P-28

2.6K 315 95
                                    





🌿🌿





Kembali bekerja, Rae Na mulai dengan berjaga malam. Ya, sebuah kesempakatan. Rae Na harus mau menggantikan perawat yang mengikuti kegiatan sosial dan kemanusiaan di luar kota.

Mau, tidak mau harus dijalani. Ini memang sudah menjadi tugasnya. Lagipula, ini bukan pertama kalinya.

"Perawat Jang?"

Rae Na yang duduk mengisi daftar hadir mendongak. "Ya?"

"Ini daftar pasien yang dirawat oleh Perawat Han dan analisanya sampai hari ini. Kau bisa mempelajarinya" kepala perawat memberikan berkas pada Rae Na.

"Baik, kepala perawat"

"Kalau begitu, aku pergi"



Pukul empat dini hari, jam kerja Rae Na berakhir. Rae Na kembali dengan wajah lelahnya. Tanpa berganti pakaian, dia langsung membanting tubuh di tempat tidur dan memejamkan mata. Akan begini terus untuk beberapa waktu ke depan.





~






Pukul sembilan pagi, Rae Na terbangun. Bergegas untuk membersihkan diri. Terlampau malas, dia tidur lagi. Hingga rasa bosan menghampiri. Dia putuskan membuat makan siang. Lalu, duduk menghabiskan waktu dengan tiduran di sofa.

Demi apapun, Rae Na lebih memilih berjaga siang.


Suara bel berbunyi. Dengan menghela napas malas, Rae Na berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Kehadiran seseorang di sana mengagetkannya. Hingga dia hanya menatap tanpa menyapa.



"Aku pergi ke rumah sakit. Tapi, katanya kau jaga malam" ucapnya, datar.

"Lalu, kenapa kau ke sini?" Balasnya dengan nada yang sama.

"Apa aku tidak diizinkan masuk?"

"Sebaiknya, kau pulang" Rae Na berucap seraya menarik pintu untuk ditutup kembali. Namun, tangan pria itu segera menahannya. Lalu, menggeser tubuh Rae Na untuk memaksa masuk.


Tentu, Rae Na dibuat kesal dengan sikap pria di hadapannya ini.

"Yoon, apa yang kau inginkan? Tidak bisakah-"


"Tidak" sahutnya cepat.

Memejamkan mata dan mengambil napas dalam bermaksud meredakan emosi. Tapi, justru dikejutkan dengan sebuah rengkuhan.

Tidak dapat dipungkiri Rae Na menyukai pelukan ini. Namun, tidak berniat membalas. Otaknya masih tidak terima dengan semua yang terjadi. Jadi, harusnya dia menolak, kan?

Rae Na memejamkan mata. Menikmati detak jantung Yoongi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Tapi, itu membuat jantungnya sendiri terasa sakit. Seiring dengam pertanyaan yang pria itu lontarkan.

"Apa kau membenciku?" Yoongi bergumam dekat dengan telinga Rae Na. "Aku juga membenci diriku sendiri"

Rae Na melepas pelukannya sepihak. "Kau tidak harus melakukan itu. Aku memaafkanmu jika kau ingin minta maaf. Pulanglah"

Ujarnya sembari memunggungi pria itu dan berjalan menjauh. Namun, baru dua langkah pria itu kembali memeluknya dari belakang.

"Bisakah kita selesaikan sekarang?"

"Kita memang sudah selesai-"

"Bukan itu. Aku ingin kesalahpahaman ini selesai dan kita mulai lagi. Apa tidak ada kesempatan?"

"Ini bukan kesalahpahaman, Yoon" mata Rae Na mulai nanar. "Ini adalah kebodohan di masa lalu. Dan si bodoh itu adalah aku. Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah. Jika kau ingin selesai, kita sudah selesai"

Yoongi segera membalik tubuh Rae Na. Lalu, menyatukan bibir mereka. Yoongi menciumnya. Ciuman orang dewasa, bukan sebatas menempel seperti anak remaja. Meski gadis itu tidak membalasnya.

Ada rasa asin air mata. Yoongi tahu, gadisnya tengah menangis karena terluka. Dieratkan pelukannya. Menarik tengkuknya, memperdalam ciumannya. Benar-benar berharap gadis itu membalasnya. Merasakan ketulusannya yang bukan lagi setengah hati.

Karena kini, Yoongi benar-benar menginginkannya. Sepenuh hati, bahkan lebih dari apapun yang ada di bumi.

Detik berikutnya, Yoongi mendapat apa yang diinginkannya. Dia tersenyum di tengah ciumannya. Gadisnya membalas ciumannya. Hingga Yoongi menitikkan sedikit air mata.

Air mata beserta air liur saling bercampur. Yoongi semakin erat memeluknya. Semakin memperdalam pagutannya. Sampai saat dia harus melepaskannya.

Jang Rae Na, hanya miliknya.

"Ini indah" ucap Yoongi sembari tersenyum dan mengusap kedua mata Rae Na dengan ibu jarinya.

Rae Na gugup. Ini sangat menyebalkan. Tapi, dia menyukainya. Menyukai sensasinya. Oh, Rae Na memang gadis bodoh. Katakan itu padanya.

"Aku, a-aku tidak mengerti. Yoongi-k-ku bukan orang yang suka berbicara seperti itu"

Tidak menjawab. Yoongi hanya tersenyum dan terus membelai wajah Rae Na. Lalu berikutnya, kembali merengkuhnya.

"Ini tidak benar. Yoon, ada Soohyeon. Kau mungkin mencintainya"

"Ada kau. Cukup ada kau"

"Yoon-"

"Aku ingin menceritakan tentang kecelakaan itu. Aku ingin kau tahu. Ku harap, ini bisa mengurangi kekecewaanmu padaku"






Bersambung®®

Happysugaday...

Yg terbaik untukmu bang. Bahagia dan sehat selalu. We love you... 🎂🎂🎂

Hehee.... Harusnya kemarin itu dobel. Dan bisa up td siang. Tp krn gak bisa, sepesial buat bang yoon. Ku up sekarang.

Maaf feelnya berantakan.

Oh, ya. Besok aku mau up pacarmu pacarnya.. Hehe sepesial bang yoon juga.

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang