baru-baru ini kau menemui orang yang mirip. Jadi, merasa dia tidak asing"

"Aku tidak tahu"

"Oh, ya. Kau harus datang lagi ke rumah sakit minggu depan. Di ingat. Catat dalam bukumu. Walaupun aku akan tetap mengingatkanmu nanti. Aku juga akan bilang pada orang tuamu. Jika nanti, mereka tidak bisa mengantarmu lagi. Aku bisa mengantarmu"

"Hmm"

Hoseok memang tidak mengenal Rae Na. Ya, karena Hoseok dan Yoongi kenal di tempat kerja. Sementara, Yoongi tidak pernah mengenalkan Rae Na pada rekan kerjanya semasa masih bersama.



~




Rae Na duduk di kursinya. Dia seolah melamun. Tadi saat keluar dari kamar nenek itu, dia mendapati dua pria berjalan menyusuri koridor. Rasanya seperti tidak asing dengan punggung salah satu pria yang menjauh itu. Terlebih kepalanya. Dia seperti mengenalnya.

"Jangan melamun. Lebih baik kita makan siang. Kau belum makan, bukan?"

Seperti biasa, Perawat Son akan selalu mengingatkan temannya.

"Aku masih harus menyelesaikan laporan ini"

"Selesaikan nanti saja. Selagi ada waktu senggang"

Menghela napas. Akhirnya, Rae Na menyetujui ajakan temannya. "Baiklah. Ku harap tidak ada yang namanya Park Jimin yang kan mengganggu"

Seperti minggu lalu. Menatapnya dari jauh. Lalu, mendekatinya hanya untuk mengajak makan siang. Bahkan, saat itu Rae Na masih bersama pasien.

Setelahnya, mereka keluar dari ruangan menuju kafetaria rumah sakit. Masih sambil membicarakan hal yang sama.

"Dia tuanmu. Ingat itu"

"Tuanku ayahnya. Bukan dia" jawab Rae Na dengan jengah.

"Dia hanya menyukaimu" Seung Wan terkekeh.

"Aku tidak peduli. Apapun alasannya, dia menyebalkan"

"Bagaimana dengan Dokter Kim?"

Reflek, Rae Na menoleh pada sang teman. "D-Dokter Kim?"

Seung Wan semakin gencar menggoda. "Dia juga menyukaimu sepertinya"

"Terlalu berharap, Perawat Son" ujar Rae Na dengan malas.

"Sadarlah, bagaimana dia mendekatimu?"

"Kau yang harusnya sadar, nona"

Setelah mengambil makanan. Keduanya langsung duduk di salah satu tempat kosong. Kini pembicaraannya seputar pekerjaan.

"Ya, besok ada operasi"

"Siapa yang ditunjuk ikut?"

"Belum ada" jawab Seung Wan. "Mungkin setelah ini"




"Aku akan ikut duduk di sini"

Seseorang tiba-tiba menyela. Kedua perawat itu langsung menoleh dan menjawab bersama.

"Dokter Kim?"

"Silakan"



Bersambung®®

Bakal jd alur panjang lagi sepertinya.

Gakpapa kan?

Semoga kalian suka.

Aku takut sebenarnya sm book ini. takut ngadat tengah jalan. Rasanya kemampuan menulisku semakin menurun bukannya naik.

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDWhere stories live. Discover now