P-24

2.7K 305 97
                                    

Ini flashback




🌿🌿





Tidak lagi ada pertemuan setelah di perpustakaan kala itu. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.


Butuh waktu dua bulan untuk keduanya dipertemukan kembali. Saat itu, Rae Na sedang malas memasak. Banyaknya tugas sudah membuat tubuhnya lelah. Jadi, dia memilih makan di kafe dekat asramanya.


Yoongi kebetulan ke sana. Memesan kopi. Lalu, mencari tempat duduk. Mendapati orang yang sepertinya dia kenal, Yoongi menghampirinya.


Tanpa sapa, Yoongi duduk begitu saja. Membuat gadis itu mendongak dengan mulut menggembung penuh makanan.


Buru-buru menelan. Kemudian, meminum air putih dalam gelas. Lalu, tersenyum canggung padanya. "K-kakak kelas?"


"Hanya air putih?"


"Heee,,, menghemat"


Tidak bohong. Memang faktanya seperti itu.


"Sering makan di sini?"


Menggeleng. "Tidak. Terlalu boros jika selalu makan di luar. Kebetulan aku sedang malas masak"


Yoongi sedikit tersenyum, sangat tipis. Tapi, Rae Na terlanjur melihatnya. Membuat degup di jantungnya semakin menggebu.


Tak lama, pesanan Yoongi datang. Secangkir kopi yang membuat Rae Na heran. "Hanya kopi?"


Sadar dari pertanyaannya, Rae Na buru-buru menutup mulut dengan telapak tangan. Takut di sangka membalas atau meremehkan.


"Kau kenapa?"


"Em? Tidak, tidak. Tidak apa-apa"


Suasana kembali canggung. Makanan yang seharusnya sudah habis bahkan terasa semakin banyak.



"K-kakak kelas, aku pergi dulu" berdiri dari duduknya untuk membayar di kasir.

Suatu kebetulan juga suatu keberuntungan, Yoongi membayar semuanya. Dia tiba-tiba datang dan menyerahkan sebuah kartu.


"Dengan kopiku" katanya pada kasir.



"Tapi-" bermaksud menyela. Tapi, Yoongi sudah menatapnya seolah mengatakan tidak apa-apa.


Keluar dari kafe. Rae Na segera mengucap terima kasih. "Terima kasih"


Yoongi menarik satu sudut bibirnya. "Kau bilang boros dan menghemat. Aku sudah membantu mengurangi pengeluaranmu"



Hanya bercanda sebenarnya. Tapi, membuat Rae Na tidak bisa menjawab. Masih terlalu canggung meski dia jelas menyukai pria ini.



"Bercanda. Jangan kira aku menghinamu"


"T-tidak, tidak. Aku mengerti"


Kembali diam. Semakin jauh dari kafe, udara semakin dingin. Yoongi cukup peka, gadis di sampingnya tampak kedinginan. "Kau kedinginan?"



Rae Na hanya tersenyum.

"Sayang sekali, aku tidak membawa jaket"


Menoleh, tidak mengerti. "Apa hubungannya?"

"Kalau aku bawa, aku akan meminjamkannya padamu. Meletakkannya di bahumu"


"Itu akan seperti cerita di drama-drama"


Yoongi tersenyum lebar. "Ya, seperti itu"


Tanpa sadar, keduanya tertawa. Hingga rasa canggung itu menguap entah ke mana. Banyak bahasan yang dibicarakan keduanya. Bahkan, Yoongi mengantar Rae Na hingga tiba di asramanya. Lagi-lagi, Rae Na mengucap terima kasih.


Sejak saat itu, pertemuan keduanya yang tidak disengaja semakin sering.


Sampai suatu hari, Yoongi sadar perasaannya pada Soohyeon mulai goyah. Rasanya, setengah hati masih padanya. Tapi, setengah hati sudah milik adik tingkatnya.


Hingga satu bulan sebelum wisuda, Soohyeon bilang akan melanjutkan setrata duanya di luar negeri.


Oh, mungkin memang sudah saatnya melepas gadis itu. Jika memang ditakdirkan, mereka pasti akan kembali bersama. Pikir Yoongi kala itu.


"Selamat" Rae Na mengulurkan tangan pada Yoongi yang berdiri menunggunya di depan asrama.



Ya, waktu sebelumnya, mereka sudah berencana untuk bertemu setelah Yoongi wisuda.


Mereka putuskan untuk jalan-jalan atau sesekali membeli makanan. Rae Na sudah tidak canggung lagi. Bahkan, sudah berani bercanda dan tertawa lepas.



"Sampai jumpa" ucap Rae Na saat tiba di halte bus tidak jauh dari asrama.


Sudah melangkah untuk menyeberang. Namun, ditahan oleh Yoongi. "Tunggu!"

"Hmm? Ada apa?"

"Mendekatlah"

Tidak ada curiga, tidak ada ragu. Rae Na mendekat, berdiri tepat di hadapan pria tersebut.


Tidak ada yang bicara. Yoongi justru bungkam. Tapi, menatap lekat tepat pada kedua mata gadis itu.

"Hei! Ada apa? Min Yoongi! Hei!"

Dengan tiba-tiba, Yoongi mencium tepat pada bibir gadis di depannya. Sekedar menempel, tidak lebih. Namun, bertahan beberapa detik. Selama itu, Yoongi berusaha meyakinkan diri bahwa hatinya hanya untuk gadis ini.

Rae Na membeku. Hanya jantungnya yang berdebar hebat setelah menyadari apa yang terjadi. Reflek, tangannya meremat sisi baju Yoongi.


"Sadar" Yoongi berkata setelah mengakhiri ciumannya.

"Huh? Apa maksudnya ini?" Gumam Rae Na dengan tatapan kosong sambil menyentuh bibirnya sendiri.

"Kau bisa menyimpulkan sendiri"

Menggeleng. "Menyimpulkan apa? Aku tidak mengerti"

"Bodoh"

"Tidak bodoh. Hanya sedikit lambat. Jadi?"

"Jadi kekasihku?"

"A-apa? Jadi,,," tidak berani melanjutkan kata berikutnya. "aku? A-aku,,,"


Terkejut, bingung, ragu, tidak menyangka. Entahlah, Rae Na tidak mengerti.

"Aku tahu, kau tidak akan menolak. Tidak perlu bingung. Pulanglah, kita bertemu besok"









Malam itu berakhir dengan bersatunya hubungan mereka. Tapi, itu juga tidak cukup menjadi kebahagiaan seorang Min Yoongi.

Setibanya di rumah, pria itu langsung masuk kamar dan membaringkan diri di tempat tidur. Memikirkan apa yang telah dilakukannya. Ingat ciuman tadi Yoongi tersadar, ternyata hatinya belum sepenuhnya untuk gadis itu. Soohyeon, gadis itu masih menempati celah-celah di hatinya.






Bersambung®®

Panjang iih. Padahal belom selesai fbnya 😭😭

Tunggu part depan deh.

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDWhere stories live. Discover now